Courtesy of Wired
Pada awal September, Nour yang tinggal di Beirut menerima pesan SMS mengancam yang diyakini berasal dari Israel, saat situasi di Lebanon mencekam setelah serangan udara antara Israel dan Hezbollah. Pesan tersebut berbunyi, "Kami memiliki cukup peluru untuk semua yang membutuhkannya," dan Nour merasa tidak nyaman untuk membukanya karena khawatir ada tautan berbahaya. Dalam beberapa bulan terakhir, komunikasi seperti ini sudah menjadi hal biasa bagi masyarakat Lebanon, terutama selama konflik, seperti ketika mereka menerima pesan panggilan otomatis yang memperingatkan tentang potensi serangan jika berada dekat lokasi senjata Hezbollah.
Di sisi lain, warga Israel juga menerima pesan yang sama mencemaskan di ponsel mereka, seperti ajakan untuk segera masuk ke tempat perlindungan. Banyak orang merasa sanksi dan ketidakamanan akibat pesan-pesan ini, yang menunjukkan peran psikologis ponsel dalam konflik. Kementerian Telekomunikasi Lebanon menjelaskan bahwa pesan tersebut dikirim dari negara-negara yang tidak terdaftar dalam blokir mereka, dan meskipun ada dugaan bahwa sistem telekomunikasi Lebanon telah diretas, pihak perusahaan menegaskan bahwa tidak ada pelanggaran jaringan komunikasi resmi. Pesan-pesan tersebut meresahkan dan menyebabkan kepanikan di kalangan warga, menciptakan perasaan takut yang mendalam di kedua belah pihak.