Courtesy of Wired
Persaingan AI AS-China: Konflik atau Kolaborasi untuk Masa Depan Teknologi?
15 Jan 2025, 19.01 WIB
240 dibaca
Share
Pemerintahan Biden baru-baru ini memperkenalkan pembatasan ekspor baru untuk mengendalikan kemajuan kecerdasan buatan (AI) di seluruh dunia, terutama untuk mencegah AI canggih jatuh ke tangan China. Langkah ini merupakan bagian dari serangkaian tindakan yang telah diambil oleh pemerintahan sebelumnya dan saat ini untuk membatasi perkembangan AI di China. Beberapa tokoh penting di industri AI, seperti Sam Altman dari OpenAI, memperingatkan perlunya mengalahkan China dalam pengembangan AI. Namun, ada kekhawatiran bahwa pendekatan ini dapat memperburuk persaingan dan menghambat kolaborasi yang penting dalam penelitian AI.
Para ahli berpendapat bahwa meskipun pembatasan ini dapat memperlambat kemajuan AI di China, hal itu juga mendorong pemerintah China untuk lebih mandiri dan berinvestasi besar-besaran dalam teknologi lokal. Mereka juga mencatat bahwa banyak peneliti AI terkemuka berasal dari China, dan memutuskan kolaborasi dapat berisiko bagi kemajuan global dalam AI. Oleh karena itu, penting bagi AS dan China untuk mengubah pendekatan mereka terhadap pengembangan AI, berfokus pada kolaborasi dan standar penggunaan yang bertanggung jawab, daripada melihat AI sebagai alat militer semata.
--------------------
Analisis Kami: Melihat kecenderungan saat ini, perang teknologi AI antara AS dan China nampak akan memperdalam jurang perpecahan dan memperlambat kemajuan global dalam teknologi ini. Pendekatan kolaboratif adalah satu-satunya jalan keluar yang realistis untuk menghindari risiko destabilitas dan memastikan AI berkembang dengan aman dan beretika di seluruh dunia.
--------------------
Analisis Ahli:
Paul Triolo: Kebijakan pembatasan ekspor AS memperlambat China namun juga memicu kemandirian dan inovasi lokal yang kuat di bidang AI dan semikonduktor.
Alvin Graylin: Persaingan AI tidak akan ada pemenang tunggal; kolaborasi sangat penting untuk kemajuan AI dan keamanan global, meski saat ini tren justru menuju persaingan ketat dan fragmentasi.
Sam Altman: AI harus dilihat sebagai arena persaingan strategis dengan China, namun juga perlu adanya regulasi yang bijaksana untuk mencegah risiko besar.
Elon Musk: Menantang narasi zero sum dengan menyerukan kerja sama internasional dan tata kelola AI yang bertanggung jawab untuk mengatasi risiko keamanan AI.
--------------------
What's Next: Jika ketegangan dan pembatasan berlanjut, akan muncul fragmentasi AI global dengan model-model yang terikat oleh nilai dan kebijakan nasional, mempersulit kerja sama internasional dan menimbulkan risiko besar bagi keamanan dan kemajuan teknologi AI secara menyeluruh.
Referensi:
[1] https://wired.com/story/why-beating-china-in-ai-brings-its-own-risks/
[1] https://wired.com/story/why-beating-china-in-ai-brings-its-own-risks/
Pertanyaan Terkait
Q
Apa tujuan dari pembatasan ekspor baru yang diperkenalkan oleh pemerintahan Biden?A
Tujuan dari pembatasan ekspor baru adalah untuk mengendalikan akses China terhadap teknologi AI canggih.Q
Bagaimana sanksi sebelumnya mempengaruhi industri AI di China?A
Sanksi sebelumnya telah memperlambat kemajuan China, tetapi juga memotivasi pemerintah China untuk menjadi lebih mandiri dalam teknologi.Q
Mengapa banyak orang di Silicon Valley berbicara tentang perlunya 'mengalahkan China' dalam AI?A
Banyak orang di Silicon Valley percaya bahwa ada ancaman dari China yang harus dihadapi, sehingga mereka merasa perlu untuk 'mengalahkan' China dalam pengembangan AI.Q
Apa risiko yang dihadapi jika China menarik diri dari upaya multilateral dalam pengembangan kerangka kerja pengaturan AI?A
Risiko yang dihadapi adalah bahwa China dapat menarik diri dari kerjasama internasional, yang dapat menghambat pengembangan standar keamanan AI global.Q
Apa saran Paul Triolo untuk presiden yang akan datang terkait kompetisi AI antara AS dan China?A
Paul Triolo menyarankan agar kedua negara mengalihkan fokus dari kompetisi militer ke kolaborasi dalam pengembangan standar keamanan AI yang bertanggung jawab.