Perusahaan minyak AS menghadapi tekanan harga seiring permintaan fracking menurun.

Perusahaan layanan minyak di Amerika Serikat menghadapi tantangan besar tahun ini karena harga dan pendapatan yang lebih rendah. Meskipun produsen minyak, terutama perusahaan shale, memproduksi minyak dalam jumlah rekor, mereka menggunakan lebih sedikit rig untuk melakukannya. Hal ini disebabkan oleh efisiensi yang meningkat dan pengurangan pengeluaran setelah pandemi COVID-19. Jumlah rig minyak saat ini berada di titik terendah sejak Desember 2021, dan diperkirakan bahwa sektor layanan minyak akan terus tertekan karena proyeksi harga minyak yang lemah. Akibat penurunan harga dan jumlah pekerjaan, banyak perusahaan layanan minyak mengalami peningkatan utang dan beberapa di antaranya terpaksa mengajukan kebangkrutan. Utang perusahaan energi telah meningkat secara signifikan, dengan beberapa perusahaan berutang hingga jutaan dolar. Dalam dua minggu pertama tahun 2025, total utang perusahaan energi mencapai hampir Rp 164.45 miliar ($10 juta) , jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan layanan minyak sedang berjuang untuk bertahan di tengah kondisi pasar yang sulit.