Beberapa startup memilih 'fair source' untuk menghindari jebakan lisensi open source
Courtesy of TechCrunch

Beberapa startup memilih 'fair source' untuk menghindari jebakan lisensi open source

TechCrunch
DariĀ TechCrunch
22 September 2024 pukul 19.00 WIB
15 dibaca
Share
Ada ketegangan yang terus-menerus antara perangkat lunak berpemilik dan perangkat lunak sumber terbuka (OSS). Sebuah startup senilai Rp 49.34 triliun ($3 miliar) memperkenalkan paradigma lisensi baru yang disebut "fair source" untuk menjembatani dunia terbuka dan berpemilik. Konsep ini dirancang agar perusahaan dapat berbagi kode mereka tanpa sepenuhnya menjadi sumber terbuka atau berpemilik. Sentry, perusahaan perangkat lunak pengembang, adalah salah satu yang pertama mengadopsi lisensi ini. Lisensi fair source memungkinkan kode untuk dibaca publik, dimodifikasi, dan didistribusikan dengan batasan minimal, serta akan menjadi lisensi sumber terbuka setelah periode waktu tertentu. Lisensi fair source bertujuan untuk melindungi kepentingan komersial perusahaan dalam jangka pendek sebelum kode menjadi sepenuhnya sumber terbuka. Namun, ada kekhawatiran bahwa lisensi ini bisa menimbulkan ketidakpastian hukum dan menghambat inovasi. Beberapa perusahaan seperti GitButler dan CodeCrafters telah bergabung dengan gerakan fair source ini. Meskipun konsep ini masih baru dan terus berkembang, tujuannya adalah untuk menemukan keseimbangan antara berbagi kode dan melindungi kepentingan bisnis.