Courtesy of YahooFinance
Ikhtisar 15 Detik
- Kekhawatiran tentang tarif baru menyebabkan S&P 500 dan indeks lainnya jatuh ke dalam koreksi.
- Data inflasi menunjukkan penurunan, tetapi kekhawatiran tarif tetap membebani pasar.
- Ketidakpastian politik terkait shutdown pemerintah menambah ketidakstabilan di pasar.
Indeks S&P 500 mengalami penurunan signifikan setelah mencapai rekor tertinggi hanya tiga minggu sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran terhadap ancaman tarif 200% yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump terhadap anggur dan sampanye Eropa, serta ketidakpastian mengenai inflasi dan kemungkinan penutupan pemerintah. Pada hari Kamis, S&P 500 turun 1,4%, lebih dari 10% di bawah puncak tertingginya, yang menandakan bahwa pasar sedang dalam kondisi koreksi.
Selain S&P 500, indeks Nasdaq juga mengalami penurunan hampir 2% dan sudah berada dalam kondisi koreksi. Para analis mengkhawatirkan potensi resesi dan dampak dari tarif yang dapat meningkatkan inflasi. Selain itu, ketegangan politik di Washington terkait anggaran pemerintah juga menambah kekhawatiran investor. Meskipun ada berita bahwa inflasi mulai mereda, ancaman tarif tetap menjadi perhatian utama di pasar.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menyebabkan S&P 500 masuk ke dalam koreksi?A
S&P 500 masuk ke dalam koreksi karena ancaman tarif 200% dari Trump terhadap anggur dan sampanye Eropa, serta kekhawatiran tentang resesi.Q
Bagaimana tarif yang diusulkan oleh Trump mempengaruhi pasar?A
Tarif yang diusulkan oleh Trump meningkatkan kekhawatiran inflasi di Wall Street, yang menyebabkan penurunan pasar.Q
Apa yang terjadi dengan inflasi di bulan Februari?A
Inflasi di bulan Februari menunjukkan penurunan, dengan CPI meningkat 0,2% dan inflasi tetap di 2,8%.Q
Mengapa ada kekhawatiran tentang shutdown pemerintah?A
Kekhawatiran tentang shutdown pemerintah muncul karena Demokrat Senat berusaha memblokir RUU pengeluaran Republik.Q
Apa yang dikatakan Kristina Hooper tentang pasar saat ini?A
Kristina Hooper menyatakan bahwa pasar sangat khawatir tentang potensi resesi, yang tidak diharapkan oleh pasar menjelang 2025.