Courtesy of SCMP
Debat Teknologi DeepSeek: Pesaing AI China yang Masih Tertinggal dari AS
Menginformasikan posisi dan penilaian atas kemajuan teknologi AI DeepSeek dalam konteks persaingan global antara perusahaan AI di China dan Amerika Serikat serta implikasinya terhadap keamanan nasional dan kebijakan teknologi.
Share
Ikhtisar 15 Detik
- DeepSeek masih dianggap tertinggal dibandingkan perusahaan-perusahaan AI terkemuka di AS.
- Jack Clark menilai bahwa DeepSeek memiliki potensi jika diberikan lebih banyak sumber daya komputasi.
- Perkembangan model AI dari DeepSeek dan dampaknya terhadap keamanan nasional masih perlu dipantau.
Hangzhou, Zhejiang, China; Washington, District of Columbia, United States - DeepSeek adalah perusahaan start-up AI dari China yang menarik perhatian banyak pihak karena mengembangkan model AI besar dan canggih. Mereka baru-baru ini merilis Prover-V2, model yang mampu menangani pembuktian matematika, serta model R1 yang sempat menggemparkan dunia teknologi.
Namun, seorang ahli kebijakan AI yang juga mantan direktur kebijakan di OpenAI, Jack Clark, mengatakan kalau DeepSeek masih ketinggalan sekitar enam hingga delapan bulan dibandingkan perusahaan AI terdepan di Amerika Serikat. Ia menilai bahwa meskipun DeepSeek punya ide algoritma yang cerdas, keterbatasan akses ke sumber daya komputasi besar membuat mereka belum bisa menjadi pesaing yang setara.
Anthropic, perusahaan AI yang mengembangkan model Claude, juga telah melakukan pengujian internal dan menyimpulkan bahwa model DeepSeek saat ini tidak menimbulkan risiko besar terhadap keamanan nasional Amerika Serikat. Meskipun begitu, Clark mengingatkan agar kemajuan DeepSeek terus dipantau.
DeepSeek sendiri sempat membuat kejutan pada awal tahun ketika meluncurkan model R1 yang berbasis pada model fondasi V3. Namun, perusahaan ini belum memberikan informasi terbaru tentang kemajuan model R2 yang sangat dinantikan oleh banyak pengamat industri.
Secara keseluruhan, meskipun DeepSeek mendapat banyak perhatian dan dianggap menjanjikan, para ahli di Amerika Serikat menilai hype yang beredar berlebihan dan menekankan bahwa perusahaan AI di AS masih memimpin dalam persaingan teknologi kecerdasan buatan.