Courtesy of YahooFinance
Elon Musk Ajukan Gugatan Tolak Klaim OpenAI atas Tawaran Beli Rp 1.60 quadriliun ($97,4 Miliar)
Menginformasikan tentang perseteruan hukum antara Elon Musk dan OpenAI terkait gugatan dan penolakan tawaran pembelian aset OpenAI serta argumen hukum yang diajukan Musk untuk membatalkan gugatan balik OpenAI.
08 Mei 2025, 18.37 WIB
19 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Elon Musk berusaha untuk membatalkan gugatan balasan OpenAI yang dianggapnya tidak sah.
- OpenAI mengalami perubahan struktur untuk lebih mencerminkan misi amalnya.
- Kasus ini menyoroti ketegangan antara pendiri OpenAI dan arah perusahaan saat ini.
Northern District of California, United States - Elon Musk menggugat OpenAI dan meminta hakim membatalkan tuntutan balik dari perusahaan kecerdasan buatan tersebut yang menuduh Musk melakukan kampanye untuk merugikan mereka dengan tawaran pembelian aset senilai Rp 1.60 quadriliun ($97,4 miliar) . Musk dan pengacaranya berargumen bahwa tawaran dan kritik yang diberikan adalah bentuk kebebasan berpendapat yang dilindungi oleh hukum.
OpenAI menuduh tawaran pemebelian dari Musk sebagai tipuan dan bagian dari serangan pribadi setelah Musk keluar dari organisasi tersebut pada tahun 2018. Namun, Musk membantah tuduhan ini dan menunjukkan bahwa tawaran itu nyata dan didukung oleh dana yang memadai untuk membeli aset OpenAI.
Selain itu, OpenAI baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka tidak akan menyerahkan kontrol kepada pihak luar dan akan merestrukturisasi cabang profit menjadi perusahaan publik yang memberi manfaat dengan kontrol tetap pada badan nonprofit mereka, sebuah langkah yang menurut pengacara Musk hanyalah upaya menutupi masalah sebenarnya.
Musk dan tim hukumnya mengklaim bahwa tuduhan OpenAI tidak memiliki dasar hukum dan bahwa OpenAI telah menyimpang dari misi nonprofit mereka, serta gagal menunjukkan dampak negatif nyata dari tawaran Musk terhadap investor atau biaya modal OpenAI.
Perselisihan hukum ini akan berlanjut ke pengadilan dengan jadwal sidang utama yang sudah dijadwalkan pada tahun 2026, mempertemukan dua tokoh penting di dunia kecerdasan buatan yang kini bersaing secara hukum dan bisnis.