Keterlambatan C919 Bisa Bikin Maskapai China Pilih Pesawat Boeing Lagi
Courtesy of SCMP

Keterlambatan C919 Bisa Bikin Maskapai China Pilih Pesawat Boeing Lagi

Mengungkap bagaimana keterlambatan pengiriman C919 dan hambatan pasokan mesin dapat mendorong maskapai penerbangan China mempertimbangkan kembali pembelian pesawat dari Boeing, yang berpotensi memengaruhi peta persaingan industri penerbangan dan hubungan perdagangan antara China dan Amerika Serikat.

03 Okt 2025, 22.00 WIB
210 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Keterlambatan pengiriman C919 dapat merugikan posisi pasar Comac di China.
  • Maskapai penerbangan domestik mungkin beralih ke Boeing sebagai alternatif akibat masalah pasokan.
  • Geopolitik dan hubungan perdagangan antara AS dan China dapat mempengaruhi keputusan pembelian pesawat.
Shanghai, China - Pesawat C919 adalah produk buatan China yang diharapkan bisa bersaing dengan pesawat buatan Barat seperti Boeing. Namun, pesawat ini mengalami masalah keterlambatan pengiriman yang disebabkan oleh kesulitan mendapatkan mesin karena adanya larangan ekspor dari Amerika Serikat.
Akibatnya, beberapa maskapai penerbangan di China mulai mempertimbangkan untuk kembali membeli pesawat dari Boeing, yang selama ini menjadi pesaing utama C919. Hal ini terjadi meskipun Boeing pernah mengalami masalah serius terkait keselamatan pesawat 737 Max-nya.
Boeing dianggap lebih stabil dalam hal pasokan dan mampu meningkatkan produksinya sehingga dapat memenuhi permintaan pasar lebih cepat daripada Comac, pembuat C919. Ini membuat Boeing berpeluang mendapat keuntungan dari situasi ini di pasar China.
Sebelumnya, Comac sangat optimis dan berencana meningkatkan produksi C919 menjadi 75 unit pada tahun 2025, naik dari target awal 50 unit. Namun hambatan pasokan mesin mengancam rencana tersebut dan menimbulkan ketidakpastian pada pengiriman tepat waktu.
Geopolitik dan negosiasi perdagangan antara China dan Amerika juga mempengaruhi situasi ini. Pembelian pesawat Boeing oleh maskapai China mungkin bisa menjadi bagian dari upaya memperbaiki hubungan dagang antara kedua negara.
Referensi:
[1] https://www.scmp.com/economy/china-economy/article/3327787/chinas-c919-jet-facing-order-delays-boeing-waiting-wings?module=china_future_tech&pgtype=section

Analisis Ahli

Yang Bo
"Jika keterlambatan pengiriman C919 terus berlanjut, beberapa maskapai besar di China akan mempertimbangkan memindahkan pesanan ke Boeing karena mereka tidak terkena pembatasan ekspor AS dan dapat meningkatkan kapasitas produksi."

Analisis Kami

"Keterlambatan pasokan mesin di C919 bukan hanya masalah teknis, melainkan juga geopolitik yang sulit diatasi dalam waktu singkat. Beijing perlu mempercepat inovasi dan diversifikasi pemasok agar tidak terlalu bergantung pada teknologi yang dibatasi ekspor dari AS, sementara Boeing harus memanfaatkan momentum ini dengan strategi yang cermat."

Prediksi Kami

Jika keterlambatan pengiriman C919 terus berlanjut, maka maskapai penerbangan di China kemungkinan akan meningkatkan pemesanan pesawat Boeing, sehingga Boeing dapat kembali menguatkan posisinya di pasar domestik China dan memperlambat ekspansi Comac.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang menyebabkan keterlambatan pengiriman C919?
A
Keterlambatan pengiriman C919 disebabkan oleh masalah pasokan, termasuk larangan ekspor sementara dari AS terhadap mesin pesawat.
Q
Mengapa maskapai China mungkin mempertimbangkan untuk memesan pesawat dari Boeing?
A
Maskapai China mungkin beralih ke Boeing karena mereka tidak terpengaruh oleh pembatasan ekspor AS dan mampu meningkatkan produksi pesawat.
Q
Apa hubungan antara keterlambatan C919 dan geopolitik?
A
Keterlambatan C919 dapat dipengaruhi oleh faktor geopolitik, termasuk hubungan perdagangan antara AS dan China.
Q
Siapa Yang Bo dan apa pandangannya tentang situasi ini?
A
Yang Bo adalah seorang analis penerbangan yang menilai bahwa ketidakpastian dalam pengiriman C919 dapat mendorong maskapai untuk memesan dari Boeing.
Q
Apa yang direncanakan Comac untuk meningkatkan kapasitas produksinya?
A
Comac berencana untuk meningkatkan kapasitas produksinya hingga 50 persen pada tahun 2025, dengan target pengiriman yang lebih tinggi.