Fokus
Teknologi

Strategi Chip AI Nvidia di Tengah Persaingan China

Share

Nvidia mengumumkan peluncuran GPU Rubin CPX dan menghadapi permintaan yang lesu dari perusahaan teknologi China untuk chip RTX6000D AI-nya. Sementara itu, Tencent mendorong adopsi chip AI buatan sendiri di daratan Cina untuk mengurangi ketergantungan pada Nvidia, menciptakan persaingan yang signifikan di pasar chip AI global.

18 Sep 2025, 21.31 WIB

Nvidia Investasi Rp75 Triliun di Intel Untuk Kolaborasi Chip AI dan PC

Nvidia Investasi Rp75 Triliun di Intel Untuk Kolaborasi Chip AI dan PC
Nvidia mengumumkan investasi sebesar 5 miliar dolar Amerika Serikat untuk membeli saham Intel, yang membuatnya menjadi pemegang saham terbesar dengan kepemilikan sekitar 4%. Investasi ini merupakan bagian dari kesepakatan lebih luas untuk mengembangkan generasi baru produk pusat data dan PC bersama Intel. Dalam kerja sama ini, kedua perusahaan akan mengintegrasikan arsitektur mereka menggunakan teknologi NVLink yang dimiliki Nvidia. NVLink memungkinkan transfer data jauh lebih cepat antara CPU dan GPU dibandingkan teknologi sebelumnya seperti PCI Express, yang sangat penting untuk aplikasi kecerdasan buatan yang memerlukan performa tinggi dan banyak GPU. Intel akan menggunakan kemampuan manufakturnya untuk membuat CPU x86 khusus yang disesuaikan untuk platform AI milik Nvidia, yang akan ditawarkan kepada pelanggan bisnis dan pusat data besar. Untuk pasar PC konsumen, Intel akan membuat chip system-on-chip (SoC) x86 yang menggabungkan chip GPU RTX dari Nvidia, memungkinkan produk dengan performa lebih tinggi dari pesaing seperti AMD. Kerja sama ini muncul setelah Intel mengalami masa sulit, termasuk pergantian CEO dan pengurangan staf yang signifikan untuk memperbaiki margin keuangan. Sementara itu, Nvidia terus mencatat pertumbuhan dan laba yang sangat bagus di tengah percepatan kebutuhan chip AI di seluruh dunia. Dengan kolaborasi ini, kedua perusahaan berharap dapat memanfaatkan keunggulan masing-masing untuk bersaing lebih efektif melawan pesaing lain di pasar chip, terutama AMD, dan menciptakan terobosan baru dalam teknologi pusat data dan komputer pribadi di masa depan.
18 Sep 2025, 21.12 WIB

Nvidia dan Intel Bentuk Kemitraan Chip dengan Investasi 5 Miliar Dolar

Nvidia dan Intel Bentuk Kemitraan Chip dengan Investasi 5 Miliar Dolar
Nvidia dan Intel baru saja mengumumkan kerja sama yang sangat penting dalam pengembangan chip untuk pasar PC dan pusat data. Nvidia akan membeli saham Intel senilai 5 miliar dolar dengan harga per saham 23,28 dolar, sebagai bagian dari kolaborasi ini. Kemitraan ini bertujuan menggabungkan kekuatan Nvidia di bidang AI dan teknologi percepatan dengan pengalaman Intel dalam arsitektur chip x86 yang luas. Dalam kerja sama ini, Intel akan bertanggung jawab untuk membuat CPU khusus berbasis x86 yang disesuaikan untuk kebutuhan Nvidia, terutama untuk pusat data. Selain itu, Intel juga akan memproduksi sistem-on-chip x86 yang terintegrasi dengan GPU Nvidia RTX untuk pasar PC. Hal ini menunjukkan bahwa kedua perusahaan ingin membuat produk yang semakin terintegrasi dan kuat di pasar komputasi yang berkembang. Reaksi pasar terhadap pengumuman ini sangat positif. Harga saham Intel melonjak lebih dari 30% di perdagangan premarket, menandakan kepercayaan investor yang tinggi terhadap potensi kemitraan ini. Sedangkan saham Nvidia juga menunjukkan kenaikan kecil. Para pemimpin Nvidia dan Intel menekankan bahwa kolaborasi ini bukan hanya simbolis, tetapi hubungan yang erat yang mampu membuka peluang baru bagi ekosistem teknologi mereka. Jensen Huang, CEO Nvidia, menyebut kolaborasi ini sebagai perpaduan platform yang tepat yang akan memperluas jangkauan dan kekuatan teknologi kedua perusahaan. Sementara Lip-Bu Tan dari Intel menekankan keunggulan manufaktur dan kemampuan pengemasan chip intel yang akan mendukung pengembangan solusi baru untuk pelanggan. Ini menunjukkan bahwa kedua pihak fokus pada aspek teknis dan praktis dari kerja sama ini. Kedua perusahaan berencana menggelar konferensi pers untuk membahas rincian teknis dan langkah selanjutnya dari kemitraan ini. Bagi para investor dan pengamat industri, keberhasilan implementasi kolaborasi ini akan sangat menentukan posisi kompetitif Intel dan Nvidia ke depan di pasar chip global yang sangat dinamis dan kompetitif.
18 Sep 2025, 12.00 WIB

Huawei Kembangkan Chip AI Terkencang untuk Dukung Ambisi China Mandiri Teknologi

Huawei Kembangkan Chip AI Terkencang untuk Dukung Ambisi China Mandiri Teknologi
Huawei Technologies, perusahaan teknologi besar dari Cina, mengumumkan terobosan baru dalam pengembangan perangkat keras komputasi untuk kecerdasan buatan (AI). Mereka berhasil menciptakan supernode komputasi dengan kekuatan tinggi yang menggunakan chip buatan lokal, tanpa bergantung pada chip Nvidia dari luar negeri. Teknologi baru ini dianggap sangat penting karena dapat membantu China mengurangi ketergantungan pada teknologi asing yang terkena sanksi, terutama dari Amerika Serikat. Seiring dengan itu, Beijing mendorong perusahaan teknologi mereka untuk lebih mandiri dalam pengembangan chip AI. Huawei juga mengungkapkan rencana mereka meluncurkan serangkaian chip Ascend yang lebih canggih dalam tiga tahun ke depan. Chip terbaru, Ascend 950PR, dijadwalkan dirilis pada kuartal pertama tahun 2026, bersaing langsung dengan produk dari Nvidia dan AMD. Situasi ini menjadi perhatian global, khususnya karena adanya tekanan politik antara China dan Amerika Serikat yang mempengaruhi ekspor teknologi. Nvidia, sebagai penyedia chip AI utama dunia, mengalami perubahan kebijakan dari pemerintah China yang melarang penggunaan chip khusus yang mereka buat untuk pasar Cina. CEO Nvidia, Jensen Huang, menyatakan kekecewaan terkait keputusan Beijing, tetapi tetap bersabar. Huawei, di sisi lain, mengambil peluang ini untuk mendorong inovasi teknologi lokal sehingga dapat memperkuat posisi China dalam industri AI dunia.
18 Sep 2025, 10.56 WIB

Huawei Kembangkan Chip AI Terbaru Bebas dari Ketergantungan Nvidia untuk China

Huawei Kembangkan Chip AI Terbaru Bebas dari Ketergantungan Nvidia untuk China
Huawei, perusahaan teknologi besar asal China, baru-baru ini mengumumkan pencapaian penting dalam pengembangan chip kecerdasan buatan (AI) yang menggunakan proses manufaktur lokal tanpa bergantung pada chip canggih dari perusahaan asal Amerika Serikat, Nvidia. Hal ini menjadi terobosan penting bagi China yang menghadapi hambatan suplai teknologi dari luar negeri karena sanksi. Dalam konferensi tahunan yang digelar di Shanghai, wakil ketua Huawei, Xu Zhijun, mengumumkan bahwa mereka telah berhasil membangun sebuah cluster komputasi supernode yang diklaim sebagai yang terkuat di dunia dengan teknologi lokal. Selain itu, Huawei juga berencana meluncurkan chip AI terbaru bernama Ascend 950PR pada tahun 2026, bersaing secara langsung dengan chip dari Nvidia dan AMD. Langkah tersebut didorong oleh kebijakan Beijing yang ingin perusahaan teknologi dalam negeri seperti Huawei berhenti membeli chip AI dari Nvidia yang disesuaikan khusus untuk pasar China, karena adanya pembatasan ekspor dari pemerintah AS. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Huawei dan juga bagi ekosistem teknologi AI di negara tersebut. CEO Nvidia, Jensen Huang, menyatakan kekecewaannya terhadap kebijakan baru pemerintah China, tetapi ia memahami kondisi geopolitik yang lebih besar dan berharap masalah tersebut dapat diselesaikan melalui dialog antara China dan Amerika Serikat. Sementara itu, Huawei bertekad untuk memperkuat kemandirian teknologi yang dapat mendukung perkembangan AI tanpa adanya kendala dari luar. Dapat disimpulkan bahwa Huawei sedang berada di jalur untuk membangun teknologi chip AI yang dapat menopang ambisi China dalam bidang kecerdasan buatan. Ini akan mengubah peta persaingan global di industri chip dan AI, sekaligus memberikan peluang bagi China untuk tidak tergantung pada perusahaan teknologi asing di masa depan.
18 Sep 2025, 02.39 WIB

Pemerintah China Larang Perusahaan Pakai Chip AI Nvidia, Dampak Besar di Pasar

Pemerintah China melalui Cyberspace Administration of China secara resmi melarang perusahaan dalam negeri membeli chip AI dari Nvidia, termasuk model RTX Pro 6000D yang khusus dipasarkan di China. Langkah ini mengikuti kebijakan sebelumnya yang mendorong penggunaan chip AI buatan lokal sebagai alternatif. Larangan ini memberikan pukulan keras bagi Nvidia, yang selama ini menguasai pasar chip AI secara global dan dianggap memimpin teknologi chip terbaik di dunia. Perusahaan besar seperti Huawei dan Alibaba memang mengembangkan chip AI sendiri, tetapi Nvidia tetap jadi pilihan utama banyak perusahaan. CEO Nvidia, Jensen Huang, menyatakan kekecewaannya atas pembatasan tersebut namun memahami kebijakan ini sebagai bagian dari ketegangan geopolitik antara China dan Amerika Serikat. Dia juga menyatakan bahwa Nvidia akan tetap mendukung pemerintah dan perusahaan China bila mendapat izin untuk berbisnis. Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat juga memberlakukan pembatasan yang mempengaruhi penjualan chip Nvidia ke China, menyebabkan Nvidia memperkirakan kerugian revenue sebesar 8 miliar dolar AS pada kuartal kedua. Walaupun akhirnya ada izin penjualan dengan syarat pembagian pendapatan 15%, Nvidia belum berhasil menjual chipnya ke China melalui aturan itu. Situasi ini kemungkinan akan memperkuat inisiatif China untuk mengembangkan teknologi chip AI lokal dan mempersulit Nvidia untuk kembali meraih pasar China yang sangat besar. Nvidia harus menyesuaikan strategi bisnis dan mencari solusi lain agar tetap kompetitif di pasar global teknologi AI.
17 Sep 2025, 22.03 WIB

China Larang Perusahaan Teknologi Beli Chip AI Nvidia Terbaru

Perusahaan-perusahaan teknologi China seperti Alibaba dan ByteDance dilarang membeli dan menguji chip AI Nvidia terbaru yang dibuat khusus untuk pasar China. Larangan ini dikeluarkan oleh Cyberspace Administration of China setelah banyak perusahaan memesan ribuan chip sejak Juli. Nvidia sudah bekerja sama dengan pemerintahan AS sebelumnya untuk menjual chip tertentu ke China, namun tidak dengan chip terbaru ini. CEO Nvidia Jensen Huang menyatakan rasa kecewanya atas larangan tersebut. Ia mengatakan bahwa Nvidia telah berkontribusi besar untuk pasar China, tetapi konflik politik antara Amerika Serikat dan China mendorong larangan ini. Ia mencoba memahami kondisi tersebut, meskipun larangan ini tetap berdampak negatif untuk bisnis Nvidia di China. Politisi Amerika Serikat seperti Speaker DPR Mike Johnson menganggap larangan ini sebagai bagian dari upaya China untuk menjadi rival sejajar Amerika Serikat. Ia menuduh China tidak menghormati hukum hak kekayaan intelektual dan aturan perdagangan yang adil. Ketegangan ini menjadi akar masalah hubungan dagang AS dan China yang semakin tegang. China sendiri sudah merespon pembatasan ekspor teknologi dengan memperkuat kemampuan manufaktur chip domestik. Mereka menggunakan chip AI yang kurang kuat yang dirancang khusus oleh Nvidia untuk pasar China sebagai langkah sementara. Namun, target jangka panjang China adalah menciptakan chip AI yang setara dengan teknologi barat. Dalam konteks persaingan teknologi dan geopolitik global, larangan ini menegaskan bahwa teknologi canggih seperti chip AI kini juga menjadi alat diplomasi dan pertarungan kekuasaan antara negara-negara besar. Perusahaan teknologi harus menavigasi situasi ini dengan hati-hati agar tidak kehilangan akses pasar yang penting.
17 Sep 2025, 20.54 WIB

China Larang Perusahaan Beli Chip Nvidia, Ketegangan AS-China Meningkat

China baru-baru ini memberlakukan larangan terhadap perusahaan teknologi domestiknya untuk membeli model chip Nvidia yang dirancang khusus untuk pasar lokal. Hal ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat antara China dan Amerika Serikat dalam bidang perdagangan dan teknologi. Nvidia, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat yang sangat terkenal, menghadapi batasan ekspor chip canggih ke China demi melindungi keamanan dan kepentingan nasional AS. Jensen Huang, CEO Nvidia, menyatakan kekecewaannya terhadap situasi ini. Ia berencana membahas masalah ini dengan Presiden Amerika Serikat pada acara resmi di Inggris. Larangan ini sangat mempengaruhi Nvidia karena chip paling mutakhir mereka sangat dibutuhkan dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan yang sedang berkembang pesat. Selain larangan pembelian chip, regulator teknologi China juga menuduh Nvidia melanggar aturan antitrust terkait akuisisi perusahaan teknologi asal Israel pada tahun 2020. Tuduhan ini menambah tekanan berat terhadap Nvidia di pasar China dan memperumit hubungan bisnis antara kedua negara tersebut. Berita ini mencerminkan bagaimana persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan China tidak hanya berfokus pada kebijakan perdagangan, tetapi juga menyentuh aspek persaingan teknologi tingkat tinggi yang mempengaruhi perusahaan besar dan strategi mereka. Nvidia harus menyesuaikan strategi bisnisnya di tengah situasi ini. Dalam perkembangan selanjutnya, kemungkinan ada pembatasan lebih lanjut atau aturan baru dari regulator China terhadap perusahaan teknologi asing, sementara Nvidia dan perusahaan sejenis juga akan berusaha mencari solusi inovatif agar dapat tetap beroperasi dan bersaing dalam pasar global yang makin kompleks.