Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Teknologi

AS dan China Maju dalam Pengawasan Drone dan Aplikasi Militer

Share

Perkembangan terbaru menunjukkan kemajuan signifikan dari Amerika Serikat dan China dalam teknologi drone untuk pengawasan serta aplikasi militer. Drone canggih ini dirancang untuk misi pengintaian bawah air yang siluman dan operasi militer yang lebih efisien, meningkatkan kemampuan kedua negara dalam pengawasan strategis dan respons cepat terhadap situasi darurat.

03 Nov 2025, 00.09 WIB

Drone Murah Feilong-300D China Memperkuat Pengintaian dan Pertahanan Perbatasan

Drone Murah Feilong-300D China Memperkuat Pengintaian dan Pertahanan Perbatasan
Tiongkok baru-baru ini memperkenalkan drone Feilong-300D, sebuah alat udara tanpa awak yang murah dan multifungsi, yang dirancang khusus untuk melakukan pengintaian dan penyerangan terhadap target lapis baja di wilayah perbatasan yang rawan konflik. Drone ini dibuat oleh perusahaan milik negara Norinco dan dibandrol dengan harga sekitar 10.000 dolar AS, yang membuatnya sangat terjangkau untuk negara-negara dengan anggaran pertahanan terbatas. Drone Feilong-300D memiliki desain sayap delta yang memungkinkan terbang jauh dengan efisiensi bahan bakar tinggi berkat penggunaan mesin piston yang memakai bahan bakar standar. Dalam uji simulasi, drone ini mampu menempuh jarak hingga 621 mil, menghindari pertahanan udara musuh, dan berhasil menyerang pangkalan militer tiruan, menunjukkan kapabilitasnya dalam mendukung operasi militer yang lebih besar. Kemampuan utama drone ini adalah melakukan pengawasan, pengintaian secara real-time, dan serangan presisi terhadap target musuh di daerah perbatasan yang sering menjadi pusat ketegangan. Keberadaan drone seperti Feilong-300D dianggap mampu menjadi alat deterrence atau pencegah konflik karena memberikan keunggulan taktis bagi operatornya dalam mengendalikan zona sengketa. Laporan juga menunjukkan bahwa Pakistan kemungkinan menjadi pengguna pertama drone ini, memperkuat hubungan militer eratnya dengan Tiongkok dan meningkatkan kapabilitas militernya di tengah perseteruan yang berlangsung lama dengan India. Selain Pakistan, negara-negara kecil lainnya juga diperkirakan akan tertarik menggunakan Feilong-300D sebagai bagian dari kekuatan drone tempur mereka di masa depan. Fenomena ini merupakan bagian dari tren global penggunaan munisi loitering atau drone bunuh diri yang semakin populer dalam peperangan modern. Drone seperti Feilong-300D, Shahed 136 dari Iran, serta penggunaan serupa dalam perang Rusia-Ukraina dan konflik lainnya, menunjukkan bahwa perang modern semakin mengandalkan teknologi tanpa awak yang murah, cepat, dan presisi.
02 Nov 2025, 16.57 WIB

Drone Kecil dengan Navigasi Suara untuk Misi di Lingkungan Berbahaya

Drone Kecil dengan Navigasi Suara untuk Misi di Lingkungan Berbahaya
Para peneliti di Worcester Polytechnic Institute (WPI) mengembangkan teknologi navigasi suara untuk drone kecil yang bisa bekerja di lingkungan yang sulit, seperti ruangan berasap, berdebu, dan gelap. Teknologi ini terinspirasi dari cara burung dan kelelawar menggunakan suara untuk melihat dan bergerak di sekitar mereka, khususnya echolocation dengan gelombang ultrasonik. Sistem ini dirancang supaya drone dapat bergerak dengan mandiri tanpa menggunakan kamera atau sensor cahaya yang biasanya tidak efektif dalam kondisi ekstrem. Para peneliti juga menciptakan metamaterial khusus untuk mengurangi kebisingan dari baling-baling drone yang mengganggu sinyal ultrasonik. Selain itu, mereka juga mengembangkan metode lain seperti sayap yang berkedip untuk mengurangi interferensi suara. Di sisi perangkat lunak, mereka memakai teknologi belajar mendalam yang diinformasikan oleh fisika untuk mengolah sinyal ultrasonik serta menggunakan pembelajaran penguatan bertingkat agar drone bisa bergerak menuju tujuan sambil menghindari rintangan secara dinamis. Semua pemrosesan dilakukan langsung di dalam drone tanpa bergantung pada perangkat eksternal. Proyek ini didanai oleh National Science Foundation dengan dana sebesar 704.908 dolar selama tiga tahun mulai September 2025. Tujuannya adalah menciptakan drone yang kecil, hemat energi, dan terjangkau untuk digunakan dalam operasi penyelamatan, inspeksi lingkungan berbahaya, dan monitoring bencana yang sulit dijangkau oleh sensor visual biasa. Peneliti berharap dalam tiga hingga lima tahun, teknologi ini dapat diterapkan di dunia nyata, termasuk kemungkinan penggunaan ultrasonografi untuk mendeteksi detak jantung korban dalam operasi pencarian. Lebih jauh, drone ini dapat digunakan dalam bentuk swarm untuk meningkatkan efisiensi misi di berbagai kondisi menantang.
02 Nov 2025, 01.57 WIB

Drone Tempur Otonom YFQ-44A Anduril Sukses Laksanakan Uji Terbang Perdana

Drone Tempur Otonom YFQ-44A Anduril Sukses Laksanakan Uji Terbang Perdana
Program Collaborative Combat Aircraft (CCA) oleh Angkatan Udara Amerika Serikat berfokus pada pengembangan drone tempur tanpa awak yang dapat bekerja secara otonom dan menunjang pesawat berawak di medan tempur. Anduril baru saja sukses menerbangkan drone YFQ-44A untuk pertama kalinya dalam sebuah uji coba penerbangan, menandai kemajuan penting dalam program ini. YFQ-44A dirancang bukan hanya untuk performa terbang biasa, tetapi kemampuan otonom untuk bekerja sama dengan pesawat pilot manusia dalam tim, atau beroperasi secara mandiri. Ini memungkinkan peningkatan efektivitas, kelincahan, serta kemampuan bertahan dan menyerang dalam misi. Drone ini beroperasi semi-otonom tanpa perlu dikendalikan langsung secara remote oleh pilot. Kecepatan pengembangan YFQ-44A juga luar biasa, hanya butuh 556 hari dari desain awal hingga terbang perdana. Hal ini dianggap sebagai kecepatan tercepat dalam sejarah program pesawat tempur besar, menunjukkan bagaimana persaingan antara perusahaan mendorong inovasi dan percepatan teknologi. Para insinyur dan pihak militer menguji berbagai konsep kolaboratif untuk mengintegrasikan otonomi dalam operasi nyata, termasuk rencana misi, kontrol penerbangan, pengelolaan throttle, hingga pendaratan otomatis. Tujuannya adalah menciptakan drone yang bisa secara efektif dan aman dipertahankan oleh operator dengan kontrol minimal. Integrasi teknologi otonom dianggap mengubah paradigma kekuatan udara modern, membuka era baru di mana drone berperan penting dalam menjaga kedamaian dan keunggulan teknologi militer. Program CCA berambisi menghadirkan drone dengan kemampuan tempur nyata yang bisa diterapkan dalam berbagai skenario peperangan modern.
01 Nov 2025, 20.57 WIB

Drone Non-Mematikan MERLIN Bawa Revolusi Keselamatan Publik Cepat dan Aman

Drone Non-Mematikan MERLIN Bawa Revolusi Keselamatan Publik Cepat dan Aman
Wrap Technologies telah mengembangkan sistem drone baru bernama MERLIN-Interdictor yang menggunakan teknologi BolaWrap untuk menahan target manusia dari udara dengan aman. Alat ini menembakkan tether Kevlar yang melilit tangan atau kaki target, memungkinkan polisi melakukan intervensi non-mematikan. Sistem ini telah diuji dalam situasi simulasi penembak aktif dan terbukti mampu mengidentifikasi, membidik, dan melumpuhkan ancaman secara cepat dan andal. Dengan begitu, drone bisa bukan hanya mengawasi, tapi juga bertindak sebagai responden pertama dalam kondisi darurat. MERLIN-Interdictor merupakan bagian dari program DFR-X yang bertujuan mengubah drone menjadi alat bantuan cepat dan otomatis untuk kepolisian dan layanan darurat. Kerjasama dengan Mithril Defense menunjukkan potensi aplikasi teknologi ini dalam meningkatkan keamanan sekolah. Teknologi ini diharapkan bisa menggantikan alat tradisional seperti taser yang masih memiliki risiko fatal, sehingga memberikan alternatif yang lebih aman dan menjamin keselamatan baik bagi petugas maupun masyarakat. Peluncuran dan pra-pesan akan dimulai pada November 2025. Penggunaan drone MERLIN di masa depan bisa membawa perubahan besar dalam penanganan situasi krisis dan keamanan publik secara global, dengan respon lebih cepat serta risiko rendah terhadap korban jiwa akibat penggunaan kekuatan berlebih.
31 Okt 2025, 17.38 WIB

Helikopter Black Hawk Otonom: Militer AS Sukseskan Misi Tanpa Pilot Terlatih

Helikopter Black Hawk Otonom: Militer AS Sukseskan Misi Tanpa Pilot Terlatih
Pada latihan Northern Strike 25-2, seorang prajurit AS yang tidak dilatih sebagai pilot berhasil mengendalikan helikopter Black Hawk secara otonom melalui tablet genggam. Hal ini menandai keberhasilan pertama dalam pengoperasian helikopter tempur secara otomatis tanpa pilot di dalamnya. Helikopter Black Hawk OPV yang dilengkapi teknologi MATRIX dari DARPA ini menyelesaikan berbagai misi, seperti pengiriman kargo sejauh 112.65 km (70 mil) laut dan pelepasan pasokan dengan presisi tinggi. Seluruh misi dilakukan secara mandiri dan di bawah pengawasan prajurit yang belum pernah menjadi pilot sebelumnya. Teknologi MATRIX dirancang untuk memungkinkan personel non-pilot mengoperasikan pesawat dengan antarmuka yang mudah dan aman, mengurangi beban kerja pilot serta memungkinkan operasi di lingkungan yang berbahaya, seperti medan tempur dengan gangguan tinggi. Selain pengiriman logistik, teknologi ini juga memfasilitasi operasi pengangkutan sling load dan simulasi evakuasi medis yang dilakukan oleh helikopter yang sama, semua di bawah kendali otonom, membuktikan kemampuan teknologi untuk beradaptasi dalam berbagai tugas militer kritis. Kesuksesan demonstrasi ini membuka jalan bagi penerapan lebih luas teknologi otonomi dalam mendukung operasi militer, meningkatkan fleksibilitas misi, dan mengurangi risiko pada personel, terutama dalam situasi yang berisiko tinggi atau sulit dijangkau.
31 Okt 2025, 17.26 WIB

Nanogrid Mobile Pengisi Bahan Bakar Drone Hidrogen Ubah Operasi Pertahanan

Sesame Solar dan Heven AeroTech berkolaborasi meluncurkan solusi baru bernama Drone Refueling Nanogrid (DRN), sebuah sistem mobile yang bisa mengisi ulang bahan bakar drone hidrogen secara mandiri dan efisien. Sistem ini dirancang untuk mendukung operasi drone di medan yang sulit dan jauh dari sumber daya tradisional. Nanogrid ini menggabungkan berbagai teknologi seperti panel surya yang bisa ditarik, generator air atmosfer, penyimpanan hidrogen padat, sistem komunikasi satelit, radar, dan edge computing. Semua komponen ini bekerja sama menciptakan sistem energi hijau yang mandiri untuk menopang kebutuhan drone di lapangan. Drone Z1 dari Heven AeroTech yang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar utama bisa terbang hingga delapan jam terus-menerus, jauh lebih lama dibanding baterai biasa. Drone ini juga memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat secara vertikal (VTOL), yang membuatnya mudah ditempatkan di lokasi mana saja. Pengisian bahan bakar menggunakan tangki hidrogen padat yang dapat diisi ulang secara cepat tanpa harus menunggu proses elektrolisis. Selain itu, drone dapat dirakit atau dibongkar dalam waktu lima menit tanpa membutuhkan alat khusus, sehingga sangat praktis untuk operasi militer dan keamanan. Nanogrid ini juga tahan terhadap cuaca ekstrem dan dapat berfungsi selama 20 tahun, bisa digunakan sebagai unit tunggal atau digabungkan dalam cluster untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar. Hal ini mendukung misi jangka panjang tanpa harus bergantung pada pasokan bahan bakar dari luar.
30 Okt 2025, 19.31 WIB

Pesawat Surya Skydweller Menghadirkan Jaringan 5G Beyond untuk TNI AL AS

Skydweller Aero telah mendapatkan kontrak dari Angkatan Laut AS melalui program Small Business Innovation Research untuk mengembangkan sistem komunikasi udara berbasis teknologi Beyond 5G. Ini dilakukan dengan menggandeng Nokia Federal Solutions untuk menguji coba jaringan komunikasi 5G pribadi di udara yang menggunakan pesawat bertenaga surya berkemampuan terbang lama. Pesawat buatan Skydweller terbuat dari serat karbon ringan dengan rentang sayap sebesar pesawat Boeing 747 dan dirancang untuk terbang tanpa awak selama 30 hingga 90 hari atau lebih, menggunakan tenaga surya sebagai sumber energi. Pesawat ini dapat membawa beban hingga 800 pon yang digunakan untuk berbagai alat komunikasi dan sensor canggih. Sistem yang dikembangkan mengintegrasikan radio Banshee Flex dari Nokia Federal sebagai pusat jaringan 5G privat yang dapat diandalkan dan tahan gangguan, yang memungkinkan komunikasi persisten dan adaptif untuk sistem militer baik berawak maupun tak berawak. Pesawat ini akan menjadi hub komunikasi di ketinggian yang mampu memperluas cakupan jaringan di area operasional yang luas. Proyek ini mendukung strategi Operasi Maritim Terdistribusi Angkatan Laut AS yang menuntut penguatan konektivitas antar pasukan yang tersebar di wilayah lautan luas, sekaligus sejalan dengan inisiatif Komando dan Kendali Gabungan Semua Domain dari Departemen Pertahanan AS. Teknologi ini dapat menjadi solusi jembatan komunikasi di wilayah maritim dan terpencil tanpa bergantung pada satelit. Keunggulan utama teknologi ini adalah sebagai solusi komunikasi yang hemat biaya, ramah lingkungan, dan memiliki daya jelajah tinggi dibandingkan satelit dan pesawat patroli berawak. Dengan menggunakan pesawat otonom bertenaga surya dan teknologi jaringan 5G Beyond, operasi militer di lingkungan yang sulit dijangkau dapat dilakukan dengan komunikasi yang lebih cepat, fleksibel, dan tahan gangguan.
28 Okt 2025, 17.45 WIB

China Kembangkan Senjata AI Otonom untuk Tantang Dominasi Militer AS

China sedang mengembangkan teknologi senjata yang menggunakan kecerdasan buatan atau AI untuk membuat kendaraan tempur dan drone yang bisa bergerak dan bertindak sendiri tanpa perlu dikendalikan manusia. Ini merupakan langkah besar untuk memperkuat militer mereka dan bersaing dengan Amerika Serikat yang selama ini mendominasi teknologi militer. Salah satu contoh alat tempur baru adalah kendaraan militer P60 yang dapat berjalan hingga 50 kilometer per jam dan menjalankan operasi secara otomatis. Teknologi di balik kendaraan ini adalah DeepSeek, sebuah model AI yang dikembangkan di dalam negeri China dan menjadi kebanggaan negara tersebut. Militer China juga sedang mengembangkan kemampuan drone yang dapat mengenali target sendiri, bergerak dalam formasi secara otomatis, dan membuat keputusan di medan perang secara langsung. Hal ini dianggap sebagai teknologi canggih yang diupayakan Amerika Serikat juga, sehingga menjadi lomba teknologi antara kedua negara. Meskipun ada pembatasan ekspor chip dari Amerika Serikat, militer China masih menggunakan chip dari luar sampai sekarang dan mulai beralih ke chip buatan Huawei yang lebih mandiri. Upaya ini menunjukkan keinginan kuat China untuk menguasai teknologi sendiri tanpa bergantung pada negara lain. Banyak ahli khawatir bahwa senjata otonom dari China ini bisa menjadi senjata masa depan yang sangat berbahaya dan dapat mengancam posisi militer Amerika Serikat di dunia. Hal ini juga mendorong negara Barat untuk bekerja sama lebih erat dalam mengembangkan teknologi AI demi menjaga keseimbangan kekuatan.
25 Okt 2025, 21.00 WIB

Robot Ubur-Ubur Transparan Canggih untuk Pemantauan Rahasia di Laut Dalam

Para ilmuwan dari Northwestern Polytechnical University di Xian, Tiongkok, berhasil menciptakan robot bawah laut yang menyerupai ubur-ubur dengan tubuh transparan seperti payung dan tentakel. Robot ini dibuat dengan tujuan agar sulit dibedakan dari ubur-ubur asli saat berada di dalam air. Robot ini memiliki ukuran kecil sekitar 120mm dengan berat hanya 56 gram sehingga sangat ringan dan praktis. Teknologi terbaru yang digunakan adalah bahan elektroda hidrogel yang memberi robot ini kemampuan fleksibel dan gerakan mirip ubur-ubur hidup. Menurut Tao Kai, pencipta robot tersebut, perangkat ini mengonsumsi daya yang sangat sedikit dan bekerja dengan suara hampir tidak terdengar, sangat cocok untuk operasi rahasia di laut dalam tanpa mengganggu lingkungan sekitar. Robot ubur-ubur ini sangat bermanfaat untuk mengamati ekosistem yang sensitif dan juga dapat digunakan untuk inspeksi presisi struktur bawah laut, yang sering kali sulit dilakukan oleh teknologi robotik konvensional karena keterbatasan desain dan suara bising. Dengan kemajuan ini, diharapkan teknologi robotik biomimetik seperti robot ubur-ubur bisa lebih banyak digunakan dalam pemantauan laut dan konservasi lingkungan, sekaligus membawa inovasi besar dalam bidang robotika bawah laut.
25 Okt 2025, 20.35 WIB

Seneca Luncurkan Drone Pemadam Kebakaran Otonom dengan Dana 60 Juta Dollar

Kebakaran hutan di Amerika Serikat semakin parah, dengan intensitas yang telah berlipat ganda dalam dua puluh tahun terakhir dan menyebabkan kerugian ekonomi besar serta mengancam jutaan penduduk. Untuk mengatasi masalah ini, startup Seneca di Seattle meluncurkan teknologi drone pemadam kebakaran otonom yang dapat mendeteksi dan memadamkan api dengan cepat menggunakan AI. Seneca memperoleh pendanaan sebesar 60 juta dolar dalam putaran pembiayaan terbesar di sektor teknologi kebakaran, dipimpin oleh Caffeinated Capital dan Convective Capital. Dengan dana ini, Seneca berencana untuk memperluas produksi dan distribusi sistem drone pemadam kebakaran yang modular dan mudah dibawa ke berbagai lokasi. Drone Seneca mampu membawa lebih dari 45 kilogram agen pemadam dan memancarkannya dengan tekanan tinggi menggunakan busa aerasi kelas A. Sistem ini dikendalikan dari tablet portabel dan dapat beroperasi secara mandiri bahkan dalam kondisi dengan visibilitas rendah dan angin kencang berkat sensor inframerah dan AI. Dengan kemampuan kerja secara terkoordinasi (swarm) hingga enam drone dalam satu misi, teknologi ini dapat memberikan respon cepat dan efektif, khususnya di lokasi yang susah dijangkau atau berbahaya bagi manusia. Seneca juga mengklaim sistem ini dapat mendukung berbagai aktivitas seperti pembakaran terencana dan perlindungan struktur. Sistem otonom Seneca diharapkan menjadi terobosan dalam modernisasi sistem pemadam kebakaran dan membantu mengurangi dampak perubahan iklim yang memperparah kejadian kebakaran di masa depan. Dengan kolaborasi dari para petugas pemadam dan pemilik tanah, teknologi ini akan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap bahaya kebakaran.
Setelahnya

Baca Juga

  • AS dan China Maju dalam Pengawasan Drone dan Aplikasi Militer

  • Terobosan AI Kuantum Mendorong Kemajuan Teknologi

  • Terobosan dalam Teknologi Baterai Meningkatkan Performa dan Jarak Tempuh EV

  • Kemajuan Robotika Bawah Laut Stealth untuk Pengawasan dan Kamuflase

  • Kemajuan dalam Robotika Lunak Terinspirasi Biologis Meningkatkan Integrasi Manusia-Mesin