
OpenAI sedang menghadapi tantangan besar dalam membiayai pembangunan pusat data dan teknologi chip canggih yang mereka butuhkan untuk pengembangan kecerdasan buatan. Total komitmen yang mereka buat untuk pembangunan ini diperkirakan mencapai 1,4 triliun dolar selama delapan tahun ke depan, sementara pendapatan saat ini berada di angka 20 miliar dolar per tahun dan diharapkan bisa tumbuh pesat hingga ratusan miliar pada 2030.
Pada sebuah acara di Wall Street Journal, CFO OpenAI, Sarah Friar, mengungkapkan bahwa mereka berharap pemerintah AS dapat menyediakan jaminan pinjaman untuk infrastruktur, yang akan membuat pembiayaan lebih murah dan memungkinkan penggunaan chip terbaru secara terus menerus. Namun, setelah diterpa kritik luas, ia kemudian meralat pernyataannya dan menegaskan bahwa OpenAI tidak secara aktif mencari jaminan pemerintah.
CEO OpenAI, Sam Altman, menegaskan bahwa perusahaan tidak ingin ada jaminan atau dukungan langsung dari pemerintah yang bisa mengganggu persaingan pasar. Altman percaya bahwa pasar harus menentukan siapa yang berhasil dan siapa yang gagal tanpa campur tangan pembiayaan dari pemerintah ke perusahaan-perusahaan AI secara langsung.
Tokoh AI dan investor Silicon Valley, David Sacks, juga mengomentari situasi ini dengan menegaskan bahwa tidak akan ada bailout pemerintah untuk perusahaan AI. Menurutnya, yang lebih masuk akal bagi pemerintah adalah membuat perizinan dan penyediaan listrik menjadi lebih mudah bagi perusahaan teknologi agar bisa tumbuh dengan lebih cepat dan efisien.
Walaupun ada tantangan besar dalam pembiayaan, OpenAI cukup optimistis tentang masa depan mereka, terutama dengan layanan untuk perusahaan, perangkat konsumen baru, dan bidang robotika yang tengah dikembangkan. Strategi mereka ke depan kemungkinan akan mengandalkan modal swasta dan dukungan kebijakan pemerintah yang tidak langsung, tanpa harus meminta bantuan keuangan langsung.