Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Teknologi

Persaingan Chip dan AI AS-China Meningkat Saat Nvidia Menghadapi Pengawasan Ekspor

Share

Pernyataan dari CEO Nvidia dan seruan oleh senator mengenai larangan ekspor chip canggih ke China menggarisbawahi dinamika persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan China. Isu ini menunjukkan betapa krusialnya peran chips dan AI dalam keamanan dan dominasi geopolitik, serta dampaknya terhadap industri semikonduktor global.

11 Nov 2025, 19.00 WIB

Moonshot AI China Kalah dalam GPU Tinggi, Kembangkan AI dengan Cara Kreatif

Moonshot AI China Kalah dalam GPU Tinggi, Kembangkan AI dengan Cara Kreatif
Moonshot AI, sebuah perusahaan AI besar di China yang didukung oleh Alibaba dan Tencent, mengakui bahwa mereka menggunakan jumlah GPU berkelas tinggi yang lebih sedikit dibandingkan dengan rival-rivalnya di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan oleh pembatasan ekspor teknologi oleh AS, khususnya terkait GPU yang sangat penting untuk melatih model AI. Dalam sesi tanya jawab di Reddit, perwakilan Moonshot AI mengungkapkan bahwa model terbaru mereka, Kimi K2 Thinking, dilatih menggunakan GPU Nvidia H800 yang merupakan versi lama dan sudah dilarang diekspor ke China sejak akhir tahun 2023. Ini menjadi bukti nyata bagaimana perusahaan AI China harus beradaptasi dengan keterbatasan teknologi impor. Meskipun menggunakan GPU yang lebih sedikit dan versi yang lebih lama, Moonshot AI terus berusaha mengembangkan model AI canggih dengan memaksimalkan sumber daya yang tersedia di China. Startup ini sudah bernilai sekitar 3,3 miliar dolar AS dan menjadi salah satu pemain penting dalam lanskap AI di Asia. Berita ini memunculkan perdebatan tentang bagaimana perusahaan-perusahaan di AS seperti OpenAI yang didukung oleh tokoh seperti Sam Altman mendapatkan investasi dan kesepakatan infrastruktur sangat besar, sehingga semakin memperkuat dominasi mereka di bidang AI. Sementara itu, perusahaan-perusahaan China berusaha bertahan dengan kebijakan teknologi yang semakin ketat. Situasi ini memicu perhatian global tentang masa depan persaingan teknologi antar negara, di mana China harus fokus pada inovasi dan pengembangan teknologi lokal supaya tidak tertinggal dalam perlombaan AI yang semakin cepat dan menuntut sumber daya kelas dunia.
07 Nov 2025, 15.09 WIB

Nvidia Belum Rencana Jual Chip Blackwell ke China Karena Kebijakan AS

Nvidia Belum Rencana Jual Chip Blackwell ke China Karena Kebijakan AS
Nvidia dan CEO-nya Jensen Huang menyatakan tidak ada rencana untuk menjual chip AI terbaru mereka, Blackwell, ke China karena kebijakan pembatasan dari pemerintah Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena AS takut chip tersebut bisa digunakan oleh militer dan memperkuat industri AI domestik China. Spekulasi sebelumnya menyebutkan ada kemungkinan pembicaraan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping untuk memungkinkan versi chip yang dikurangi dijual di China. Namun, belum ada tanda-tanda kesepakatan seperti itu terjadi hingga sekarang. Jensen Huang menegaskan bahwa keputusan untuk menerima produk Nvidia kembali di pasar China masih bergantung pada perubahan kebijakan dari pihak China. Hingga kini, pangsa pasar Nvidia di China untuk chip AI canggih masih nol. Selain membahas pembatasan penjualan chip, Huang juga mengunjungi Taiwan, tempat perusahaan manufaktur chip utama, Taiwan Semiconductor Manufacturing Co, bermitra dengan Nvidia. Kunjungan ini menunjukkan pentingnya hubungan manufaktur dalam rantai pasok teknologi Nvidia. Meski ada pembatasan, Nvidia masih diizinkan menjual chip H20 ke China. Namun, ketidaktertarikan China terhadap produk Nvidia membuat perusahaan ini kehilangan peluang signifikan di pasar chip AI canggih terbesar kedua di dunia.
07 Nov 2025, 03.00 WIB

Senator AS Mendesak Larang China Akses Chip AI Paling Canggih Demi Keamanan

Senator AS Mendesak Larang China Akses Chip AI Paling Canggih Demi Keamanan
Sekelompok senator bipartisan di Amerika Serikat mendesak Presiden Donald Trump untuk melarang China mengakses chip dan model kecerdasan buatan (AI) tercanggih demi menjaga keunggulan teknologi dan keamanan nasional. Para senator ini mengajukan resolusi yang menyoroti upaya China untuk mengejar ketertinggalan dan melompat di depan AS dalam pengembangan AI. Resolusi tersebut, yang diusulkan oleh Senator Chris Coons dan Tom Cotton serta didukung oleh beberapa senator lain, menegaskan bahwa salah satu kendala terbesar China adalah kurangnya akses dan produksi chip canggih, yang membuat kemajuan mereka lebih lambat dibanding AS. Oleh karena itu, para senator meminta pemerintah AS untuk menjaga prioritas akses chip AI dan infrastruktur cloud bagi sekutunya, sementara membatasi akses China dan negara lain yang dianggap sebagai lawan. Keputusan ini muncul setelah Trump awalnya sempat membuka kemungkinan menjual chip Blackwell dari Nvidia ke China, namun kemudian mengurungkan niat tersebut. CEO Nvidia Jensen Huang juga sempat mengakui China bisa memenangkan perlombaan AI karena biaya energi yang lebih rendah dan regulasi yang lebih ringan, meskipun masih sedikit tertinggal dari AS. China sendiri mulai menunjukkan kemajuan signifikan melalui startup AI seperti DeepSeek yang meluncurkan model AI yang efisien dengan performa sebanding dengan perusahaan besar seperti OpenAI. Namun, kebijakan ekspor ketat dari AS tetap bertahan, dengan Trump dan perusahaan seperti Nvidia dan AMD mencapai kesepakatan agar produk yang dijual ke China dikenai komisi pemerintah sebesar 15 persen. Langkah ini dianggap penting oleh para senator untuk mencegah China meningkatkan kemampuan senjatanya, meningkatkan serangan siber, dan mengancam keamanan ekonomi serta nasional Amerika Serikat. Mereka berharap resolusi ini akan memperkuat posisi Amerika sebagai pemimpin global dalam teknologi AI yang inovatif dan bertanggung jawab.
06 Nov 2025, 15.20 WIB

China Diprediksi Menang Cepat dalam Perlombaan AI, AS Perlu Beraksi!

China Diprediksi Menang Cepat dalam Perlombaan AI, AS Perlu Beraksi!
CEO Nvidia, Jensen Huang, memperingatkan bahwa China sedang berada di depan Amerika Serikat dalam perlombaan teknologi kecerdasan buatan (AI). Dia menyebut bahwa sikap sinis yang berkembang di negara-negara Barat menghambat kemajuan mereka, sementara China mendapatkan keuntungan dari kebijakan dan subsidi energinya yang sangat mendukung produksi teknologi AI. China menggunakan subsidi energi besar-besaran untuk memperkuat industri semikonduktor mereka, yang sangat penting dalam pengembangan AI. Dengan demikian, negara tersebut semakin dekat dalam mengejar dan bahkan mungkin melampaui Amerika dalam hal kemampuan teknologi yang dibutuhkan untuk AI generasi berikutnya. Nvidia, salah satu perusahaan teknologi terdepan dalam bidang AI, sempat menjadi perusahaan pertama dengan nilai pasar mencapai 5 triliun dolar AS, namun nilai ini kemudian turun menjadi sekitar 4,7 triliun dolar AS. Hal ini menunjukkan dinamika pasar yang berubah-ubah, namun tetap menegaskan pentingnya teknologi AI dalam ekonomi global. Jensen Huang menekankan bahwa Amerika Serikat sangat penting untuk mempercepat upayanya dan berusaha memimpin dalam pengembangan AI serta memenangkan dukungan para pengembang dari seluruh dunia agar tetap unggul dalam perlombaan ini. Kepemimpinan di bidang AI di masa depan sangat menentukan ekonomi dan teknologi global. Pertarungan antara Amerika Serikat dan China dalam bidang AI tidak hanya soal teknologi, tapi juga soal strategi negara dan kebijakan energi yang mendukung industri. Masa depan pemimpin teknologi AI akan sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan keberanian kedua negara dalam menghadapi tantangan global ini.

Baca Juga

  • Inovasi dan Tantangan Keamanan dalam Ekosistem Rumah Pintar

  • Terobosan Antarmuka Tactile dan Wearable Merevolusi Interaksi Pengguna

  • Robot Layanan Mengubah Keselamatan Publik dan Pertanian

  • Keamanan Platform Mobile: Melawan Ancaman Peretasan dan Risiko Privasi

  • Transformasi Regulasi Telekomunikasi Global: Menyeimbangkan Inovasi, Privasi, dan Infrastruktur