Fokus
Teknologi

Penambangan Laut Dalam: Menyeimbangkan Ekstraksi Sumber Daya dengan Perlindungan Ekosistem Laut

Share

Operasi penambangan laut dalam yang melibatkan teknologi robotik oleh Cina serta peringatan mengenai ancaman terhadap sumber makanan laut menghadirkan tantangan besar. Menemukan keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya dan kelestarian ekosistem laut merupakan isu penting bagi masa depan keberlanjutan lingkungan.

07 Nov 2025, 05.05 WIB

China Uji Robot Penambang Laut Dalam untuk Ambil Logam Langka di Dasar Samudra

China Uji Robot Penambang Laut Dalam untuk Ambil Logam Langka di Dasar Samudra
Ilmuwan dan insinyur China berhasil menguji coba robot penambang canggih yang mampu bekerja di kedalaman 2.000 meter di dasar Samudra Pasifik Barat. Robot ini dirancang untuk menambang kerak cobalt yang kaya akan logam berharga di gunung laut. Percobaan ini dilakukan jauh melewati basis militer AS yang dikenal sebagai rantai pulau kedua. Kerak cobalt adalah lapisan tipis yang tumbuh sangat lambat, terdiri dari oksida besi dan mangan yang mengandung logam penting seperti cobalt, nikel, dan platinum. Endapan terbaik ditemukan di lepas pantai Pasifik, menjadikan wilayah ini sangat strategis untuk eksplorasi tambang masa depan. Keberhasilan percobaan robot ini menandai perubahan besar dari ide ke realisasi dalam ambisi penambangan laut dalam China. Hal ini tidak hanya akan mengubah rantai pasokan global untuk mineral kritis tetapi juga memicu persaingan geopolitik yang lebih tajam untuk mendapatkan sumber daya dasar laut. Amerika Serikat pernah berupaya menimbun cobalt dengan rencana yang diluncurkan oleh Departemen Pertahanan, tetapi batal pada Oktober karena ada kendala teknis dan logistik yang tidak terduga. Sementara itu, China tetap menguasai pasar cobalt dunia dengan sebagian besar kapasitas produksi dan pemurnian cobalt di tangan mereka. Cadangan cobalt darat terbatas dan banyak berada di wilayah yang terjal dan tidak stabil secara politik, seperti Afrika, yang membuat biaya ekstraksi menjadi sangat mahal dan risiko tinggi. Oleh sebab itu, upaya China mengembangkan teknologi penambangan laut dalam menjadi pilihan strategis untuk mengamankan pasokan cobalt jangka panjang.
06 Nov 2025, 20.00 WIB

China Uji Robot Penambang Canggih untuk Ambil Logam Berharga di Dasar Laut

China Uji Robot Penambang Canggih untuk Ambil Logam Berharga di Dasar Laut
Ilmuwan dan insinyur dari China baru-baru ini berhasil menguji coba sebuah kendaraan penambang robotik canggih di dasar Samudra Pasifik Barat, pada kedalaman sekitar 2.000 meter. Robot ini khusus dirancang untuk mengambil kerak kobalt yang kaya akan logam penting seperti kobalt, nikel, dan platinum yang tumbuh perlahan di lapisan dasar laut. Robot penambang ini memiliki kemampuan untuk bergerak di medan dasar laut yang kasar dengan menyesuaikan posisinya secara otomatis supaya tidak terguling atau terjebak. Ini merupakan kemajuan teknologi yang menjanjikan untuk masa depan penambangan bawah laut yang aman dan efisien. Kerak kobalt ini terbentuk selama jutaan tahun sebagai lapisan tipis dari oksida besi dan mangan yang menempel di lereng gunung bawah laut. Cadangannya banyak ditemukan di Samudra Pasifik, menjadikannya lokasi utama yang menjadi target penambangan. Sementara itu, Amerika Serikat sebelumnya berencana untuk menimbun kobalt demi kepentingan pertahanan dan strategis. Namun, rencana ini dibatalkan karena menghadapi berbagai kesulitan teknis dan logistik, sehingga memperlihatkan tantangan yang cukup besar dalam pengelolaan sumber daya ini. China yang sudah mengendalikan sebagian besar produksi dan pengolahan kobalt dunia berusaha memperkuat posisinya dengan eksplorasi laut dalam. Ini bisa mengubah tatanan pasokan logam kritis global dan meningkatkan persaingan geopolitik terkait sumber daya kelautan.
06 Nov 2025, 17.00 WIB

Bahaya Penambangan Laut Dalam Bagi Kehidupan Zooplankton dan Ekosistem Laut

Bahaya Penambangan Laut Dalam Bagi Kehidupan Zooplankton dan Ekosistem Laut
Penambangan mineral seperti nikel, kobalt, dan mangan di dasar laut tengah menjadi fokus karena digunakan untuk baterai isi ulang lithium-ion. Namun, proses ini dapat melepaskan limbah yang sangat sedikit nilai nutrisinya ke zona senja laut, sebuah area yang penting bagi banyak spesies laut kecil seperti zooplankton yang menjadi sumber makanan penting. Limbah dari penambangan tersebut dapat menggantikan makanan zooplankton dengan partikel yang disebut 'junk food' karena rendah kandungan organiknya. Kondisi ini berpotensi memicu kelaparan pada zooplankton yang kemudian berdampak pada hewan-hewan yang memakannya, seperti micronekton, ikan besar, dan paus. Pemerintah AS pada masa pemerintahan Donald Trump memutuskan untuk mempercepat izin komersial penambangan laut dalam meski peraturan internasional dari International Seabed Authority masih dalam tahap pengembangan. Langkah ini dipandang banyak pihak sebagai pelanggaran hukum internasional dan berpotensi merusak sistem tata kelola lautan global. Penelitian yang didanai oleh perusahaan penambangan deep-sea tersebut mengungkap efek negatif penambangan dengan uji skala kecil di Samudra Pasifik. Perusahaan mengklaim limbah akan dibuang di kedalaman lebih dari 2.000 meter, di luar zona senja laut, namun para ilmuwan memperingatkan risiko dari pembuangan limbah di kedalaman manapun. Alternatif teknologi baterai dan peningkatan daur ulang e-waste diusulkan untuk mengurangi ketergantungan pada penambangan laut dalam. Para peneliti menyarankan agar proses penambangan ini dihentikan sementara sampai ada pemahaman lebih baik mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan.