Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Sains

Misteri Komet 3I/ATLAS: Perubahan Warna dan Foto Tersembunyi

Share

Sekelompok laporan mengungkap dinamika komet 3I/ATLAS yang menunjukkan perubahan warna yang tidak biasa dan upaya penyembunyian foto-foto penting, memberikan wawasan baru terhadap fenomena astronomi dan potensi implikasinya bagi sains luar angkasa.

08 Nov 2025, 02.18 WIB

Komet Antar Bintang 3I/ATLAS: Mengapa Warnanya Hijau dan Ekor Tersembunyi

Komet Antar Bintang 3I/ATLAS: Mengapa Warnanya Hijau dan Ekor Tersembunyi
Komet 3I/ATLAS merupakan tamu langit yang sangat langka dan menarik, karena berasal dari luar sistem tata surya kita. Baru-baru ini, menggunakan teleskop kuat di Observatorium Lowell, ilmuwan berhasil mengamati komet ini saat ia menjauh dari matahari. Pengamatan ini penting untuk mengetahui lebih dalam tentang sifat dan komposisi komet. Saat komet dekat matahari, ia mengembangkan atmosfer atau koma, yang terdiri dari gas dan debu yang dipancarkan oleh komet akibat pemanasan. Untuk komet 3I/ATLAS, atmosfernya tampak paling terang jika dilihat dengan filter berwarna hijau yang mendeteksi diatomik karbon, sebuah molekul yang mudah dideteksi dan terkait dengan proses pembongkaran molekul besar oleh sinar ultraviolet matahari. Walaupun dalam gambar tampak seperti komet tanpa ekor, sebenarnya ekornya ada dan terlihat dari sudut pandang depan. Ini menyebabkan perbedaan kecerahan kecil di sisi kiri dan kanan atmosfer komet. Fenomena ini menjelaskan kenapa ekor tidak tampak jelas namun tetap ada secara fisik. Penelitian sebelumnya menunjukkan komet ini mungkin tertutupi oleh lapisan tebal yang dihasilkan oleh paparan radiasi luar angkasa yang lama, yang dapat menyulitkan para ilmuwan untuk memahami asal-usul komet karena bahan yang keluar sudah terubah. Hal ini menandakan pentingnya fase pasca perihelion untuk mengeksplorasi aktivitas komet secara maksimal. Dalam beberapa bulan mendatang, pengamatan terhadap komet ini akan terus dilakukan oleh berbagai teleskop besar maupun teleskop ukuran kecil yang dapat mengamati komet di pagi hari. Diharapkan ada banyak penemuan menarik terkait komposisi kimia dan sejarah komet antar bintang langka ini.
06 Nov 2025, 16.36 WIB

Tianwen-1 Tangkap Gambar Langka Objek Misterius di Tata Surya Kita

Tianwen-1 Tangkap Gambar Langka Objek Misterius di Tata Surya Kita
Pesawat luar angkasa Tianwen-1 milik China baru-baru ini berhasil mengambil gambar objek misterius yang melintas di tata surya kita. Objek yang dikenal sebagai 3I/Atlas ini adalah benda antar bintang ketiga yang pernah terdeteksi memasuki tata surya kita, menjadikannya sangat unik dan menarik perhatian ilmuwan dunia. 3I/Atlas pertama kali ditemukan oleh teleskop yang didanai NASA di Chile pada tanggal 1 Juli. Setelah itu, berbagai observasi dilakukan untuk memahami asal usul dan jenis objek ini, apakah benda alami seperti komet atau sesuatu yang diduga memiliki asal teknologi alien. Salah satu bukti utama bahwa objek ini berasal dari luar tata surya adalah lintasannya yang berbentuk hiperbolik, artinya tidak mengelilingi matahari secara teratur seperti planet atau komet lokal. Hal ini mendorong ilmuwan untuk mempelajari objek ini lebih lanjut menggunakan teknologi canggih. Tianwen-1 menggunakan kameranya yang memiliki resolusi tinggi untuk mengambil gambar 3I/Atlas dari jarak sekitar 30 juta kilometer. Ini merupakan salah satu observasi terdekat dari objek ini yang pernah dilakukan hingga saat ini, memberikan detail penting bagi para peneliti untuk analisis lebih lanjut. Hasil pengamatan ini penting untuk memahami lebih baik fenomena benda antar bintang yang melintasi tata surya kita. Data dari Tianwen-1 diharapkan dapat membantu menjawab pertanyaan besar apakah 3I/Atlas merupakan komet alamiah atau bahkan teknologi yang berasal dari peradaban asing.
06 Nov 2025, 07.50 WIB

NASA Dituntut Rilis Foto Komet Antar-Bintang 3I/ATLAS yang Misterius

NASA Dituntut Rilis Foto Komet Antar-Bintang 3I/ATLAS yang Misterius
NASA baru-baru ini mengambil foto Komet 3I/ATLAS, sebuah komet antar-bintang yang langka, melalui Mars Reconnaissance Orbiter. Foto ini diambil saat komet itu mendekati Mars pada awal Oktober 2025. Namun, foto tersebut hingga sekarang belum dirilis ke publik karena penutupan sementara pemerintah Amerika Serikat yang mempengaruhi kegiatan NASA. Penutupan pemerintah AS menyebabkan banyak staf NASA harus cuti, sehingga proses pengolahan data dan komunikasi publik tertunda. Penundaan ini menimbulkan spekulasi dan teori konspirasi di media sosial tentang kemungkinan aktivitas makhluk luar angkasa di balik komet tersebut, yang sudah dibantah oleh para ilmuwan ahli. Komet 3I/ATLAS pertama kali ditemukan pada 1 Juli 2025 oleh sistem ATLAS. Komet ini menunjukkan perilaku yang tidak biasa seperti percepatan non-gravitasi dan semburan materi yang mengarah ke Matahari. Selain itu, data tambahan dari rover Perseverance, teleskop Hubble, dan James Webb juga sedang ditunggu untuk memperkaya pemahaman tentang komet ini. Tekanan terhadap NASA meningkat setelah anggota DPR Anna Paulina Luna meminta lembaga tersebut mempublikasikan data lengkap komet agar pemahaman ilmiah mengenai objek antar-bintang ini bisa diperluas. Ahli astrofisika terkemuka Avi Loeb juga menyerukan rilis data guna mendukung observasi dan penelitian. Ia menyatakan komet ini mungkin memiliki sifat yang tidak alami berdasarkan anomali orbit dan komposisi material. Kepala NASA Sean Duffy bahkan menanggapi secara pribadi unggahan selebritas Kim Kardashian mengenai komet tersebut dan mengundangnya untuk melihat foto dari NASA. Komet ini akan melewati titik terdekatnya dengan Matahari pada akhir Oktober dan mendekati Bumi pada Desember 2025 tanpa menimbulkan risiko benturan.
05 Nov 2025, 23.24 WIB

Langkah Pemerintah Menangani Perubahan Iklim untuk Masa Depan Lebih Baik

Langkah Pemerintah Menangani Perubahan Iklim untuk Masa Depan Lebih Baik
Pemerintah Indonesia kini semakin serius dalam menangani perubahan iklim yang menjadi masalah global dan nasional. Berbagai peristiwa bencana alam yang semakin sering terjadi membuat semua pihak sadar bahwa perubahan iklim harus segera diatasi. Pemerintah menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca sebagai salah satu upaya utama. Target pengurangan emisi yang telah ditentukan cukup ambisius dan membutuhkan dukungan berbagai pihak. Mulai dari aktivis lingkungan yang terus mendorong transparansi dan komitmen hingga perusahaan energi yang harus beralih ke teknologi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Semua elemen ini penting untuk mewujudkan tujuan bersama. Kerja sama internasional juga menjadi kunci sukses kebijakan ini. Perubahan iklim adalah masalah global dan memerlukan kontribusi dari banyak negara. Indonesia berkomitmen untuk mengikuti standar dan kesepakatan internasional demi menjaga kelestarian lingkungan dan masa depan generasi mendatang. Selain menetapkan target, pemerintah juga fokus pada pengembangan teknologi ramah lingkungan seperti energi terbarukan dan efisiensi energi. Hal ini tidak hanya akan membantu mengurangi emisi, tetapi juga memberikan peluang ekonomi baru yang dapat menyerap tenaga kerja dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Meski begitu, tantangan tidak bisa dihindari. Implementasi kebijakan ini menghadapi berbagai hambatan mulai dari kendala infrastruktur, biaya yang cukup tinggi, hingga resistensi dari beberapa kelompok yang terdampak. Oleh karena itu, perlu pengawasan dan evaluasi terus-menerus agar kebijakan yang diterapkan efektif dan adil bagi semua pihak.
05 Nov 2025, 22.32 WIB

Komet C/2025 K1 Bertahan Dekat Matahari dan Menampilkan Warna Emas Langka

Komet C/2025 K1 Bertahan Dekat Matahari dan Menampilkan Warna Emas Langka
Komet baru bernama C/2025 K1 (ATLAS) ditemukan pada bulan Mei oleh sistem pengamatan ATLAS yang tersebar di Hawaii, Chile, dan Afrika Selatan. Awalnya, komet ini tidak mendapat banyak perhatian karena ada komet lain yang lebih dikenal, seperti 3I/ATLAS dan Comet Lemmon yang sedang menarik perhatian para astronom dan pengamat langit. Pada tanggal 8 Oktober, komet ini mencapai titik terdekatnya dengan matahari, hanya berjarak 31 juta mil. Banyak ahli percaya bahwa komet ini tidak akan bertahan karena tekanan gravitasi serta suhu yang ekstrem saat melewati dekat matahari, namun C/2025 K1 berhasil melewatinya dengan selamat. Setelah perihelion, fotografer astrofoto Dan Bartlett dari California berhasil menangkap gambar komet dengan warna keemasan terang yang sangat jarang terlihat pada komet lain. Warna ini kemudian dikonfirmasi oleh beberapa fotografer lain di Amerika Serikat, seperti Arizona. Warna unik komet C/2025 K1 diperkirakan karena kurangnya molekul karbon seperti dikarbon, sianida, dan karbon monoksida. Umumnya, warna komet tergantung pada komposisi kimianya, dan warna emas ini menjadi sesuatu yang sangat langka dan menarik bagi para astronom. Saat ini, komet memiliki magnitudo 9 dan bisa diamati menggunakan teleskop atau binokular, berada di rasi bintang Virgo dan Leo. Komet ini akan mencapai jarak terdekatnya ke Bumi pada 25 November dan kemungkinan bisa dilihat sampai awal Desember bagi para penggemar astronomi.
05 Nov 2025, 22.32 WIB

Komet C/2025 K1 Bertahan dari Matahari dan Menjadi Pita Emas Langka

Komet C/2025 K1 (ATLAS) ditemukan pada Mei oleh astronom dari sistem ATLAS yang menggunakan teleskop di Hawaii, Chile, dan Afrika Selatan untuk memantau benda langit yang bergerak. Awalnya, komet ini tidak terlalu diperhatikan karena ada sorotan lebih besar pada komet interstellar 3I/ATLAS dan Comet Lemmon. Pada tanggal 8 Oktober, C/2025 K1 mencapai perihelion, yaitu titik terdekatnya dengan Matahari, dengan jarak sekitar 31 juta0.00 km (mil) (50 juta kilometer). Jarak ini empat kali lebih dekat dibandingkan 3I/ATLAS saat perihelionnya. Banyak ahli menduga komet ini akan hancur akibat tarikan gravitasi yang kuat dari Matahari. Namun, pada 29 Oktober, foto dari Dan Bartlett di California menunjukkan C/2025 K1 tetap ada dan menampilkan warna emas yang luar biasa dengan ekor panjang yang menyerupai pita. Warna kemerahan, cokelat, dan keemasan ini juga terlihat oleh fotografer lain di Amerika Serikat, yang membuat komet ini sangat unik. Warna emas ini diduga berasal dari rendahnya kandungan molekul karbon seperti dicarbon, karbon monoksida, dan sianida dalam awan gas dan debu di sekitar komet. Hanya dua komet lain yang pernah menunjukkan kadar molekul karbon lebih rendah dari C/2025 K1, sehingga warnanya menjadi sangat langka dan jarang diamati. Kini, komet ini memiliki magnitudo tampak 9 dan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, namun dapat diamati menggunakan teleskop atau binocular yang baik. Posisi komet ini berada di antara rasi bintang Virgo dan Leo, dan dapat terlihat paling jelas sebelum matahari terbit hingga awal Desember.
05 Nov 2025, 00.38 WIB

Komet Antarbintang 3I/ATLAS Tunjukkan Perubahan Warna Biru yang Misterius

Komet 3I/ATLAS adalah objek antarbintang ketiga yang diketahui mengunjungi tata surya kita, dengan kecepatan sangat tinggi saat mendekati matahari. Komet ini mungkin merupakan yang tertua pernah terlihat, berusia lebih dari 7 miliar tahun, dan ditengarai telah berkelana melintasi ruang antarbintang sebelum tiba di tata surya kita saat ini. Selama perjalanannya melewati sisi jauh matahari yang membuatnya jarang terlihat dari Bumi, komet 3I/ATLAS mengalami peningkatan kecerahan yang tidak biasa dan perubahan warna yang menarik perhatian para ilmuwan. Awalnya berwarna merah saat pertama kali diamati, kemudian berubah menjadi hijau, dan baru-baru ini mulai menunjukkan warna kebiruan yang belum pernah dilihat sebelumnya. Para peneliti menduga perubahan warna ini disebabkan oleh gas seperti karbon monoksida, amonia, dicarbon, dan sianida yang menguap dari permukaan komet. Warna biru yang diindikasikan kemungkinan menandakan gas baru yang keluar setelah melewati perihelion, namun studi ini masih perlu konfirmasi karena belum melalui kajian peer-review. Pada 29 Oktober, komet mencapai titik terdekatnya dengan matahari, sekitar 1,4 kali jarak Bumi-matahari, dan akan berada paling dekat ke Bumi pada 19 Desember. Observasi dari teleskop dan pesawat luar angkasa akan memberi data lebih rinci tentang komet dan membantu memahami karakteristik uniknya, termasuk keberadaan ekor anti dan kandungan karbon dioksida yang tinggi. Perilaku aneh komet ini juga memunculkan spekulasi kontroversial tentang kemungkinan komet tersebut sebagai benda teknologi asing, namun mayoritas ahli sepakat bahwa komet bertingkah sebagaimana mestinya. Pengamatan lanjutan diharapkan bisa mengungkap masih banyak rahasia tentang komet yang telah berkelana selama miliaran tahun ini.
03 Nov 2025, 23.51 WIB

Komet Antar Bintang 3I/ATLAS Kembali Terlihat Setelah Melintasi Matahari

Komet 3I/ATLAS adalah objek antar bintang ketiga yang pernah diamati yang kembali terlihat dari Bumi setelah melewati titik terdekatnya dengan Matahari pada tanggal 29 Oktober 2023. Para astronom menggunakan teleskop besar di Arizona untuk mengabadikan gambar pertamanya setelah perihelion. Kompas ini bergerak sangat cepat melalui tata surya kita, dengan kecepatan lebih dari 210.000 kilometer per jam dalam lintasan yang sangat datar dan lurus. Keunikan ini membuatnya menarik untuk diamati dan dipelajari lebih lanjut. Warna biru yang tampak pada komet ini menunjukkan adanya emisi gas yang aktif, sebuah fenomena yang biasanya terjadi saat komet mendekati Matahari dan sejumlah es pada permukaannya menguap menjadi gas. Penemuan ini penting untuk memahami komposisi dan aktivitas komet. Selain itu, ada spekulasi bahwa 3I/ATLAS bisa menjadi komet tertua yang pernah diamati, dengan usia yang jauh lebih tua dari objek-objek lain di tata surya. Namun, lapisan kerak hasil paparan radiasi luar angkasa membuat asal usulnya lebih sulit dipahami. Para astronom dan amatir disarankan untuk mulai mengamati komet ini terutama selama fajar dengan bantuan teleskop kecil hingga besar yang mampu melihat di dekat cakrawala. Observasi yang terus berlangsung akan memberikan data penting untuk penelitian lanjutan.

Baca Juga

  • Fisika Fundamental Teruji: Eksperimen Modern Tantang Teori Klasik

  • Kepemimpinan Ilmiah Meningkat China dalam Teknologi Fundamental

  • Penemuan Struktur Berputar Terbesar di Alam Semesta: Rangkaian Galaksi yang Berputar

  • Strategi Psikologi untuk Meningkatkan Perbaikan Diri

  • Merevolusi Kesehatan Otak: Munculnya Neuroteknologi Generasi Berikutnya