Courtesy of TechCrunch

Dampak Likuidasi Divvy Homes dan Tren Terbaru di Dunia Fintech 2024

29 Jan 2025, 01.05 WIB

280 dibaca

Divvy Homes, sebuah perusahaan fintech di bidang real estate, baru saja mengumumkan penjualannya kepada Brookfield Properties dengan nilai sekitar Rp 16.45 triliun ($1 miliar) . Meskipun terlihat seperti kesepakatan yang baik, banyak pemegang saham yang tidak akan mendapatkan keuntungan karena sebagian besar uang tersebut akan digunakan untuk membayar utang perusahaan yang mencapai Rp 12.09 triliun ($735 juta) . CEO Divvy, Adena Hefets, mengakui bahwa hasil keuangan ini tidak memuaskan dan perusahaan mengalami berbagai masalah, termasuk keluhan tentang pemeliharaan properti dan pengusiran penyewa.

Di sisi lain, beberapa perusahaan fintech lainnya masih mendapatkan pendanaan. Foyer, yang membantu orang menabung untuk uang muka rumah, berhasil mengumpulkan Rp 101.96 miliar ($6,2 juta) . Sementara itu, Jar, sebuah fintech asal India, telah mencapai titik positif dalam arus kas. Ramp juga meluncurkan produk baru yang memungkinkan pelanggan mereka mendapatkan lebih banyak dari uang operasional. Meskipun ada tantangan di industri ini, beberapa startup masih berhasil menarik perhatian investor dan mendapatkan dana untuk berkembang.

Referensi:
[1] https://techcrunch.com/2025/01/28/this-startup-is-selling-for-1b-so-why-is-its-founder-not-proud-of-the-outcome/

Analisis Kami

"Penjualan Divvy Homes menggambarkan risiko tinggi dan kompleksitas pendanaan startup proptech yang mengandalkan utang besar di tengah volatilitas pasar dan kenaikan suku bunga. Di sisi lain, produk inovatif seperti yang diluncurkan Ramp menunjukkan bagaimana fintech dapat beradaptasi dan memperluas layanan mereka ke area baru untuk tetap kompetitif."

Analisis Ahli

Manish Singh

"Mencatat bagaimana startup seperti Jar mampu mencapai cash-flow positif dan tumbuh pesat meski pasar fintech sedang sulit, menunjukkan pentingnya model bisnis yang berkelanjutan di industri ini."

Romain Dillet

"Menyoroti koneksi menarik antara startup AI dan unicorn asuransi kesehatan, yang bisa membuka peluang integrasi teknologi canggih ke dalam sektor kesehatan."

Prediksi Kami

Tren likuidasi dan akuisisi dengan hasil yang kurang optimal untuk pemegang saham biasa kemungkinan akan terus terjadi, sementara beberapa startup fintech yang gesit tetap bisa menarik investasi dan tumbuh meski kondisi pasar sulit.