Courtesy of YahooFinance

Emas Menanjak Drastis Karena Risiko Tarif dan Ketidakpastian Kebijakan AS

31 Jan 2025, 23.51 WIB

185 dibaca

Harga emas mencapai rekor baru, dan analis dari Goldman Sachs tetap optimis terhadap logam mulia ini. Mereka percaya bahwa ketidakpastian kebijakan di AS, seperti kemungkinan tarif terhadap Meksiko dan Kanada, akan meningkatkan nilai emas sebagai investasi. Emas diperkirakan akan terus naik karena risiko yang terkait dengan tarif dan utang AS. Pada hari Jumat, harga emas naik melewati Rp 47.03 juta ($2,860) per ons, dan ini adalah minggu kelima berturut-turut kenaikan harga.

Meskipun Federal Reserve mempertahankan suku bunga, yang biasanya membuat emas kurang menarik, permintaan dari bank sentral asing dan investasi dalam dana yang didukung emas tetap tinggi. Goldman Sachs memprediksi harga emas bisa mencapai Rp 49.34 juta ($3,000) per ons pada kuartal kedua tahun 2026, dan mereka menekankan bahwa investasi jangka panjang dalam emas adalah rekomendasi terbaik mereka di antara komoditas.

Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/goldman-sachs-says-go-long-gold-amid-tariff-uncertainty-165145116.html

Analisis Ahli

Ray Dalio

"Dalam lingkungan risiko geopolitik dan ketidakpastian ekonomi, emas menjadi aset penting untuk diversifikasi dan lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan dolar AS."

Janet Yellen

"Kebijakan fiskal dan moneter AS yang tidak menentu meningkatkan permintaan aset safe haven seperti emas, terutama saat tarif perdagangan menimbulkan ketidakstabilan pasar."

Analisis Kami

"Kenaikan harga emas ini adalah cerminan nyata dari ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global yang semakin tajam, di mana investor mencari aset yang stabil dan aman. Dengan kondisi pasar saat ini, emas bukan hanya sebagai instrumen lindung nilai, tapi juga peluang investasi yang sangat menarik yang harus dipertimbangkan oleh semua kalangan investor."

Prediksi Kami

Kenaikan harga emas kemungkinan akan berlanjut seiring dengan meningkatnya risiko perdagangan dan ketidakpastian kebijakan, mencapai bahkan melampaui target Goldman Sachs di $3.000 per ounce dalam dua tahun ke depan.