Courtesy of YahooFinance

IPO LG CNS Terbesar di Korea Ternyata Mengecewakan Pasar Saham Seoul

05 Feb 2025, 11.35 WIB

193 dibaca

Perusahaan teknologi terbesar di Korea Selatan, LG CNS Co., mengalami debut yang kurang baik di pasar saham Seoul setelah melakukan penawaran umum perdana (IPO) senilai 1,2 triliun won (sekitar 821 juta dolar AS). Saham LG CNS turun hingga 8,6% pada hari pertama perdagangan, dari harga IPO 61.900 won menjadi 56.600 won. Hal ini menunjukkan bahwa para investor semakin skeptis terhadap IPO sebagai cara yang pasti untuk menghasilkan uang, terutama karena banyak perusahaan yang baru saja go public mengalami penurunan harga saham dalam beberapa bulan terakhir.

Meskipun ada harapan bahwa LG CNS dapat diuntungkan dari perkembangan teknologi kecerdasan buatan, banyak investor merasa bahwa harga sahamnya tidak terlalu menarik. Beberapa analis menyebutkan bahwa pasar IPO di Korea Selatan mungkin sudah terlalu panas dan perlu adanya pengaturan untuk mendorong investasi jangka panjang. Dengan hanya sekitar 25% dari 35 perusahaan yang go public dalam tiga bulan terakhir yang masih diperdagangkan di atas harga IPO, otoritas Korea Selatan berencana untuk mereformasi pasar IPO agar lebih stabil.

Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/korea-top-listing-years-flops-043527662.html

Analisis Kami

"Penurunan harga saham LG CNS saat debut menunjukkan bahwa optimisme berlebihan terhadap teknologi AI dan masa depan masih belum cukup untuk mendukung nilai saham dalam kondisi pasar saat ini. Reformasi pasar IPO sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan antara harapan investor dan fundamental perusahaan demi menghindari kerugian massal dan meningkatkan kepercayaan pasar."

Analisis Ahli

Kim Dojoon

"Pasar IPO di Korea sedang terlalu panas dan memerlukan pengendalian agar tidak terjadi gelembung yang lebih parah."

Park Jinho

"LG CNS tidak murah dan masalah likuiditas pasar Korea juga memengaruhi performa saham setelah IPO."

Prediksi Kami

Pasar IPO Korea Selatan kemungkinan akan mengalami perlambatan dan penyesuaian harga lebih lanjut, dengan kemungkinan regulasi yang lebih ketat untuk menghindari gelembung dan mendorong stabilitas harga saham jangka panjang.