Courtesy of CNBCIndonesia
Ikhtisar 15 Detik
- Resesi di Indonesia dipicu oleh berbagai faktor, termasuk hiperinflasi dan krisis keuangan.
- Krisis 1998 menyebabkan lonjakan angka kemiskinan dan dampak sosial yang besar.
- Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perubahan signifikan dalam kondisi ekonomi dan sosial selama periode resesi.
Perekonomian dunia saat ini menghadapi banyak ketidakpastian, dan Indonesia pernah mengalami resesi tiga kali, yaitu pada tahun 1963, 1998, dan 2020/2021. Resesi pertama pada 1963 disebabkan oleh hiperinflasi dan kondisi politik yang buruk, di mana inflasi mencapai 119% dan Produk Domestik Bruto (PDB) terkontraksi 2,24%. Setelah periode sulit tersebut, ekonomi Indonesia mulai membaik pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Resesi kedua terjadi pada 1998 akibat Krisis Keuangan Asia, yang dimulai di Thailand dan berdampak pada banyak negara, termasuk Indonesia. Ekonomi Indonesia terkontraksi hingga 13,13% dan inflasi melonjak menjadi 77,63%. Banyak perusahaan bangkrut, nilai tukar rupiah jatuh, dan jumlah penduduk miskin meningkat drastis dari 22,5 juta orang pada 1996 menjadi 49,5 juta orang pada akhir 1998. Resesi ini juga menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan menurunnya jumlah perusahaan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menyebabkan resesi di Indonesia pada tahun 1963?A
Resesi di Indonesia pada tahun 1963 disebabkan oleh hiperinflasi dan kondisi politik yang buruk.Q
Bagaimana dampak Krisis Keuangan Asia terhadap ekonomi Indonesia?A
Krisis Keuangan Asia menyebabkan ekonomi Indonesia terkontraksi hingga 13,13% dan nilai tukar rupiah jatuh drastis.Q
Apa yang terjadi dengan angka kemiskinan di Indonesia setelah resesi 1998?A
Setelah resesi 1998, jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat dari 22,5 juta menjadi 49,5 juta orang.Q
Siapa yang menjadi Presiden Indonesia selama krisis 1998?A
Presiden Indonesia selama krisis 1998 adalah Soeharto.Q
Apa yang terjadi pada investasi dan pengeluaran rumah tangga selama resesi 1963?A
Selama resesi 1963, investasi terkontraksi 23,69% dan pengeluaran rumah tangga terkontraksi 3,95%.