Proses Baru Pemurnian Nikel yang Ramah Lingkungan Dikembangkan di Indonesia
Courtesy of NatureMagazine

Proses Baru Pemurnian Nikel yang Ramah Lingkungan Dikembangkan di Indonesia

Membuktikan bahwa proses pemurnian nikel yang lebih ramah lingkungan dapat bekerja secara ilmiah.

30 Apr 2025, 07.00 WIB
94 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Proses pemurnian nikel baru dapat mengurangi jejak karbon secara signifikan.
  • Produksi nikel saat ini sangat berkontribusi terhadap emisi karbon global.
  • Permintaan nikel diperkirakan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan penggunaan baterai lithium-ion.
Para peneliti telah mengembangkan proses baru untuk memurnikan nikel yang dapat secara signifikan mengurangi jejak karbonnya. Proses ini penting karena pemurnian nikel saat ini sangat intensif karbon, dengan rata-rata menghasilkan sekitar 20 ton karbon dioksida per ton bijih nikel. Permintaan global untuk nikel diprediksi akan berlipat ganda pada tahun 2040, terutama karena penggunaannya dalam baterai lithium-ion. Proses baru ini adalah demonstrasi prinsip pertama yang berhasil, menunjukkan bahwa ilmu pengetahuannya bekerja. Proses pemurnian dari laterit, jenis bijih yang saat ini kurang dimanfaatkan, dapat melepaskan lebih dari 40 ton karbon dioksida per ton nikel. Implementasi proses ini pada skala industri akan menghadapi beberapa tantangan teknik, tetapi jika berhasil, dapat secara dramatis mengurangi emisi karbon dari pemurnian nikel.
Sumber: https://nature.com/articles/d41586-025-01356-w

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang ditemukan oleh para peneliti mengenai proses pemurnian nikel?
A
Para peneliti mengembangkan proses pemurnian nikel yang dapat secara signifikan mengurangi jejak karbon.
Q
Mengapa pemurnian nikel dianggap memiliki jejak karbon yang tinggi?
A
Pemurnian nikel dianggap memiliki jejak karbon yang tinggi karena produksi primer nikel menghasilkan sekitar 20 ton karbon dioksida untuk setiap ton nikel yang diproduksi.
Q
Apa dampak penggunaan nikel dalam baterai lithium-ion?
A
Penggunaan nikel dalam baterai lithium-ion diperkirakan akan menyebabkan permintaan global nikel meningkat dua kali lipat pada tahun 2040.
Q
Siapa Ubaid Manzoor dan apa perannya dalam penelitian ini?
A
Ubaid Manzoor adalah seorang insinyur metalurgi yang terlibat dalam penelitian ini dan bekerja di Max Planck Institute for Sustainable Materials.
Q
Di mana penelitian ini dipublikasikan?
A
Penelitian ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature.

Artikel Serupa

Mengubah Polusi Karbon Jadi Bahan Bangunan Ramah Lingkungan di MichiganInterestingEngineering
Sains
1 bulan lalu
119 dibaca

Mengubah Polusi Karbon Jadi Bahan Bangunan Ramah Lingkungan di Michigan

Mikroba Ajaib Pengambil Logam dan Penangkap Karbon untuk Masa Depan BersihInterestingEngineering
Sains
1 bulan lalu
122 dibaca

Mikroba Ajaib Pengambil Logam dan Penangkap Karbon untuk Masa Depan Bersih

Pabrik yang menggunakan tenaga listrik di AS memproduksi ton pertama baja hijau, oksigen sebagai produk sampingan.InterestingEngineering
Sains
4 bulan lalu
87 dibaca

Pabrik yang menggunakan tenaga listrik di AS memproduksi ton pertama baja hijau, oksigen sebagai produk sampingan.

Daya tinggi: Ilmuwan AS mengembangkan baterai berbasis nikel yang lebih aman dan berenergi tinggi untuk kendaraan listrik (EV).InterestingEngineering
Teknologi
4 bulan lalu
146 dibaca

Daya tinggi: Ilmuwan AS mengembangkan baterai berbasis nikel yang lebih aman dan berenergi tinggi untuk kendaraan listrik (EV).

Para ilmuwan mengubah limbah baterai mati dan CO2 menjadi bahan bakar, membunuh 2 burung dengan 1 batu.InterestingEngineering
Sains
5 bulan lalu
61 dibaca

Para ilmuwan mengubah limbah baterai mati dan CO2 menjadi bahan bakar, membunuh 2 burung dengan 1 batu.

Perusahaan-perusahaan China menguasai sekitar 75% kapasitas nikel Indonesia, menurut laporan.YahooFinance
Bisnis
5 bulan lalu
208 dibaca

Perusahaan-perusahaan China menguasai sekitar 75% kapasitas nikel Indonesia, menurut laporan.