Courtesy of SCMP
Tiongkok Tawarkan Gaji Besar untuk Tarik Kembali Ilmuwan dari AS
Menjelaskan bagaimana Tiongkok mencoba menarik ilmuwan Tionghoa yang bekerja di Amerika Serikat dengan menawarkan gaji besar dan program khusus sebagai respon terhadap kondisi sulit yang dihadapi para ilmuwan di AS.
15 Mei 2025, 08.30 WIB
40 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- China menawarkan gaji tinggi untuk menarik ilmuwan yang berpindah dari AS.
- Kebijakan politik di AS mempengaruhi keputusan ilmuwan untuk kembali ke China.
- Kondisi akademik di AS semakin menantang bagi ilmuwan, terutama yang berasal dari China.
Beijing, Tiongkok dan Amerika Serikat - Banyak ilmuwan keturunan Tionghoa di Amerika Serikat kini menghadapi tantangan serius karena pemotongan dana riset dan pengawasan ketat yang semakin meningkat di bawah pemerintah Donald Trump. Kondisi ini membuat mereka mempertimbangkan kembali masa depan karier mereka di AS.
Menanggapi situasi ini, beberapa institusi riset di Tiongkok meluncurkan program rekrutmen khusus yang menawarkan gaji dan fasilitas menarik untuk menarik ilmuwan-ilmuwan tersebut kembali ke negara asalnya. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih baik dan bebas dari tekanan politik.
Salah satu program yang ditawarkan mencakup posisi postdoctoral dengan gaji mencapai 100 ribu dolar AS per tahun selama tiga tahun. Angka ini dua kali lipat dari gaji postdoctoral biasa dan hampir setara dengan gaji seorang asisten profesor di universitas ternama.
Sumber dari Beijing mengungkapkan bahwa tawaran seperti ini sangat menggoda bagi para ilmuwan yang merasa terbebani oleh kondisi finansial dan politik di AS. Banyak ilmuwan sedang mempertimbangkan untuk menerima tawaran tersebut meski belum mengumumkan keputusan resmi mereka.
Situasi ini menggambarkan bagaimana geopolitik dan kebijakan dalam negeri dapat memengaruhi migrasi para peneliti dan bagaimana Tiongkok berupaya memanfaatkan peluang untuk memperkuat posisi ilmiahnya di kancah internasional.
--------------------
Analisis Kami: Langkah Tiongkok ini sangat strategis dalam mengatasi brain drain akibat kebijakan proteksionisme di AS. Ini juga menandakan pergeseran kekuatan riset global yang semakin mengarah ke Asia Timur sebagai pusat inovasi masa depan.
--------------------
Analisis Ahli:
Steven Chu (Nobel Laureate in Physics): Langkah tersebut mencerminkan perubahan geopolitik dalam dunia riset dan pentingnya kebijakan yang mendukung kebebasan akademik untuk mempertahankan talenta terbaik.
--------------------
What's Next: Kemungkinan akan terjadi peningkatan kembali jumlah ilmuwan Tiongkok yang pindah ke Tiongkok, yang dapat memperkuat kemampuan penelitian dan inovasi di negara tersebut sementara AS mengalami kekurangan talenta di bidang sains dan teknologi.
Referensi:
[1] https://www.scmp.com/news/china/science/article/3309548/wanted-china-born-researchers-leave-us-work-china-attractive-pay?module=top_story&pgtype=subsection#comments
[1] https://www.scmp.com/news/china/science/article/3309548/wanted-china-born-researchers-leave-us-work-china-attractive-pay?module=top_story&pgtype=subsection#comments
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang ditawarkan oleh institusi China kepada ilmuwan yang terkena dampak pemotongan pendanaan di AS?A
Institusi China menawarkan paket gaji yang besar untuk menarik ilmuwan yang terkena dampak pemotongan pendanaan di AS.Q
Mengapa banyak ilmuwan China mempertimbangkan untuk kembali ke China?A
Banyak ilmuwan China mempertimbangkan untuk kembali ke China karena tantangan finansial dan politik yang mereka hadapi di AS.Q
Berapa besar gaji yang ditawarkan untuk posisi pascadoktoral di China?A
Gaji yang ditawarkan untuk posisi pascadoktoral di China dapat mendekati US$100,000 per tahun.Q
Siapa yang menjadi sumber informasi tentang program perekrutan ini?A
Sumber informasi tentang program perekrutan ini adalah seorang geolog senior yang berbasis di Beijing.Q
Apa dampak dari kebijakan Donald Trump terhadap ilmuwan China di AS?A
Kebijakan Donald Trump berdampak negatif terhadap kebebasan akademik dan pendanaan untuk penelitian, membuat ilmuwan China merasa tertekan.