Courtesy of YahooFinance
China baru-baru ini meluncurkan rencana untuk mendukung ekonominya yang sedang terpuruk dengan menerbitkan obligasi dolar pertamanya sejak 2021. Dalam penawaran ini, China menerima lebih dari Rp 657.80 triliun ($40 miliar) , yang jauh lebih banyak dibandingkan jumlah obligasi yang ditawarkan. Mereka berhasil mengumpulkan Rp 32.89 triliun ($2 miliar) dari obligasi dengan jangka waktu tiga dan lima tahun, dengan imbal hasil yang sangat kompetitif, hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah AS. Penjualan obligasi ini dilakukan di Arab Saudi, yang menunjukkan peningkatan hubungan ekonomi antara kedua negara.
Obligasi yang diterbitkan China juga menarik perhatian investor global, dan beberapa obligasi sebelumnya bahkan memiliki imbal hasil yang lebih rendah dibandingkan obligasi pemerintah AS, yang biasanya dianggap sebagai investasi paling aman. Permintaan yang kuat dari investor China yang mencari imbal hasil lebih tinggi di pasar luar negeri juga berkontribusi pada situasi ini. Selain itu, China juga melakukan penjualan obligasi dalam euro di Paris, dan baru-baru ini mengumumkan program bailout besar untuk membantu pemerintah daerah yang terjebak utang.