Courtesy of YahooFinance
Goldman Sachs Prediksi Inflasi Naik, Bitcoin dan Ethereum Tetap Naik Meski Ada Risiko
Memberikan prediksi terbaru tentang inflasi dan dampaknya pada kebijakan moneter serta pasar aset risiko seperti cryptocurrency, berdasarkan data CPI yang akan dirilis dan situasi ekonomi terkini.
11 Jun 2025, 01.50 WIB
29 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Goldman Sachs memperkirakan inflasi akan meningkat, yang berpotensi mempengaruhi kebijakan monetari Fed.
- Reaksi positif dari pasar cryptocurrency menunjukkan ketertarikan investor terhadap aset digital di tengah ketidakpastian ekonomi.
- Pergerakan harga Bitcoin menunjukkan bahwa pasar sedang dalam fase hati-hati dengan potensi profit-taking dari pemegang jangka panjang.
New York, Amerika Serikat - Goldman Sachs membuat prediksi mengejutkan mengenai inflasi untuk bulan Mei yang akan diumumkan segera. Mereka memproyeksikan bahwa inflasi bulanan akan naik dari 0,05% menjadi 0,25%, dan inflasi inti tahunan akan naik dari 2,8% menjadi 3,5%. Prediksi ini datang meskipun ada tekanan inflasi yang mulai mereda pada sektor tenaga kerja, perumahan, dan otomotif.
Prediksi inflasi yang meningkat ini berpotensi membatasi keinginan Federal Reserve (Fed) untuk menurunkan suku bunga di masa depan. Namun, aset risiko seperti cryptocurrency justru menunjukkan reaksi positif. Bitcoin tetap berada di atas Rp 1.79 juta ($109.000) dan Ethereum naik ke level Rp 44.40 ribu ($2.700) , menunjukkan bahwa pasar kripto cukup optimis meski terdapat tantangan makroekonomi.
Goldman Sachs juga meningkatkan kepemilikan mereka dalam BlackRock iShares Bitcoin Trust sebesar 28%, menunjukkan bahwa mereka lebih percaya pada potensi Bitcoin sebagai aset investasi. Di sisi lain, meskipun penambahan pekerjaan pada bulan Mei sekitar 139.000, tingkat pengangguran masih stabil, yang bisa memengaruhi keputusan Fed terkait pelonggaran kebijakan moneter.
Analis dari berbagai perusahaan memberikan pandangan berbeda tentang kondisi Bitcoin saat ini. Bitfinex mencatat adanya aksi ambil untung dari pemegang jangka panjang yang menyebabkan volatilitas dan koreksi harga. Harga Bitcoin sempat naik ke Rp 1.84 juta ($111.880) namun kemudian turun lebih dari 10% dan berada di zona support kritis di sekitar Rp 1.71 juta ($103.700) dan Rp 1.60 juta ($97.100) .
Kondisi politik yang melibatkan Presiden Donald Trump dan Elon Musk juga menambah ketidakpastian pasar, berpotensi memperburuk sentimen investor. Semua ini membuat para pelaku pasar menunggu dengan waspada data CPI yang akan diumumkan karena hasilnya akan sangat menentukan arah investasi di aset risiko seperti cryptocurrency.