Courtesy of InterestingEngineering
Potensi Bom Bunker-Buster AS untuk Serang Situs Nuklir Bawah Tanah Iran Fordow
Menjelaskan situasi konflik antara Iran dan Israel serta potensi penggunaan bom bunker-buster dari Amerika Serikat untuk menyerang fasilitas nuklir bawah tanah Fordow yang sulit dijangkau.
18 Jun 2025, 19.23 WIB
48 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Perang antara Iran dan Israel semakin intensif dengan potensi penggunaan senjata canggih.
- Fasilitas Fordow adalah lokasi strategis yang diperhatikan oleh Israel karena kemampuannya dalam pengayaan uranium.
- Bom bunker-buster dari AS adalah alat yang mungkin digunakan untuk menyerang fasilitas nuklir yang terletak jauh di bawah tanah.
Teheran, Iran - Perang antara Iran dan Israel semakin memanas dengan serangan menggunakan rudal, drone, dan jet. Namun, perhatian utama adalah kemungkinan serangan terhadap fasilitas pengayaan nuklir Iran di Fordow yang terletak sangat dalam di bawah tanah, sehingga sulit untuk dihancurkan dengan bom biasa.
Israel tidak memiliki senjata bunker-buster atau pesawat B-2 Spirit yang dibutuhkan untuk menyerang fasilitas ini. Oleh karena itu, semua perhatian mengarah ke Amerika Serikat yang memiliki bom GBU-57 MOP dan pesawat B-2 yang mampu menembus hingga 60 meter di bawah permukaan tanah.
Fasilitas Fordow dirancang untuk tahan terhadap serangan konvensional karena lokasinya yang dalam dan dibangun di sisi gunung. Laporan organisasi internasional menyatakan kerusakan terbatas di Fordow meskipun ada serangan di lokasi nuklir lain di Iran.
Bom bunker-buster dari AS adalah senjata khusus yang dapat menembus lapisan tanah, batu dan kemudian meledak untuk menghancurkan target di bawah tanah. Namun, penggunaan bom ini untuk menyerang Fordow akan menjadi langkah besar yang memerlukan pertimbangan politik dan militer yang matang.
Hingga kini, Amerika Serikat masih belum terlibat langsung dalam konflik ini, meskipun beberapa peningkatan kekuatan militer mulai dilakukan di wilayah Timur Tengah. Masa depan penggunaan senjata ini dalam perang Iran dan Israel masih belum pasti.