Courtesy of YahooFinance
Sovcomflot, grup tanker terbesar di Rusia, melaporkan bahwa sanksi dari negara-negara Barat terhadap tanker minyak Rusia berdampak negatif pada kinerja keuangannya. Sejak sanksi yang diterapkan oleh Amerika Serikat pada bulan Februari, pendapatan Sovcomflot turun 22,2% menjadi Rp 20.06 triliun ($1,22 miliar) dalam sembilan bulan terakhir, dan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi juga menurun 31,5% menjadi Rp 14.16 triliun ($861 juta) . Sanksi ini bertujuan untuk mengurangi pendapatan Rusia dari penjualan minyak yang digunakan untuk membiayai perang di Ukraina.
Meskipun ada batasan harga minyak Rusia sebesar Rp 986.70 ribu ($60) per barel yang diterapkan oleh negara-negara G7, pelaksanaannya sulit dilakukan, sehingga tanker seperti milik Sovcomflot menjadi sasaran utama sanksi. CEO Sovcomflot menyatakan bahwa sanksi dan perubahan kondisi pasar dapat mengurangi pendapatan perusahaan tahun ini. Meskipun menghadapi tantangan, Sovcomflot berkomitmen untuk terus bekerja mengatasi masalah yang muncul.