Courtesy of Forbes
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa manajemen yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) mungkin bisa efektif dalam beberapa situasi, seperti pada pengemudi layanan ride-hailing seperti Uber dan Lyft. Penelitian yang dilakukan oleh Lindsey Cameron dari Wharton School, Universitas Pennsylvania, menemukan bahwa pengemudi sering berinteraksi dengan aplikasi AI lebih dari seratus kali dalam satu shift, dan banyak dari mereka merasa senang bekerja dengan sistem ini. Meskipun manajemen berbasis algoritma dapat memberikan fleksibilitas, ada juga kekhawatiran tentang kurangnya empati dan dampak negatif pada pekerja, terutama dalam pekerjaan yang lebih berat seperti di gudang.
Cameron menekankan pentingnya tetap ada pengawasan manusia dalam penggunaan AI untuk manajemen. Ia mengingatkan bahwa meskipun pekerja mungkin merasa memiliki pilihan dalam pekerjaan mereka, tetap ada elemen struktural yang bisa menjadi masalah. Misalnya, algoritma dapat memecat pekerja jika mereka tidak memenuhi kuota, dan perlu ada proses banding untuk keputusan tersebut. Dengan kata lain, meskipun AI dapat membantu dalam manajemen, penting untuk memastikan bahwa keputusan akhir tetap melibatkan manusia agar tidak merugikan pekerja.