Courtesy of InterestingEngineering
AI Temukan Antibiotik Baru dari Mikroba Kuno Archaea untuk Lawan Bakteri Resisten
Menggunakan kecerdasan buatan untuk menemukan senyawa antibiotik baru dari mikroba Archaea yang dapat melawan bakteri resisten obat dan mengatasi krisis antibiotik saat ini.
12 Agt 2025, 19.13 WIB
99 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Penelitian ini menunjukkan potensi mikroba kuno dalam menemukan antibiotik baru.
- AI memainkan peran penting dalam mempercepat proses penemuan calon antibiotik.
- Archaeasins dapat menjadi solusi untuk mengatasi bakteri resisten obat yang sulit diobati.
Philadelphia, Amerika Serikat - Para peneliti dari Universitas Pennsylvania menggunakan kecerdasan buatan untuk menemukan senyawa antibiotik baru pada mikroba kuno yang disebut Archaea. Mikroorganisme ini telah ada selama miliaran tahun dan hidup di lingkungan ekstrem seperti sumber air panas dan ventilasi bawah laut.
Archaea berbeda dari bakteri biasa baik secara genetik maupun biokimia, sehingga memiliki potensi sebagai sumber senyawa antimikroba yang unik. Peneliti menggunakan alat AI bernama APEX yang dilatih untuk mengenali peptida dengan kemampuan antimikroba.
Dengan menganalisis 233 spesies Archaea menggunakan APEX, mereka menemukan lebih dari 12.000 kandidat antibiotik baru yang dinamakan 'archaeasins'. Setelah diuji, sebagian besar menunjukkan kemampuan melawan bakteri yang resisten terhadap obat-obatan.
Archaeasins bekerja dengan menyerang sistem kelistrikan dalam sel bakteri, berbeda dari antibiotik lain yang biasanya menyerang bagian luar sel. Beberapa senyawa ini bahkan berhasil menghentikan pertumbuhan bakteri resisten pada uji coba hewan, hasil yang sangat menjanjikan.
Ke depan, peneliti berencana meningkatkan kemampuan AI untuk prediksi yang lebih akurat dan berharap dapat membawa senyawa baru ini ke tahap uji klinis pada manusia guna melawan infeksi yang sulit diobati saat ini.
--------------------
Analisis Kami: Pemanfaatan AI dalam eksplorasi mikroba kuno seperti Archaea menandai revolusi dalam pendekatan penemuan obat, melewati metode tradisional yang lambat dan terbatas. Namun, tantangan terbesar adalah memastikan keamanan dan efektivitas senyawa baru ini dalam uji klinis manusia yang memerlukan waktu dan investasi besar.
--------------------
Analisis Ahli:
César de la Fuente: Pendekatan kami menggunakan AI memungkinkan penemuan antibiotik dari sumber-sumber tak terduga seperti Archaea, yang sebelumnya kurang dieksplorasi.
Marcelo Torres: Archaea adalah mikroba yang beradaptasi dengan kondisi ekstrem, sehingga senyawa antibiotiknya memiliki potensi unik menghadapi bakteri resisten.
Fangpin Wan: AI mempercepat proses identifikasi antibiotik dengan efisien, seperti menemukan jarum di tumpukan jerami dalam hitungan waktu yang jauh lebih singkat.
--------------------
What's Next: Dalam beberapa tahun ke depan, teknologi AI seperti APEX akan mengakselerasi penemuan antibiotik baru berbasis mikroba kuno, sehingga membuka era baru pengobatan untuk melawan bakteri resisten obat yang semakin berkembang.
Referensi:
[1] https://interestingengineering.com/science/oldest-microbes-to-fight-antibiotic-resistance
[1] https://interestingengineering.com/science/oldest-microbes-to-fight-antibiotic-resistance
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang ditemukan oleh peneliti dari Universitas Pennsylvania?A
Peneliti dari Universitas Pennsylvania menemukan mikroba kuno bernama Archaea yang memiliki jejak antibiotik potensial.Q
Apa peran AI dalam penelitian ini?A
AI digunakan untuk mengidentifikasi calon antibiotik dalam biologi kuno dengan menganalisis ribuan peptida.Q
Apa itu archaeasins dan bagaimana cara kerjanya?A
Archaeasins adalah senyawa yang diidentifikasi sebagai calon antibiotik yang menyerang pertahanan dalam bakteri, berbeda dengan peptida antimikroba lainnya.Q
Mengapa Archaea menjadi fokus penelitian untuk menemukan antibiotik baru?A
Archaea menjadi fokus penelitian karena mereka telah berevolusi dengan pertahanan biokimia yang unik di lingkungan ekstrem.Q
Apa rencana penelitian di masa depan terkait archaeasins?A
Peneliti berencana untuk meningkatkan kemampuan APEX dan memahami dampak jangka panjang dari archaeasins.