Courtesy of YahooFinance
Produsen Mobil Jepang Lebih Tangguh Hadapi Tarif AS, Suzuki dan Toyota Unggul
Menginformasikan bahwa produsen mobil Jepang lebih siap menghadapi dampak tarif AS dari perkiraan sebelumnya dan menunjukkan prospek positif perusahaan seperti Suzuki dan Toyota meskipun ada tantangan tarif.
24 Agt 2025, 16.30 WIB
302 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Produsen mobil Jepang mampu menghadapi tantangan tarif AS dengan lebih baik daripada yang diperkirakan.
- Hasil keuangan yang kuat dari Suzuki dan Toyota menunjukkan potensi pertumbuhan yang baik.
- Risiko penurunan laba lebih besar dihadapi oleh Mazda, sementara perusahaan lain seperti Subaru mungkin mengalami penurunan laba di masa depan.
Tokyo, Jepang - Tarif baru dari Amerika Serikat sempat menimbulkan kekhawatiran besar bagi produsen mobil Jepang karena bisa menaikkan harga dan menurunkan permintaan produk mereka. Namun, setelah laporan kuartal pertama, para analis mulai memahami bagaimana perusahaan mengatasi tantangan ini dengan strategi yang makin jelas.
Menurut Bernstein, Suzuki, Subaru, dan Aisin menunjukkan hasil keuangan yang kuat dan mampu bertahan dengan baik meskipun adanya beban tarif baru. Ini memberikan keyakinan bahwa sektor otomotif Jepang lebih tangguh dibanding perkiraan sebelumnya.
Toyota, meskipun sempat menurunkan prediksi keuntungan tahun fiskal 2026, tetap dianggap perusahaan dengan prospek yang baik. Hal ini karena berbagai upaya mitigasi seperti kenaikan harga produk dan ekspansi kendaraan hibrida dijalankan untuk memperbaiki profitabilitas.
Bernstein memperkirakan dampak tarif menyebabkan rata-rata kenaikan harga sekitar 3,2% dan penurunan permintaan 2,8%, yang menimbulkan pengaruh negatif sebesar 1,37 triliun yen, atau sekitar 22% dari laba operasional. Namun, perusahaan diharapkan dapat mengalihkan biaya tambahan tersebut ke konsumen pada model-model baru tahun 2026.
Suzuki menjadi sorotan utama dengan potensi keuntungan yang lebih besar dari perkiraan karena efisiensi biaya dan pemulihan pasar India berkat dukungan pemerintah. Ini membuat saham Suzuki dipandang undervalued dan menarik untuk investasi jangka menengah sampai panjang.
Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/bernstein-highlights-tariff-resilience-opportunities-093009859.html
[1] https://finance.yahoo.com/news/bernstein-highlights-tariff-resilience-opportunities-093009859.html
Analisis Kami
"Memang, kejelasan soal tarif AS memberikan angin segar bagi produsen mobil Jepang yang sebelumnya khawatir akan penurunan besar. Namun, para perusahaan harus terus berinovasi dan meningkatkan efisiensi untuk mempertahankan daya saing di pasar global yang semakin dinamis."
Analisis Ahli
Bernstein
"Menilai bahwa dampak tarif AS sudah hampir sepenuhnya tercermin dalam harga saham, dengan peluang pertumbuhan menengah yang fokus pada inovasi dan restrukturisasi."
Prediksi Kami
Produsen mobil Jepang kemungkinan akan terus menyesuaikan harga dan strategi produksi untuk mengatasi dampak tarif AS, dengan potensi keuntungan yang membaik seiring peluncuran model-model tahun 2026 dan perbaikan pasar di wilayah utama seperti India.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dikatakan Bernstein tentang posisi produsen mobil Jepang terhadap tarif AS?A
Bernstein menyatakan bahwa produsen mobil Jepang lebih siap menghadapi dampak tarif AS daripada yang diperkirakan sebelumnya.Q
Mengapa Suzuki dan Toyota dianggap sebagai pilihan investasi yang baik?A
Suzuki dan Toyota dianggap sebagai pilihan investasi yang baik karena hasil keuangan yang kuat dan potensi pertumbuhan di masa depan.Q
Apa dampak tarif AS yang diperkirakan terhadap laba perusahaan-perusahaan otomotif?A
Dampak tarif AS diperkirakan akan mengurangi laba total sebesar JPY 1,37 triliun, yang setara dengan penurunan 22% pada laba operasional.Q
Apa yang diharapkan dari model 2026 terkait biaya dan tarif?A
Diharapkan bahwa produsen otomotif akan dapat melewatkan lebih banyak biaya seiring diluncurkannya model 2026.Q
Mengapa Mazda dianggap memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain?A
Mazda dianggap memiliki risiko yang lebih besar karena diperkirakan mengalami penurunan laba di masa mendatang.