Courtesy of CNBCIndonesia
Kehilangan Air Tanah Sebabkan Pergeseran Sumbu Rotasi Bumi Hingga 45 cm
Mengungkap bagaimana kehilangan air tanah yang besar-besaran sejak awal 2000-an mengubah sumbu rotasi Bumi dan berdampak pada berbagai fenomena, termasuk presisi sistem GPS, serta menunjukkan tren kekeringan global yang menjadi perhatian penting bagi lingkungan dan teknologi.
07 Sep 2025, 18.30 WIB
225 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Hilangnya air tanah berkontribusi signifikan terhadap pergeseran rotasi Bumi.
- Pergeseran ini dapat mempengaruhi sistem pengukuran global seperti GPS.
- Kekeringan ekstrem terjadi di berbagai wilayah sebagai akibat dari perubahan kelembaban tanah.
Jakarta, Indonesia - Penelitian terbaru mengungkap bahwa sejak awal 2000-an, Bumi mengalami pergeseran besar pada sumbu rotasinya akibat kehilangan air tanah yang masif. Lebih dari 1.600 gigaton air hilang hanya dalam dua tahun pertama, yakni 2000 hingga 2002. Hal ini menyebabkan redistribusi massa air dari daratan ke lautan yang berpengaruh langsung terhadap rotasi planet kita.
Profesor Clark Wilson dari University of Texas di Austin menjelaskan bahwa perpindahan air mengubah momen inersia Bumi, menyebabkan sumbu putar Bumi bergeser hingga sekitar 45 cm. Pergeseran ini memang tampak kecil, namun sangat penting untuk sistem presisi seperti GPS yang memerlukan pengukuran dalam skala milimeter.
Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Ki-Weon Seo dari Seoul National University menggabungkan data radar satelit dengan model kelembaban tanah. Hasilnya menunjukkan penurunan kelembaban tanah yang tajam pada awal 2000-an berkontribusi menaikkan permukaan laut global jauh lebih besar dibandingkan pencairan es Greenland.
Tren kehilangan air tanah tidak berhenti di situ, dari 2003 hingga 2016 sebanyak 1.000 gigaton air tanah kembali hilang. Hingga 2021, kelembaban tanah belum kembali normal, menandakan adanya perubahan jangka panjang dalam penyimpanan air daratan yang berdampak pada pergeseran sumbu Bumi.
Pergeseran ini bertepatan dengan wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem seperti di Asia Timur dan Tengah, Amerika Utara dan Selatan, serta Afrika Tengah. Kondisi ini menjadi peringatan penting bagi upaya pengelolaan air dan pemantauan perubahan bumi secara ketat guna mencegah dampak negatif lebih lanjut.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250907152956-37-664794/kiamat-makin-dekat-ahli-sebut-posisi-bumi-sudah-doyong
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250907152956-37-664794/kiamat-makin-dekat-ahli-sebut-posisi-bumi-sudah-doyong
Analisis Kami
"Fenomena pergeseran sumbu Bumi akibat kehilangan air tanah menunjukkan bagaimana aktivitas manusia dan perubahan lingkungan dapat berdampak langsung pada karakteristik planet kita. Ini menggarisbawahi pentingnya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan agar tidak memicu konsekuensi jangka panjang bagi sistem bumi dan teknologi modern."
Analisis Ahli
Clark Wilson
"Perpindahan air dari daratan ke lautan mengubah momen inersia Bumi sehingga menyebabkan sumbu rotasi bergeser, yang memerlukan pemantauan sangat presisi untuk menjaga keakuratan sistem GPS."
Prediksi Kami
Jika tren kehilangan air tanah terus berlanjut tanpa adanya upaya mitigasi, pergeseran sumbu rotasi Bumi akan semakin signifikan, memengaruhi sistem navigasi global dan memperburuk kondisi kekeringan ekstrem di berbagai wilayah dunia.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menyebabkan pergeseran sumbu rotasi Bumi?A
Pergeseran sumbu rotasi Bumi disebabkan oleh redistribusi massa air akibat kehilangan air tanah.Q
Berapa banyak air tanah yang hilang antara tahun 2000 dan 2002?A
Lebih dari 1.600 gigaton air tanah hilang antara tahun 2000 dan 2002.Q
Siapa yang memimpin penelitian tentang perubahan deposit air global?A
Penelitian tentang perubahan deposit air global dipimpin oleh Prof. Ki-Weon Seo dari Seoul National University.Q
Apa dampak dari pergeseran sumbu Bumi terhadap sistem GPS?A
Pergeseran sumbu Bumi dapat mempengaruhi keakuratan sistem GPS di seluruh dunia.Q
Di mana saja wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem?A
Wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem termasuk Asia Timur dan Tengah, Amerika Utara dan Selatan, serta Afrika Tengah.