Courtesy of CNBCIndonesia
OpenAI Alami Kerugian Besar, Hanya 3% Pengguna Mau Bayar Langganan
Menginformasikan tantangan finansial yang dihadapi OpenAI dalam mengembangkan teknologi AI, terutama terkait rendahnya tingkat pembayaran langganan dan dampaknya terhadap kerugian perusahaan.
13 Sep 2025, 22.00 WIB
70 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- OpenAI menghadapi tantangan besar dalam monetisasi layanan AI.
- Hanya sedikit konsumen yang bersedia mengeluarkan uang untuk berlangganan layanan AI.
- Kerugian yang dialami OpenAI diperkirakan akan terus meningkat hingga 2029.
Jakarta, Indonesia - OpenAI telah berkembang dengan pesat sejak meluncurkan ChatGPT, berhasil menarik lebih dari 700 juta pengguna dalam waktu tiga tahun. Namun, tantangan besar menghadang perusahaan karena hanya sedikit dari pengguna tersebut yang bersedia membayar berlangganan layanan berbayar yang disediakan.
Baca juga: OpenAI Siap Bakar Uang USRp 1.89 quadriliun ($115 Miliar) Demi Kembangkan AI dan Chip Sendiri
Menurut studi dari Menlo Ventures yang melakukan survei pada 5.000 pengguna teknologi, hanya sekitar 3% konsumen yang mau membayar untuk layanan AI. Hal ini menunjukkan bahwa adopsi AI secara komersial masih menghadapi hambatan besar demi menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Situasi ini memberi dampak langsung pada keuangan OpenAI, yang harus membiayai berbagai kebutuhan operasional dan riset dengan biaya tinggi. Selama sembilan bulan terakhir, perusahaan menghabiskan sekitar USRp 986.70 triliun ($60 miliar) untuk komputasi melalui Oracle serta miliaran dolar lainnya untuk pusat data dan chip AI.
Selain masalah pembayaran dari pengguna, OpenAI juga menghadapi tantangan struktural besar, yakni mengubah status perusahaan dari nirlaba menjadi perusahaan komersial penuh. Proses ini penting untuk menjaga komitmen pendanaan sebesar USRp 312.45 triliun ($19 miliar) , yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan pengembangan AI.
Sam Altman selaku pimpinan OpenAI memperkirakan kerugian perusahaan akan terus bertambah hingga tahun 2029 sekitar USRp 723.58 triliun ($44 miliar) . Setelah itu, OpenAI diharapkan dapat mulai menghasilkan laba, meski perjalanan tersebut masih penuh ketidakpastian.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250913190545-37-666735/sam-altman-pusing-orang-ogah-bayar-langganan-chatgpt
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250913190545-37-666735/sam-altman-pusing-orang-ogah-bayar-langganan-chatgpt
Analisis Kami
"Rendahnya tingkat pembayaran langganan menempatkan OpenAI dalam posisi yang sangat sulit untuk menutup biaya operasional yang luar biasa besar. Tanpa strategi monetisasi yang lebih agresif dan inovatif, perusahaan mungkin akan kesulitan bertahan di pasar yang sangat kompetitif ini."
Analisis Ahli
Andrew Ng
"OpenAI menghadapi tantangan umum dalam industri AI, yaitu sulitnya mengubah pengguna menjadi pelanggan bayar, yang memerlukan inovasi nilai tambah yang lebih jelas."
Geoffrey Hinton
"Investasi besar dalam infrastruktur menunjukkan bahwa AI masih dalam fase kapital intensif, dan model bisnis harus berubah untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang."
Prediksi Kami
OpenAI akan terus mengalami kerugian besar hingga proses perubahan struktur dan model bisnis selesai, baru kemudian mulai menghasilkan keuntungan setelah tahun 2029.