Courtesy of YahooFinance
Euro Jatuh ke Tingkat Terendah Sejak 2022 Saat Taruhan pada Pemotongan Suku Bunga ECB Meningkat
22 Nov 2024, 16.45 WIB
115 dibaca
Share
Euro, mata uang yang digunakan di banyak negara Eropa, mengalami penurunan hingga ke level terendah dalam dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh prediksi bahwa Bank Sentral Eropa akan mengurangi suku bunga untuk membantu perekonomian yang sedang lemah. Data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di dua ekonomi terbesar Eropa mengalami penurunan yang lebih besar dari yang diperkirakan, sehingga membuat para trader khawatir dan memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga lebih dari 50% dalam waktu dekat.
Situasi ini berbeda dengan Amerika Serikat, di mana ada harapan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik setelah janji pemotongan pajak oleh Donald Trump. Selain itu, ketegangan antara Ukraina dan Rusia juga menambah ketidakpastian di Eropa. Para analis menyatakan bahwa Eropa membutuhkan suku bunga yang lebih rendah untuk mendukung sektor manufaktur dan perekonomian secara keseluruhan, tetapi saat ini banyak faktor yang menekan kondisi ekonomi di kawasan tersebut.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menyebabkan euro jatuh ke level terendah dalam dua tahun?A
Euro jatuh karena trader memperkirakan Bank Sentral Eropa akan memangkas suku bunga secara agresif untuk mendukung ekonomi.Q
Bagaimana reaksi pasar terhadap data aktivitas bisnis di Eropa?A
Pasar menunjukkan peningkatan kemungkinan pemotongan suku bunga setelah data menunjukkan kontraksi dalam aktivitas bisnis.Q
Apa dampak kebijakan Donald Trump terhadap ekonomi Eropa?A
Kebijakan Trump, termasuk janji pemotongan pajak, menciptakan prospek pertumbuhan yang lebih baik di AS dibandingkan dengan Eropa.Q
Apa yang diharapkan dari Bank Sentral Eropa dalam waktu dekat?A
Bank Sentral Eropa diharapkan untuk mempertimbangkan percepatan pemotongan suku bunga mengingat tantangan ekonomi yang dihadapi.Q
Mengapa PMI menunjukkan penurunan aktivitas bisnis di zona euro?A
PMI menunjukkan penurunan aktivitas bisnis karena adanya kontraksi yang lebih besar dari yang diperkirakan, terutama di sektor jasa.