Mengungkap Rahasia Awan Debu Asimetris di Bulan yang Dipengaruhi Suhu
Courtesy of LiveScience

Mengungkap Rahasia Awan Debu Asimetris di Bulan yang Dipengaruhi Suhu

Menjelaskan penyebab asimetri awan debu di sekitar bulan yang lebih tebal di sisi siang hari akibat perbedaan suhu permukaan bulan dan dampaknya terhadap pengangkatan debu dari tumbukan mikrometeoroid.

07 Nov 2025, 00.48 WIB
131 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Awan debu di bulan memiliki bentuk asimetris yang dipengaruhi oleh suhu.
  • Meteoroid yang menghantam permukaan bulan pada siang hari meningkatkan jumlah debu yang terangkat.
  • Studi ini membantu meramalkan fenomena debu di badan langit lainnya, seperti Merkurius.
Paris , Prancis - Bulan memiliki lapisan debu yang disebut regolith yang terbentuk karena tumbukan mikrometeoroid setiap hari. Tanpa atmosfer pelindung seperti di Bumi, debu ini terangkat dan membentuk awan tipis yang menjulang tinggi beberapa ratus0.00 km (mil) di atas permukaannya. Namun, awan ini tidak merata dan lebih tebal di sisi yang menghadapi matahari, membuat fenomena ini menjadi misteri yang menarik bagi para ilmuwan.
Peneliti dari Prancis dan beberapa universitas internasional mengamati bahwa perbedaan suhu yang sangat besar antara sisi siang dan malam bulan mungkin menjadi penyebab utama ketidakmerataan awan debu tersebut. Suhu siang hari bulan bisa sangat panas, sementara malam hari sangat dingin, mencapai perbedaan hingga 285 derajat Celsius.
Untuk menguji teori ini, mereka menggunakan model komputer yang mensimulasikan tumbukan mikrometeoroid pada permukaan bulan pada dua suhu berbeda, yakni suhu siang dan suhu sebelum fajar. Simulasi tersebut menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi membuat lebih banyak debu terangkat, terutama debu yang memiliki energi cukup untuk mencapai ketinggian satelit yang mengorbit bulan.
Selain itu, kondisi kepadatan permukaan bulan juga berpengaruh. Permukaan yang lebih padat menghasilkan jumlah debu yang lebih banyak dibandingkan permukaan yang lebih renggang karena permukaan yang lembut dapat meredam tumbukan. Hal ini menunjukkan bahwa awan debu juga bisa digunakan sebagai indikator kondisi fisik permukaan bulan.
Penelitian ini juga membuka peluang untuk studi serupa pada planet lain seperti Merkurius, yang memiliki suhu siang-malam bahkan lebih ekstrem dari bulan. Misi luar angkasa seperti BepiColombo diharapkan dapat memberikan data baru untuk menguji hipotesis ini langsung di lapangan.
Referensi:
[1] https://www.livescience.com/space/the-moon/scientists-finally-find-explanation-for-lopsided-cloud-that-follows-earths-moon-through-space

Analisis Ahli

Sébastien Verkercke
"Perbedaan suhu ekstrem di permukaan bulan menyebabkan variasi signifikan dalam jumlah debu yang terangkat dan distribusinya, menjelaskan keanehan awan debu asimetris yang terdeteksi."

Analisis Kami

"Penemuan ini sangat penting karena mengaitkan fenomena fisik yang sederhana, yaitu perbedaan suhu, dengan perubahan dinamis di lingkungan debu bulan yang selama ini misterius. Model simulasi yang digunakan memberi wawasan baru tentang bagaimana kondisi permukaan memengaruhi aktivitas debu dan potensi bahaya bagi satelit yang mengorbit di dekatnya."

Prediksi Kami

Penelitian ini membuka kemungkinan pengamatan dan pemahaman yang lebih baik tentang awan debu di bulan dan planet lain seperti Merkurius dengan perbedaan suhu ekstrem, yang akan didukung oleh data dari misi luar angkasa mendatang seperti BepiColombo.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang menyebabkan awan debu di bulan bersifat asimetris?
A
Awan debu di bulan bersifat asimetris karena lebih banyak debu yang terangkat di sisi siang dibandingkan sisi malam bulan.
Q
Siapa penulis utama dari studi yang menjelaskan awan debu lunar?
A
Penulis utama dari studi yang menjelaskan awan debu lunar adalah Sébastien Verkercke.
Q
Apa perbedaan suhu yang signifikan antara sisi siang dan malam bulan?
A
Perbedaan suhu yang signifikan antara sisi siang dan malam bulan mencapai 545 derajat Fahrenheit (285 derajat Celsius).
Q
Bagaimana penelitian ini dapat berdampak pada pemahaman kita tentang tubuh lain di tata surya?
A
Penelitian ini dapat membantu memahami fenomena serupa di planet lain seperti Merkurius.
Q
Apa yang ditemukan peneliti tentang perbedaan jumlah debu yang terangkat antara siang dan malam?
A
Peneliti menemukan bahwa meteoroid yang menghantam permukaan siang mengangkat 6% hingga 8% lebih banyak debu dibandingkan yang menghantam permukaan malam.