Rangkuman Berita - CEO Tether mengatakan bahwa dia tidak melihat indikasi adanya penyelidikan dari AS.

Tether, perusahaan cryptocurrency terbesar di dunia, mengklaim bahwa mereka tidak sedang diselidiki oleh pihak berwenang, meskipun ada laporan dari Wall Street Journal yang menyebutkan bahwa otoritas AS sedang menyelidiki kemungkinan pelanggaran aturan sanksi atau pencucian uang. Investigasi ini dipimpin oleh Kantor Kejaksaan AS di Manhattan, yang memeriksa apakah Tether telah digunakan untuk mendanai aktivitas ilegal seperti perdagangan narkoba, terorisme, dan peretasan. CEO Tether, Paolo Ardoino, menegaskan bahwa tidak ada indikasi bahwa perusahaan mereka sedang diselidiki.

Selain itu, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Departemen Keuangan AS mempertimbangkan sanksi terhadap Tether karena penggunaannya yang luas oleh individu dan kelompok yang sudah dikenakan sanksi. Tether telah menghadapi penyelidikan selama bertahun-tahun terkait kemungkinan penipuan bank oleh para pendukungnya. Tether juga menyatakan bahwa mereka memiliki hubungan yang baik dengan penegak hukum untuk menangani tindakan penyalahgunaan cryptocurrency.

Rangkuman Berita: CEO Tether mengatakan bahwa dia tidak melihat indikasi adanya penyelidikan dari AS.

Rangkuman Berita Serupa

Tether Mungkin Harus Menjual Beberapa Cadangan untuk Mematuhi Aturan Stablecoin AS: JPMorgan

Tether Melaporkan Laba Rp 213.78 triliun ($13 Miliar) untuk 2024, Dengan Kenaikan Harga Bitcoin dan Emas Berkontribusi

Nominee perdagangan Lutnick adalah pendukung cryptocurrency favorit para penjahat.

Perusahaan kripto Tether dan para pendirinya sedang menyelesaikan langkah untuk pindah ke El Salvador.

Rumble akan menerima investasi strategis sebesar Rp 12.74 triliun ($775 juta) dari Tether.

Raksasa Stablecoin Tether Masuk ke Perdagangan Minyak dengan Membiayai Kesepakatan Minyak Mentah Senilai Rp 740.02 miliar ($45 Juta) di Timur Tengah

Tether Melaporkan Laba Rp 41.11 triliun ($2,5 Miliar) di Q3, Memegang Lebih dari Rp 1.64 quadriliun ($100 Miliar) Obligasi U.S.