Courtesy of InterestingEngineering
David Baker, pemenang Nobel Kimia 2024, memimpin penelitian yang berusaha mengubah cara pengobatan gigitan ular. Penelitian ini menunjukkan bahwa racun mematikan dalam air liur ular dapat dinetralkan dengan protein yang dirancang menggunakan kecerdasan buatan (AI). Ini diharapkan menjadi metode yang lebih efektif, aman, dan terjangkau, terutama bagi orang-orang di negara berkembang yang sering kali menjadi korban gigitan ular. Setiap tahun, gigitan ular mempengaruhi antara 1,8 hingga 2,7 juta orang dan menyebabkan sekitar 100.000 kematian, terutama di daerah dengan sistem kesehatan yang lemah.
Baca juga: Gigitan pembunuh: Para ilmuwan mempersenjatai darah manusia melawan nyamuk pembawa malaria.
Tim Baker, bekerja sama dengan Timothy Patrick Jenkins dari Universitas Teknik Denmark, menggunakan AI untuk merancang protein yang dapat mengikat dan menetralkan racun berbahaya dari ular kobra. Dalam percobaan, antitoksin baru ini menunjukkan tingkat kelangsungan hidup 80-100% pada tikus yang terpapar racun mematikan. Protein ini lebih murah untuk diproduksi dan dapat bekerja lebih cepat dibandingkan pengobatan tradisional. Metode desain protein ini juga berpotensi membantu menemukan obat untuk penyakit lain, sehingga bisa memberikan pengobatan yang lebih terjangkau untuk berbagai penyakit. Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature.
Pertanyaan Terkait
Q
Siapa yang memimpin penelitian tentang pengobatan gigitan ular?A
David Baker memimpin penelitian tentang pengobatan gigitan ular.Q
Apa yang dilakukan protein yang dirancang oleh AI?A
Protein yang dirancang oleh AI dapat mengikat dan menetralkan racun ular.Q
Mengapa pengobatan gigitan ular tradisional memiliki kekurangan?A
Pengobatan gigitan ular tradisional memiliki kekurangan seperti biaya tinggi dan efek samping serius.Q
Apa hasil dari eksperimen dengan antitoksin baru?A
Eksperimen dengan antitoksin baru menunjukkan tingkat kelangsungan hidup 80-100% pada tikus yang terpapar racun mematikan.Q
Di mana studi ini dipublikasikan?A
Studi ini dipublikasikan di jurnal Nature.