Courtesy of YahooFinance

BoJ Mulai Kurangi Neraca Besar, Langkah Berani Menuju Normalisasi Kebijakan

30 Jan 2025, 07.15 WIB

163 dibaca

Bank of Japan (BOJ) baru-baru ini mengambil langkah penting untuk mengurangi neraca keuangannya yang besar. Mereka memutuskan untuk tidak memberikan pinjaman baru mulai Juli mendatang dalam program penyediaan dana yang bertujuan untuk merangsang pinjaman bank. Program ini telah memberikan pinjaman sebesar ¥77 triliun (sekitar Rp 8.16 quadriliun ($496 miliar) ) dan akan berakhir pada awal 2028. Langkah ini menunjukkan tekad Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, untuk secara perlahan mengembalikan kebijakan moneter setelah lebih dari satu dekade pelonggaran yang ekstrem.

Pengurangan neraca keuangan ini juga sejalan dengan langkah bank-bank sentral lainnya di dunia yang telah mulai mengurangi neraca mereka setelah pandemi. Meskipun BOJ memiliki neraca yang jauh lebih besar dibandingkan dengan bank sentral lainnya, seperti Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa, mereka harus berhati-hati agar tidak mengganggu pasar saat melakukan pengurangan ini. Dengan berakhirnya program pinjaman, permintaan untuk obligasi pemerintah mungkin akan berkurang, yang dapat menyebabkan kenaikan suku bunga jangka pendek.

Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/boj-slice-almost-500-billion-001500004.html

Analisis Kami

"Keputusan BOJ untuk mulai mengurangi neraca secara perlahan adalah langkah berani yang menandai pergeseran kebijakan penting di Jepang, meskipun risikonya terhadap pasar keuangan masih perlu diwaspadai. Penurunan likuiditas akibat penghapusan pinjaman tentu akan memaksa sektor perbankan beradaptasi, yang bisa memicu kenaikan suku bunga dan risiko volatilitas pasar."

Analisis Ahli

Kentaro Koyama

"Menghentikan program pendanaan akan mengurangi permintaan obligasi sebagai jaminan, mungkin mendorong kenaikan imbal hasil dan suku bunga jangka pendek, memaksa sektor perbankan mencari sumber dana alternatif."

Prediksi Kami

BOJ kemungkinan akan menghadapi tekanan pasar dan volatilitas yang lebih tinggi saat menjalankan pengurangan neraca secara bertahap, termasuk potensi kenaikan suku bunga jangka pendek dan hasil obligasi pemerintah.