Artikel - HSBC, Barclays, dan StanChart bersaing untuk kekayaan perbankan AS, tidak terpengaruh oleh perlombaan Gedung Putih.

Bank-bank besar Inggris seperti HSBC, Barclays, dan Standard Chartered sedang berusaha untuk memanfaatkan pertumbuhan dalam perbankan komersial di Amerika Serikat. Pendapatan dari sektor ini meningkat pesat, mencapai Rp 7.05 quadriliun ($429 miliar) pada tahun 2023, didorong oleh ekonomi AS yang kuat dan suku bunga yang lebih tinggi. Meskipun bank-bank Eropa hanya menguasai kurang dari 7% dari total pendapatan tersebut, mereka melihat peluang pertumbuhan yang baik, terutama dalam perdagangan antara AS dan Eropa.

HSBC, misalnya, mencatat peningkatan signifikan dalam transaksi antara klien bisnis di Inggris dan AS. Sementara itu, Barclays juga menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang kuat dari bisnis perbankan konsumen di AS. Kedua bank ini berfokus untuk memperluas kehadiran mereka di pasar AS setelah mengalami kesulitan di Eropa dan Asia. Dengan meningkatnya aktivitas merger dan akuisisi, bank-bank ini berusaha untuk menarik lebih banyak klien korporat dari AS dan memperkuat hubungan mereka di pasar global.

Sumber: https://www.reuters.com/business/finance/hsbc-barclays-stanchart-jostle-us-banking-riches-unruffled-by-white-house-race-2024-11-01/

HSBC, Barclays, dan StanChart bersaing untuk kekayaan perbankan AS, tidak terpengaruh oleh perlombaan Gedung Putih.

Artikel Serupa

BofA menggandakan ukuran tim perbankannya di Swiss setelah keruntuhan Credit Suisse.

Bank-bank AS meningkatkan ekuitas untuk memulai kembali kesepakatan dan memperkuat neraca keuangan.

CEO bank mengharapkan dorongan dari Trump untuk bisnis seiring dengan lonjakan keuntungan.

CEO BofA mengatakan prospek bisnis lebih cerah di bawah Trump, mengharapkan lonjakan pendapatan perbankan dan perdagangan.

HSBC meluncurkan kembali merek 'Premier' di Inggris dalam upaya menarik klien kaya.

Bankir Wall Street menahan optimisme seminggu setelah kemenangan Trump.

Bank-bank Eropa bersiap menghadapi persaingan yang lebih ketat di bawah Trump 2.0.