Courtesy of SCMP
Lebih Dari 60 Negara Sepakat Atur AI, AS Tolak Gara-gara Regulasi Ketat
12 Feb 2025, 00.09 WIB
57 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Pentingnya regulasi yang seimbang dalam pengembangan kecerdasan buatan.
- Kekhawatiran tentang konsentrasi kekuatan AI di tangan segelintir pihak.
- Perbedaan pandangan antara negara-negara mengenai pendekatan terhadap kecerdasan buatan.
Lebih dari 60 negara, termasuk China, telah menyatakan keinginan untuk menciptakan aturan yang memastikan kecerdasan buatan (AI) bersifat inklusif, transparan, aman, dan dapat dipercaya. Namun, Amerika Serikat menolak untuk menandatangani deklarasi tersebut, mengkritik Eropa karena dianggap terlalu ketat dalam mengatur AI dan memperingatkan China agar tidak menggunakan teknologi ini untuk memperkuat kekuasaannya. Dalam KTT AI di Paris, Wakil Presiden AS J.D. Vance menyampaikan bahwa terlalu banyak regulasi dapat menghambat perkembangan sektor yang sedang berkembang ini.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, juga mengingatkan bahwa kekuatan besar AI saat ini dikuasai oleh beberapa perusahaan dan negara saja, yang dapat memperburuk ketegangan geopolitik. Meskipun AI memiliki potensi untuk menyembuhkan penyakit dan meningkatkan ilmu pengetahuan, ada juga risiko seperti penyebaran konten yang menyesatkan. Vance mengajak negara-negara untuk lebih optimis dalam menghadapi perkembangan AI, daripada merasa takut akan regulasi yang berlebihan.
--------------------
Analisis Kami: Penolakan AS menandakan ketegangan strategis dalam pengelolaan AI yang berpotensi memperdalam fragmentasi global dalam teknologi canggih ini. Meski deklarasi tersebut bertujuan baik, tanpa kerjasama penuh antarnegara, terutama AS dan China, pengawasan dan pemanfaatan AI yang etis dan aman akan sulit tercapai.
--------------------
Analisis Ahli:
Elon Musk: AI harus dikendalikan secara ketat agar tidak membahayakan umat manusia dan pengaturan global sangat diperlukan untuk menghindari penyalahgunaan teknologi.
Fei-Fei Li: Kolaborasi internasional sangatlah penting untuk memastikan AI dikembangkan secara inklusif, terutama agar negara berkembang tidak tertinggal dalam revolusi teknologi ini.
--------------------
What's Next: Konflik kepentingan antara negara-negara besar tentang regulasi AI akan terus berlanjut, kemungkinan memperlambat tercapainya kesepakatan global yang efektif dan memicu perlombaan teknologi yang tidak terkontrol dengan potensi risiko geopolitik lebih besar.
Referensi:
[1] https://www.scmp.com/news/china/science/article/3298284/us-declines-sign-international-declaration-artificial-intelligence?module=top_story&pgtype=section
[1] https://www.scmp.com/news/china/science/article/3298284/us-declines-sign-international-declaration-artificial-intelligence?module=top_story&pgtype=section
Pertanyaan Terkait
Q
Apa tujuan dari pernyataan yang dikeluarkan oleh lebih dari 60 negara termasuk China?A
Tujuan dari pernyataan tersebut adalah untuk memastikan bahwa kecerdasan buatan bersifat inklusif, transparan, aman, dan dapat dipercaya.Q
Mengapa Amerika Serikat menolak untuk menandatangani deklarasi kecerdasan buatan?A
Amerika Serikat menolak untuk menandatangani deklarasi tersebut karena mengkritik regulasi AI yang dianggap berlebihan di Eropa.Q
Siapa yang memberikan peringatan tentang konsentrasi kekuatan AI?A
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, memberikan peringatan tentang konsentrasi kekuatan AI.Q
Apa yang dikhawatirkan oleh Antonio Guterres terkait dengan AI?A
Antonio Guterres khawatir bahwa konsentrasi pengetahuan AI dapat memperburuk divisi geopolitik.Q
Apa yang disampaikan oleh J.D. Vance mengenai regulasi AI?A
J.D. Vance menyampaikan bahwa regulasi yang berlebihan dapat membunuh sektor yang sedang berkembang dan menyerukan optimisme dalam pengembangan AI.