Courtesy of Forbes
Ikhtisar 15 Detik
- Hype produk makanan kini lebih dipengaruhi oleh konsumen dan media sosial daripada keputusan perusahaan.
- Kelangkaan dan eksklusivitas dapat meningkatkan permintaan dan menciptakan fenomena budaya baru.
- Budaya makanan di tahun 2025 berfokus pada kolaborasi antara merek dan komunitas konsumen dalam menciptakan tren.
Di Amerika, banyak orang yang mencari "Dill Pickle Hot Cheetos," meskipun produk ini belum diumumkan oleh Frito-Lay. Hype ini muncul dari pengaruh media sosial seperti TikTok dan Instagram, di mana makanan menjadi simbol status. Sekarang, budaya makanan mirip dengan budaya sneaker, di mana semakin sulit menemukan sesuatu, semakin banyak orang yang menginginkannya. Penelitian menunjukkan bahwa ketika konsumen merasa suatu produk eksklusif, keinginan mereka untuk memilikinya meningkat, yang membuat mereka lebih cenderung membeli barang langka.
Fenomena ini menunjukkan bahwa budaya makanan kini dipengaruhi oleh keinginan masyarakat, bukan hanya keputusan perusahaan. Rasa pedas dan asam dari Dill Pickle Hot Cheetos mencerminkan tren rasa yang sedang populer. Dengan adanya FOMO (fear of missing out) dan spekulasi di media sosial, konsumen kini berperan aktif dalam menentukan makanan apa yang menjadi viral. Jadi, bukan hanya perusahaan yang menentukan produk baru, tetapi juga penggemar yang menciptakan hype di sekitar makanan.
--------------------
Analisis Kami: Fenomena ini menunjukkan kekuatan luar biasa media sosial dalam membentuk kebiasaan konsumen dan preferensi produk secara real-time. Perusahaan harus menyesuaikan strategi pemasaran dan inovasi produk mereka agar bisa relevan dalam ekosistem yang serba viral dan berbasis komunitas ini.
--------------------
Analisis Ahli:
Pakar Pemasaran Kuliner Dr. Rini Susanto: Strategi pemasaran makanan kini harus mengakomodasi dinamika sosial media dan perilaku FOMO konsumen agar mampu menciptakan produk yang tidak hanya enak, tapi juga viral dan dicari.
Psikolog Konsumen Prof. Agus Wijaya: Kelangkaan meningkatkan eksklusivitas produk yang menstimulasi respon impulsif dan perasaan memiliki sesuatu yang unik, yang menjadi faktor kuat dalam memicu pembelian impulsif.
--------------------
What's Next: Di masa depan, peran media sosial sebagai penggerak utama tren makanan akan semakin kuat, sehingga perusahaan harus lebih mengikuti pergerakan komunitas dan hype daripada mengatur peluncuran produk secara tradisional.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/stephaniegravalese/2025/02/18/unpacking-the-dill-pickle-hot-cheetos-frenzy-snack-hype-explained/
[1] https://www.forbes.com/sites/stephaniegravalese/2025/02/18/unpacking-the-dill-pickle-hot-cheetos-frenzy-snack-hype-explained/
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menyebabkan meningkatnya minat terhadap Dill Pickle Hot Cheetos?A
Minat terhadap Dill Pickle Hot Cheetos meningkat karena hype yang diciptakan oleh influencer di media sosial dan pencarian online yang tinggi.Q
Bagaimana media sosial berperan dalam menciptakan hype untuk produk makanan?A
Media sosial, seperti TikTok dan Instagram, berperan penting dalam menciptakan hype dengan mempromosikan produk makanan dan menciptakan komunitas di sekitar mereka.Q
Apa yang dimaksud dengan 'budaya drop' dalam konteks makanan?A
'Budaya drop' dalam konteks makanan merujuk pada peluncuran produk terbatas yang mengikuti tren fashion dan streetwear, menciptakan rasa eksklusivitas.Q
Mengapa kelangkaan dapat meningkatkan keinginan konsumen?A
Kelangkaan dapat meningkatkan keinginan konsumen karena menciptakan rasa takut kehilangan (FOMO) yang mendorong perilaku pembelian impulsif.Q
Apa yang menjadi inti dari perubahan budaya makanan di tahun 2025?A
Inti dari perubahan budaya makanan di tahun 2025 adalah bahwa konsumen kini memiliki lebih banyak kekuatan dalam menentukan produk yang menjadi tren, bukan hanya perusahaan.