Courtesy of YahooFinance

Tarif AS Baru Picu Risiko Perang Dagang, Pasar Global Berguncang

05 Mar 2025, 08.45 WIB

179 dibaca

Ikhtisar 15 Detik

Dolar AS mengalami penurunan mendekati level terendah dalam tiga bulan.
Tarif baru yang diterapkan oleh AS memicu reaksi balasan dari Kanada dan China, meningkatkan ketegangan perdagangan.
Jerman berencana untuk meningkatkan pengeluaran infrastruktur dan pertahanan melalui dana baru.

Dolar AS mengalami penurunan mendekati level terendah dalam tiga bulan terhadap mata uang utama lainnya, sementara saham di Asia bervariasi setelah adanya tarif baru dari AS dan balasan dari Kanada dan China yang menimbulkan kekhawatiran akan perang dagang yang semakin meluas. Yuan China stabil setelah mengalami kenaikan, dan pemerintah China menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% untuk tahun 2025. Euro mencapai puncak hampir empat bulan setelah partai politik Jerman sepakat untuk membentuk dana infrastruktur sebesar 500 miliar euro.

Saham Australia turun 0,9%, sedangkan Nikkei Jepang juga sedikit menurun. Di sisi lain, harga minyak mentah jatuh ke level terendah dalam enam bulan, sementara bitcoin stabil di sekitar Rp 1.43 miliar ($87,000) setelah minggu yang volatile. Dolar AS tetap tidak berubah di angka 105,60 setelah penurunan sebelumnya, dan euro naik menjadi Rp 174.93 juta ($1,0637) . Keputusan tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump dan balasan dari negara lain membuat investor menjadi lebih berhati-hati.

Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/us-dollar-pressured-trump-trade-014550207.html

Analisis Ahli

Kyle Rodda

"Ketidakpastian dari aktivitas ekonomi AS dan global menyebabkan tekanan jual pada saham siklikal dan membuat investor tetap waspada."

Analisis Kami

"Ketegangan tarif baru ini menunjukkan bahwa perang dagang belum usai dan masih akan terus berdampak negatif pada stabilitas pasar global. Investor harus tetap berhati-hati karena risiko eskalasi politik dan ekonomi bisa memperburuk kondisi pasar keuangan."

Prediksi Kami

Ketegangan perdagangan kemungkinan akan terus berlanjut, menyebabkan volatilitas pasar dan ketidakpastian ekonomi global yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.