Kenaikan Harga Gas Non-PGBT Picu Risiko Besar bagi Industri Nasional
Courtesy of CNBCIndonesia

Kenaikan Harga Gas Non-PGBT Picu Risiko Besar bagi Industri Nasional

29 Mar 2025, 15.34 WIB
115 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Kenaikan harga gas non-PGBT mencapai 60% akibat kebijakan yang tidak adil.
  • Industri seperti tekstil dan makanan terancam mengalami kenaikan biaya produksi yang signifikan.
  • ASPEBINDO mendesak pemerintah untuk memastikan pasokan gas yang cukup untuk mendukung industri nasional.
Menjelang Idulfitri, harga gas untuk pelanggan industri dan komersial non-PGBT (Pengguna Gas Bumi Tertentu) mengalami lonjakan yang signifikan. Sejak awal tahun 2024, harga gas naik dari Rp 1.68 juta ($10,2) per MMBtu menjadi Rp 23.47 juta ($14,27) per MMBtu, dan diperkirakan akan naik lagi menjadi Rp 27.78 juta ($16,89) per MMBtu pada April 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh kebijakan energi yang tidak seimbang dan penurunan produksi gas dalam negeri.
Pelanggan non-PGBT merasa dirugikan karena mereka harus membayar harga gas yang lebih tinggi, sementara pelanggan PGBT tetap mendapatkan harga yang lebih rendah. Hal ini dianggap tidak adil, karena pelanggan non-PGBT bukan penyebab kelangkaan gas, tetapi justru menanggung beban kenaikan harga. Kenaikan harga gas ini dapat menyebabkan biaya produksi industri, seperti tekstil dan makanan, meningkat 20-30%, yang berisiko mengakibatkan PHK massal.
Asosiasi Pemasok Energi Mineral & Batubara Indonesia (ASPEBINDO) meminta pemerintah untuk segera mengatasi masalah pasokan gas dalam negeri dan mempertimbangkan untuk mengalihkan sebagian ekspor gas ke dalam negeri. Mereka menekankan pentingnya kebijakan yang adil dan proporsional agar pasokan gas cukup untuk mendukung industri nasional, sehingga dapat menjaga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan tenaga kerja di Indonesia.
--------------------
Analisis Kami: Kebijakan energi yang timpang ini menunjukkan lemahnya koordinasi antara pemerintah dan pengelola sumber daya gas dalam menghadapi dinamika pasar dan produksi domestik. Pemerintah perlu segera melakukan reformasi kebijakan yang transparan agar tidak memperparah beban industri yang selama ini sangat bergantung pada harga gas yang kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan usaha.
--------------------
Analisis Ahli:
Ketua Umum ASPEBINDO: Kenaikan harga gas non-PGBT ini tidak adil dan membebani industri yang tidak menjadi penyebab kelangkaan gas. Pemerintah harus segera menstabilkan pasokan gas untuk menjaga keberlangsungan usaha dan daya saing industri nasional.
--------------------
What's Next: Jika situasi ini terus berlanjut tanpa solusi kebijakan, industri non-PGBT akan mengalami krisis biaya produksi yang parah sehingga berisiko mengurangi produksi, memicu PHK massal, dan melemahkan posisi Indonesia di pasar ekspor global.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/news/20250329153009-4-622753/gas-melonjak-aspebindo-desak-pemerintah-atasi-kesenjangan-pasokan

Pertanyaan Terkait

Q
Apa penyebab utama kenaikan harga gas bagi pelanggan non-PGBT?
A
Kenaikan harga gas bagi pelanggan non-PGBT disebabkan oleh ketimpangan kebijakan energi dan penurunan produksi gas dari Blok Koridor.
Q
Bagaimana dampak kenaikan harga gas terhadap sektor industri?
A
Dampak kenaikan harga gas terhadap sektor industri termasuk peningkatan biaya produksi sebesar 20-30% dan risiko PHK massal.
Q
Apa yang diminta oleh ASPEBINDO kepada pemerintah?
A
ASPEBINDO meminta pemerintah untuk segera bertindak mengatasi kekurangan pasokan gas dalam negeri dan mengalihkan sebagian ekspor gas pipa untuk kebutuhan domestik.
Q
Mengapa pasokan gas dialokasikan lebih untuk pelanggan PGBT?
A
Pasokan gas dialokasikan lebih untuk pelanggan PGBT karena kebijakan pemerintah yang memperpanjang kebijakan PGBT.
Q
Apa yang dapat dilakukan untuk menstabilkan harga gas setelah Lebaran?
A
Untuk menstabilkan harga gas setelah Lebaran, dapat dilakukan pengalihan sementara ekspor gas pipa ke dalam negeri.

Artikel Serupa

Pertamina Turunkan Harga BBM, Shell dan BP Naik, Ini DampaknyaCNBCIndonesia
Finansial
5 bulan lalu
131 dibaca

Pertamina Turunkan Harga BBM, Shell dan BP Naik, Ini Dampaknya

Pengembangan DME dari Batu Bara: Solusi Energi Baru Gantikan LPG ImporCNBCIndonesia
Finansial
5 bulan lalu
86 dibaca

Pengembangan DME dari Batu Bara: Solusi Energi Baru Gantikan LPG Impor

Proyeksi Konsumsi BBM Lebaran 2025: Solar Turun, Pertalite dan Pertamax NaikCNBCIndonesia
Bisnis
5 bulan lalu
129 dibaca

Proyeksi Konsumsi BBM Lebaran 2025: Solar Turun, Pertalite dan Pertamax Naik

Konsumsi LPG dan BBM Diperkirakan Naik Jelang Idul Fitri 2025CNBCIndonesia
Finansial
5 bulan lalu
103 dibaca

Konsumsi LPG dan BBM Diperkirakan Naik Jelang Idul Fitri 2025

Konsumsi BBM Naik Signifikan, Persiapan Mudik Lebaran Idulfitri 2025CNBCIndonesia
Bisnis
5 bulan lalu
77 dibaca

Konsumsi BBM Naik Signifikan, Persiapan Mudik Lebaran Idulfitri 2025

Indonesia Tetap Optimis Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global dan Deflasi 2025CNBCIndonesia
Bisnis
5 bulan lalu
196 dibaca

Indonesia Tetap Optimis Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global dan Deflasi 2025