Courtesy of YahooFinance
Mengapa Investor Masih ‘Beli Saat Turun’ Padahal Risiko Pasar Membesar?
30 Mar 2025, 19.30 WIB
57 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Investor ritel menunjukkan keyakinan yang kuat terhadap saham meskipun ada risiko di pasar.
- Tarif dapat memiliki dampak signifikan pada laba perusahaan dan menciptakan ketidakpastian di pasar.
- Strategi 'buy the dip' tetap populer di kalangan investor, meskipun ada banyak faktor negatif yang mempengaruhi pasar.
Artikel ini membahas tentang perilaku investor yang terus membeli saham meskipun ada banyak risiko di pasar, seperti tarif yang lebih tinggi dan data ekonomi yang melambat. Meskipun ada banyak kekhawatiran, investor ritel telah menginvestasikan lebih dari Rp 541.04 triliun ($32,9 miliar) ke pasar saham AS sejak akhir Februari, dengan saham-saham seperti Nvidia, Tesla, dan Amazon menjadi pilihan utama mereka.
Marco Iachini, seorang analis, mencatat bahwa investor ritel tampak optimis dan melihat beberapa saham sebagai "diskon" atau tempat yang aman untuk berinvestasi. Ini terlihat dari peningkatan pembelian saham individu dibandingkan dengan ETF, yang biasanya terjadi saat investor merasa takut. Namun, banyak pemimpin bisnis mulai merasa khawatir tentang kondisi ekonomi dan dampak dari tarif yang baru diumumkan.
Meskipun ada banyak tanda peringatan, seperti penurunan proyeksi laba dari perusahaan besar dan ketidakpastian kebijakan, banyak investor masih memilih untuk membeli saham. Brian Sozzi, penulis artikel ini, mengingatkan bahwa ketidakpastian adalah musuh utama pasar, dan ketika ada kebingungan tentang kebijakan, pasar bisa mengalami penurunan.
--------------------
Analisis Kami: Investor ritel cenderung optimistic bias dan mengambil risiko berlebihan terutama saat melihat saham blue-chip atau teknologi sebagai 'safe haven,' meskipun secara fundamental sinyal pasar menunjukkan kehati-hatian. Ini berpotensi menciptakan gelembung sektoral yang rentan terhadap penurunan tajam ketika tekanan makroekonomi dan kebijakan berubah negatif.
--------------------
Analisis Ahli:
Marco Iachini: Retail investors are significantly bulled up, showing a glass half-full view despite macroeconomic risks and policy uncertainty.
Ryan Brinkman: Auto tariffs will likely cause material earnings risk for major automakers Ford and GM, impacting stock valuations negatively.
Gary Cohn: Ambiguity in policy and earnings outlooks is the number one enemy to a stable market and forces repricing and volatility.
--------------------
What's Next: Jika risiko kebijakan dan ekonomi terus meningkat, terutama terkait tarif dan ketidakpastian politik, pasar saham mungkin mengalami volatilitas yang lebih besar dan potensi koreksi meskipun investor ritel tetap membeli.
Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/commentary-why-are-investors-buying-the-dip-in-stocks-123013662.html
[1] https://finance.yahoo.com/news/commentary-why-are-investors-buying-the-dip-in-stocks-123013662.html
Pertanyaan Terkait
Q
Mengapa investor ritel terus membeli saham meskipun ada risiko di pasar?A
Investor ritel terus membeli saham karena mereka memiliki keyakinan bahwa pasar akan pulih meskipun ada risiko yang ada.Q
Apa yang dimaksud dengan 'buy the dip' dalam konteks investasi?A
'Buy the dip' adalah strategi investasi di mana investor membeli saham setelah harga turun, dengan harapan harga akan naik kembali.Q
Saham perusahaan mana yang paling banyak dibeli oleh investor ritel baru-baru ini?A
Saham Nvidia, Tesla, Palantir, Amazon, dan AMD adalah yang paling banyak dibeli oleh investor ritel baru-baru ini.Q
Apa dampak tarif terhadap perusahaan-perusahaan besar seperti Ford dan General Motors?A
Tarif dapat menyebabkan peningkatan biaya produksi, yang berpotensi mengurangi laba perusahaan-perusahaan besar seperti Ford dan General Motors.Q
Mengapa ketidakpastian kebijakan dianggap sebagai musuh utama pasar?A
Ketidakpastian kebijakan menciptakan ambiguitas yang dapat mempengaruhi proyeksi pendapatan dan pertumbuhan perusahaan, sehingga pasar akan merespons dengan menurunkan harga saham.