Courtesy of CNBCIndonesia
Jepang Hadapi Krisis Populasi Anak, Hanya Tersisa Satu Anak Tahun 2720
Meningkatkan kesadaran tentang penurunan angka kelahiran yang tajam di Jepang dan dampak jangka panjang yang mengkhawatirkan bagi populasi anak-anak serta keseluruhan populasi negara.
26 Mei 2025, 16.05 WIB
88 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Jepang menghadapi krisis populasi yang serius dengan angka kelahiran yang terus menurun.
- Jam konseptual yang dibuat oleh Hiroshi Yoshida memberikan visualisasi nyata mengenai penurunan jumlah anak di Jepang.
- Pemerintah Jepang berupaya keras untuk mengatasi penurunan angka kelahiran melalui berbagai langkah dan kebijakan.
Jakarta, Indonesia dan Tokyo, Jepang - Jepang sedang mengalami krisis penurunan angka kelahiran yang sangat mengkhawatirkan. Menurut seorang pakar demografi, Hiroshi Yoshida, jika tren ini terus berjalan, pada tahun 2720 Jepang hanya akan memiliki satu anak di bawah usia 14 tahun. Penurunan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk berkurangnya jumlah pernikahan dan kecenderungan orang Jepang memilih hidup sendiri.
Hiroshi Yoshida membuat sebuah jam konseptual yang menunjukkan penurunan jumlah anak secara waktu nyata berdasarkan data resmi dari Biro Statistik Jepang. Jam ini melacak penurunan angka kelahiran setiap detik dan memperkirakan kapan jumlah anak di Jepang akan sangat berkurang seperti yang diramalkan.
Data menunjukan angka kelahiran di Jepang telah mencapai rekor terendah 1,20 pada 2023, dan di wilayah Tokyo bahkan kurang dari satu anak per perempuan. Pada paruh pertama tahun 2024, kelahiran turun ke level terendah sejak tahun 1969, dengan penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Jumlah kelahiran pada periode Januari hingga Juni 2024 tercatat 350.074 atau turun 5,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini semakin menunjukkan tantangan serius terhadap struktur demografi Jepang yang akan berimbas pada berbagai sektor sosial dan ekonomi negara.
Pemerintah Jepang telah menyadari masalah tersebut dan berupaya dengan berbagai langkah luar biasa untuk meningkatkan angka kelahiran. Namun, upaya tersebut masih menghadapi tantangan besar mengingat pola sosial dan budaya yang terus berubah di masyarakat.