Courtesy of QuantaMagazine
Sel Tunggal Bisa Mengingat: Menyingkap Memori di Luar Sistem Saraf
Menjelajahi dan memahami bagaimana sel tunggal dan sel nonneural memiliki kemampuan untuk menyimpan ingatan dan belajar, sehingga mengubah perspektif tradisional tentang memori yang sebelumnya dianggap hanya terjadi di sistem saraf.
30 Jul 2025, 07.00 WIB
4 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Memori dan kemampuan belajar tidak hanya terbatas pada sistem saraf, tetapi juga dapat terjadi pada sel non-neuronal.
- Penelitian tentang memori sel dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana organisme beradaptasi dan bertahan hidup.
- Ada sejarah panjang penelitian tentang memori dalam mikroorganisme yang kini mulai mendapatkan kembali perhatian.
Stockholm, Swedia - Pada tahun 1983, Barbara McClintock mengajukan pertanyaan penting tentang apa yang sebenarnya diketahui sebuah sel tentang dirinya sendiri. Dia menduga bahwa sel bisa merespons dan mengubah perilakunya berdasarkan pengalaman yang dilaluinya, bukan hanya berdasarkan mekanisme sederhana otomatis. Pertanyaan ini membuka jalan bagi penelitian di masa depan mengenai kemampuan memori dan pembelajaran di tingkat sel tunggal.
Penelitian modern yang dilakukan oleh Nikolay Kukushkin dan Thomas J. Carew menemukan bahwa sel ginjal manusia, yang tidak memiliki sistem saraf, mampu mengingat pola rangsangan kimia dengan cara yang mirip dengan memori pada hewan. Mereka menggunakan aktivasi protein tertentu sebagai tanda bahwa sel membentuk memori, dan menemukan bahwa rangsangan yang diberikan dalam interval tertentu membuat ingatan lebih tahan lama.
Konsep memori seluler bukan hal baru. Herbert Spencer Jennings sudah melakukan eksperimen pada 1906 dengan Stentor roeselii, menunjukkan tingkah laku yang bisa berubah berdasarkan pengalaman, seperti perilaku menghindar secara bertahap ketika mendapat rangsangan iritan. Namun, eksperimen ini sempat dianggap tidak dapat direplikasi dan dimentahkan selama hampir satu abad.
Replikasi ulang eksperimen Jennings oleh Jeremy Gunawardena dan rekannya pada 2019 membuktikan bahwa Stentor memang dapat belajar dari pengalaman dan mengubah perilakunya. Penemuan ini bersama dengan penelitian terkait oleh Beatrice Gelber tentang paramecium, menunjukkan bahwa organisme uniseluler memiliki kemampuan pembelajaran yang sebelumnya dianggap hanya mungkin bagi organisme bercabang saraf.
Para ilmuwan sekarang mempertimbangkan perluasan definisi memori yang tidak hanya bergantung pada perilaku yang bisa diamati tetapi juga pada perubahan molekuler dan fisik dalam sel. Memori bisa berarti jejak pengalaman yang membentuk respons sel berikutnya terhadap lingkungan. Dengan sikap terbuka, ilmu pengetahuan mulai menyadari bahwa memori adalah proses universal di seluruh kehidupan, dari sel sederhana hingga makhluk kompleks.
Sumber: https://www.quantamagazine.org/what-can-a-cell-remember-20250730/
Pertanyaan Terkait
Q
Siapa Barbara McClintock dan apa kontribusinya di bidang genetika?A
Barbara McClintock adalah seorang ahli genetika yang terkenal dengan penemuan transposon dan menerima Hadiah Nobel pada tahun 1983.Q
Apa yang ditemukan oleh Nikolay Kukushkin terkait memori sel?A
Nikolay Kukushkin menemukan bahwa sel ginjal manusia dapat 'mengingat' pola sinyal kimia dan menunjukkan fenomena memori.Q
Bagaimana Stentor roeselii menunjukkan kemampuan belajar?A
Stentor roeselii menunjukkan kemampuan belajar dengan mengubah responsnya terhadap stimulus yang sama berdasarkan pengalaman sebelumnya.Q
Mengapa penelitian tentang memori sel dianggap penting bagi pemahaman kita tentang kehidupan?A
Penelitian tentang memori sel penting karena menunjukkan bahwa kemampuan untuk belajar dan beradaptasi mungkin ada di luar sistem saraf tradisional.Q
Apa yang dimaksud dengan 'spacing effect' dalam konteks memori sel?A
Spacing effect adalah fenomena di mana informasi yang disajikan dalam interval waktu yang teratur lebih mudah diingat dibandingkan dengan informasi yang disajikan secara berdekatan.