Krisis Bursa Kerja 2025: Menghadapi Tantangan AI dan Sulitnya Mendapat Pekerjaan
Courtesy of CNBCIndonesia

Krisis Bursa Kerja 2025: Menghadapi Tantangan AI dan Sulitnya Mendapat Pekerjaan

Menggambarkan kondisi sulitnya mencari pekerjaan di era modern yang penuh tantangan, terutama akibat pengaruh AI dalam proses perekrutan, serta memberikan rekomendasi strategi alternatif bagi para pencari kerja agar tetap bisa bersaing.

10 Sep 2025, 21.10 WIB
83 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Krisis pasar kerja saat ini sangat dipengaruhi oleh penggunaan teknologi AI dalam proses perekrutan.
  • Banyak pencari kerja, termasuk fresh graduate dan korban PHK, mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan meski telah mengirim banyak lamaran.
  • Strategi jejaring tradisional masih penting untuk membantu pencari kerja menemukan peluang baru di tengah kesulitan ini.
Jakarta, Indonesia - Saat ini, banyak lulusan baru dan pekerja yang terkena PHK mengalami kesulitan besar dalam mencari pekerjaan. Berbagai faktor seperti ketidakpastian ekonomi dan konflik geopolitik memperparah situasi ini. Teknologi AI yang mulai banyak digunakan dalam proses perekrutan memperumit peluang mendapatkan kerja karena perusahaan menggunakan sistem otomatis untuk menyaring kandidat.
Contohnya Harris, seorang lulusan University of California Davis, yang sudah melamar ke 200 pekerjaan namun selalu ditolak. Ia menggunakan ChatGPT untuk membuat resume yang lebih profesional, tetapi hal itu belum cukup untuk menembus pasar kerja yang sangat kompetitif. Hal sama juga dialami Marine, paralegal dengan pengalaman 10 tahun, yang sering gagal melewati tahap final seleksi meskipun sudah dipanggil ke tahap kedua.
Perusahaan memakai AI tidak hanya untuk menyaring lamaran, tetapi juga menulis deskripsi pekerjaan, menjadwalkan wawancara, bahkan melakukan wawancara menggunakan avatar chatbot. Proses ini membuat para pelamar harus menghadapi algoritma yang menilai kata kunci dan nada bicara mereka, sehingga peluang diterima kerja menjadi semakin kecil terutama jika lamaran tidak sesuai dengan kriteria yang sangat spesifik.
Meski AI terkadang membantu proses seleksi lebih efisien, banyak pelamar merasa frustrasi karena sulit mendapatkan balasan apalagi sampai wawancara langsung. Hal ini mendorong para pencari kerja untuk mengirimkan lebih banyak lamaran dan mengandalkan AI untuk resume dan komunikasi agar sekadar lolos penyaringan awal, yang pada akhirnya menciptakan lingkaran setan pasar kerja yang sangat ketat dan tidak manusiawi.
Sebagai solusi, para ahli menyarankan agar pencari kerja mengandalkan metode tradisional seperti membangun jejaring profesional, mengajak perekrut bertemu langsung, dan menghadiri acara tatap muka. Strategi ini masih relevan dan bisa membuka peluang yang tidak bisa dijangkau lewat sistem otomatis. Namun jika perusahaan tidak mulai memperbanyak rekrutmen, banyak pelamar yang mungkin akan kehilangan harapan dan berhenti mencoba.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250910171720-37-665899/cari-kerja-makin-susah-neraka-baru-menghantui-gen-z

Analisis Kami

"Penggunaan AI dalam perekrutan memang mempermudah pengelolaan lamaran, tetapi juga menciptakan ketidakadilan dan frustrasi besar bagi pencari kerja yang belum terampil menggunakan teknologi tersebut. Untuk mengatasi hal ini, pencari kerja harus lebih kreatif dan membangun jaringan personal, karena kompetisi secara digital kini sudah sangat keras dan kurang manusiawi."

Analisis Ahli

Priya Rathod
"Platform online dan AI bisa membantu mempercepat proses seleksi bagi aplikasi yang sesuai, namun pencari kerja harus memaksimalkan jaringan tradisional untuk peluang yang lebih baik."

Prediksi Kami

Dengan terus meningkatnya penggunaan AI dalam proses rekrutmen, kesenjangan antara pelamar yang berhasil dan yang gagal akan semakin tajam, membuat metode tradisional jejaring menjadi semakin penting untuk mendapatkan pekerjaan.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang menjadi penyebab utama krisis kerja saat ini?
A
Penyebab utama krisis kerja saat ini meliputi ketidakpastian ekonomi, konflik geopolitik, dan perkembangan teknologi AI.
Q
Siapa Harris dan apa yang dialaminya dalam pencarian kerja?
A
Harris adalah lulusan UC Davis yang telah melamar 200 pekerjaan tetapi ditolak semuanya, meskipun memiliki pengalaman magang dan prestasi akademik.
Q
Apa yang dilakukan perusahaan untuk menyaring lamaran kerja?
A
Perusahaan menggunakan mesin AI untuk menyaring lamaran, menulis deskripsi pekerjaan, dan bahkan mewawancarai kandidat dengan chatbot.
Q
Bagaimana penggunaan AI mempengaruhi proses perekrutan?
A
Penggunaan AI mengakibatkan banyak pelamar tidak pernah mencapai tahap wawancara langsung, karena aplikasi mereka disaring secara otomatis.
Q
Apa saran yang diberikan oleh Priya Rathod untuk pencari kerja?
A
Priya Rathod menyarankan agar pencari kerja mencoba jejaring tradisional seperti menghadiri acara kerja dan mengajak perekrut untuk berdiskusi.

Artikel Serupa

Lulusan Ilmu Komputer Hadapi Tantangan Besar di Era AI dan PHK MassalCNBCIndonesia
Teknologi
20 hari lalu
151 dibaca

Lulusan Ilmu Komputer Hadapi Tantangan Besar di Era AI dan PHK Massal

AI Mengancam Pekerjaan Kantoran, Waspadai Perubahan Besar di Dunia KerjaCNBCIndonesia
Teknologi
1 bulan lalu
303 dibaca

AI Mengancam Pekerjaan Kantoran, Waspadai Perubahan Besar di Dunia Kerja

Dampak AI: Pekerjaan Kantoran dan Customer Service Terancam Digantikan RobotCNBCIndonesia
Teknologi
1 bulan lalu
190 dibaca

Dampak AI: Pekerjaan Kantoran dan Customer Service Terancam Digantikan Robot

7 Tools AI Terbaik Membantu Kamu Dapat Kerja Lebih Cepat dan MudahCNBCIndonesia
Teknologi
1 bulan lalu
138 dibaca

7 Tools AI Terbaik Membantu Kamu Dapat Kerja Lebih Cepat dan Mudah

AI Mulai Gantikan Pekerja Kantoran, PHK Massal Tak TerelakkanCNBCIndonesia
Teknologi
2 bulan lalu
36 dibaca

AI Mulai Gantikan Pekerja Kantoran, PHK Massal Tak Terelakkan

Gelombang PHK di Teknologi, Tapi AI Buka Pintu Pekerjaan BaruCNBCIndonesia
Teknologi
5 bulan lalu
173 dibaca

Gelombang PHK di Teknologi, Tapi AI Buka Pintu Pekerjaan Baru