Courtesy of CNBCIndonesia
Dampak Kebijakan Visa AS Baru Terhadap Industri Teknologi India
Menjelaskan dampak kebijakan visa H-1B baru Amerika Serikat terhadap industri teknologi India dan bagaimana hal ini mengganggu strategi serta operasi bisnis di sektor teknologi yang sangat bergantung pada tenaga kerja asing dan pasar AS.
22 Sep 2025, 17.00 WIB
205 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Kebijakan visa baru dapat mengubah dinamika industri teknologi India dan AS.
- Perusahaan-perusahaan teknologi India harus beradaptasi dengan model bisnis yang baru.
- Industri TI menghadapi tantangan dalam mempertahankan akses ke tenaga kerja terampil akibat biaya visa yang tinggi.
Jakarta, Indonesia - Kebijakan baru Presiden Donald Trump yang memberlakukan biaya USRp 1.64 juta ($100.000) untuk visa kerja H-1B mulai September 2025 mengancam industri teknologi India. Sektor ini selama puluhan tahun mengandalkan visa H-1B untuk memutar tenaga kerja ke proyek-proyek di Amerika Serikat yang merupakan pasar utama mereka.
Sekitar 57% pendapatan industri teknologi India berasal dari pasar AS. India adalah penerima terbesar visa H-1B dengan porsi 71% dari total pemegang visa tersebut tahun lalu. Perusahaan teknologi besar seperti Tata Consultancy Services, Infosys, dan Wipro sangat bergantung pada tenaga kerja yang dipindahkan melalui program visa ini.
Kebijakan baru memaksa perusahaan untuk menghentikan rotasi tenaga kerja onshore dan mengalihkan lebih banyak pekerjaan ke layanan offshore. Selain itu, perusahaan juga semakin meningkatkan rekrutmen tenaga kerja lokal AS dan pemegang green card untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja asing.
Asosiasi TI India, Nasscom, dan para ekonom menilai kebijakan ini akan dapat menggangu ekosistem inovasi di AS dan bisa merusak model bisnis yang sudah berjalan. Namun, beberapa analis justru melihat peluang pertumbuhan global capability centres di berbagai negara termasuk India yang dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru.
Perubahan ini memperlihatkan pergeseran tatanan ekonomi jasa global dan menandai semakin ketatnya persaingan dan proteksionisme dalam industri teknologi secara internasional yang memaksa perusahaan menyesuaikan strategi bisnis dan rantai pasokan mereka.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250922125410-37-669058/malapetaka-visa-trump-raksasa-teknologi-terancam-tumbang
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250922125410-37-669058/malapetaka-visa-trump-raksasa-teknologi-terancam-tumbang
Analisis Ahli
Madhavi Arora
"Ekspor jasa India terseret ke dalam perang dagang dan teknologi global, bisa merusak model onsite-offshore, menekan margin, dan mengganggu rantai pasok."
Vic Goel
"Biaya visa H-1B yang tinggi membuat perusahaan lebih selektif dan hanya akan mensponsori pekerja asing yang benar-benar kritis."
Analisis Kami
"Kebijakan biaya visa H-1B yang tinggi ini tampaknya lebih merupakan langkah proteksionis yang dapat mengguncang model bisnis IT India yang sudah berjalan puluhan tahun. Meski begitu, ini juga membuka peluang bagi pertumbuhan model jasa teknologi berbasis offshore yang lebih mandiri dan tidak terlalu tergantung pada rotasi tenaga kerja ke AS."
Prediksi Kami
Industri teknologi India akan beradaptasi dengan mengalihkan fokus pada pengembangan layanan offshore dan mendorong peningkatan perekrutan tenaga kerja lokal AS, sementara global capability centres di India dan negara lain diperkirakan akan tumbuh pesat.