Courtesy of CNBCIndonesia
Mayoritas Warga Indonesia Percaya Bisa Kenali Penipuan tapi Masih Banyak Korban
Memberikan gambaran tentang tingkat kepercayaan diri masyarakat Indonesia dalam mengenali penipuan dan mengungkap tingkat korban penipuan selama setahun terakhir guna meningkatkan kesadaran dan perlindungan bagi warga.
31 Okt 2025, 16.14 WIB
173 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Masyarakat Indonesia memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam mengenali penipuan.
- Meskipun percaya diri, banyak yang masih menjadi korban penipuan, terutama dalam investasi.
- Penipuan tidak hanya menyasar orang dewasa, tetapi juga anak-anak.
Jakarta, Indonesia - Sebuah laporan terbaru dari Global Anti-scam Alliance dan Indosat Ooredoo Hutchison mengungkap bahwa 86% masyarakat Indonesia percaya diri dalam mengenali penipuan. Meski begitu, kenyataan menunjukkan banyak yang masih menjadi korban. Survei ini dilakukan pada awal tahun 2025 dengan melibatkan 1.000 responden orang dewasa yang tinggal di Indonesia.
Dari kelompok yang percaya diri, sekitar 18% menyatakan bahwa mereka selalu bisa mengenali penipuan. Namun, terdapat juga 8% yang kurang percaya diri dan 1% yang merasa tidak sama sekali mampu mengenali penipuan. Ini menunjukkan adanya variasi tingkat kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam hal ini.
Meskipun sebagian besar merasa mampu mengenali penipuan, sebanyak 35% orang dewasa melaporkan bahwa mereka mengalami penipuan dalam 12 bulan terakhir. Beberapa korban bahkan mengalami penipuan berulang kali dengan 1% mengaku menjadi korban hingga 10 kali, dan 4% mengalami lebih dari 11 kali penipuan dalam setahun.
Jenis penipuan yang paling banyak dilaporkan berkaitan dengan investasi sebanyak 63%, diikuti penipuan terkait belanja sebanyak 62%, dan hadiah sebanyak 55%. Penipuan ini tidak hanya mengincar orang dewasa, tapi juga anak-anak, dimana satu dari lima orang tua menyatakan anak mereka pernah menjadi korban penipuan.
Laporan ini memperlihatkan bahwa meskipun tingkat kepercayaan diri masyarakat dalam mengenali penipuan cukup tinggi, tantangan dalam mencegah penipuan masih besar. Edukasi dan perlindungan yang lebih intensif sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko penipuan di masa depan.
Referensi: 
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251031152828-37-681175/banyak-warga-ri-jadi-korban-penipuan-online-di-2025-cek-faktanya
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251031152828-37-681175/banyak-warga-ri-jadi-korban-penipuan-online-di-2025-cek-faktanya
Analisis Ahli
Ahmad Syarif, Pakar Keamanan Siber
"Masyarakat sering percaya diri secara berlebihan sehingga kurang waspada, sementara pelaku penipuan terus berinovasi menggunakan teknik yang semakin canggih, sehingga edukasi dan teknologi deteksi dini adalah kunci utama pencegahan."
Dewi Anggraeni, Pengamat Sosial
"Penipuan yang menjangkau berbagai kalangan usia, termasuk anak-anak, menunjukkan perlunya pendekatan pencegahan yang menyeluruh termasuk di lingkungan keluarga dan sekolah."
Analisis Kami
"Meski kepercayaan diri tinggi, kenyataan korban penipuan yang signifikan menunjukkan adanya kesenjangan antara pengetahuan dan kemampuan perlindungan diri dalam masyarakat. Perlu pendekatan edukasi yang lebih praktis dan penerapan teknologi anti-penipuan agar masyarakat lebih waspada dan terlindungi."
Prediksi Kami
Dengan tingginya tingkat kepercayaan diri namun masih banyak korban penipuan, kemungkinan penipuan akan terus berkembang dan masyarakat perlu lebih edukasi dan proteksi untuk mengurangi risiko penipuan di masa depan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dikatakan mayoritas masyarakat Indonesia tentang kemampuan mereka mengenali penipuan?A
Mayoritas masyarakat Indonesia merasa percaya diri mengenali penipuan.Q
Berapa persen responden yang merasa percaya diri mengenali penipuan?A
86% responden merasa percaya diri mengenali penipuan.Q
Apa jenis penipuan yang paling banyak dialami oleh masyarakat Indonesia?A
Jenis penipuan yang paling banyak dialami adalah penipuan terkait investasi, belanja, dan hadiah.Q
Bagaimana survei ini dilakukan dan berapa banyak responden yang terlibat?A
Survei ini dilakukan antara 26 Februari hingga 14 Maret 2025 dengan 1.000 responden dewasa.Q
Siapa yang bekerja sama dalam laporan ini?A
Laporan ini disusun oleh Global Anti-scam Alliance dan Indosat Ooredoo Hutchison.