Kenapa Keamanan Siber Rantai Pasokan adalah Kunci Masa Depan Bisnis 2025
Courtesy of Forbes

Kenapa Keamanan Siber Rantai Pasokan adalah Kunci Masa Depan Bisnis 2025

Artikel ini bertujuan untuk menekankan pentingnya pengelolaan risiko keamanan siber pada rantai pasokan sebagai fungsi strategis yang harus dipimpin oleh seluruh pimpinan organisasi, bukan hanya tim IT, agar bisnis dapat menjaga ketahanan dan membangun kepercayaan di era digital yang semakin kompleks.

12 Nov 2025, 19.30 WIB
177 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Keamanan siber dalam rantai pasokan adalah tanggung jawab kepemimpinan, bukan hanya masalah IT.
  • Perusahaan yang mengintegrasikan strategi rantai pasokan dengan manajemen risiko siber akan lebih mampu mengurangi risiko.
  • Pemantauan risiko vendor harus dilakukan secara berkelanjutan untuk menghadapi perubahan yang cepat dalam ekosistem digital.
India, India; Australia, Australia; Amerika Serikat, Amerika Serikat - Pada tahun 2025, keamanan siber telah berkembang jauh melampaui pengelolaan sistem IT internal seperti firewall dan jadwal patching. Saat ini, risiko terbesar yang mengancam ketahanan bisnis seringkali berasal dari luar organisasi, terutama dari rantai pasokan yang kompleks dan terhubung secara global. Ketika satu vendor atau penyedia layanan pihak ketiga disusupi, dampaknya bisa mengganggu operasi di berbagai wilayah sekaligus.
Senthil Muthu, seorang ahli strategi keamanan siber global yang telah berpengalaman dua dekade di berbagai industri dan negara, menjelaskan bahwa di masa lalu, pengelolaan risiko vendor lebih banyak bersifat formalitas kepatuhan. Namun, dengan digitalisasi dan globalisasi rantai pasokan yang pesat, pola pikir ini sudah tidak relevan lagi. Risiko kini harus dilihat secara strategis dan aktif dimonitor.
Saat ini, tidak cukup hanya menilai apakah vendor menerapkan enkripsi data atau standar seperti ISO 27001. Organisasi juga harus menilai bagaimana data mereka digunakan dalam pelatihan model kecerdasan buatan dan interaksi vendor dengan layanan AI lain, yang dapat menimbulkan risiko terhadap kepemilikan data dan lokasi penyimpanan data yang tidak jelas. Hal semacam ini menimbulkan tantangan hukum dan tata kelola yang serius.
Peraturan dan standar baru di berbagai wilayah, seperti SEC di Amerika Serikat dan NIS2 di Eropa, mengharuskan pimpinan perusahaan di berbagai tingkatan — mulai dari CEO sampai bagian pengadaan — ikut bertanggung jawab atas pengelolaan risiko siber pihak ketiga. Dengan demikian, pengamanan rantai pasokan sudah menjadi prioritas strategis yang tak bisa diabaikan lagi.
Untuk menghadapinya, organisasi disarankan mengintegrasikan keamanan ke dalam proses pengadaan, menerapkan prinsip Zero Trust terhadap akses vendor, melakukan pemantauan risiko secara real-time, dan menegaskan klausul pengelolaan AI dalam kontrak. Kolaborasi lintas industri dan pemanfaatan teknologi AI untuk deteksi dini juga sangat diperlukan agar bisnis dapat terus maju dan membangun kepercayaan pelanggan.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/councils/forbestechcouncil/2025/11/12/securing-the-future-why-supply-chain-strategy-is-key-to-cyber-risk-management/

Analisis Ahli

Bruce Schneier
"Mengelola risiko rantai pasokan adalah tantangan utama di era sekarang yang membutuhkan pendekatan berlapis dan kolaboratif untuk benar-benar efektif."
Julie Brill
"Transparansi dan kontrol atas data vendor, terutama pada integrasi AI, adalah kunci untuk mematuhi regulasi dan melindungi hak konsumen."
Mikko Hypponen
"Organisasi yang tidak memperhatikan keamanan vendor mereka berisiko menghadapi efek domino yang dapat menghancurkan keseluruhan ekosistem digital perusahaan."

Analisis Kami

"Sebagai pakar keamanan siber, saya menilai bahwa pengelolaan risiko rantai pasokan yang holistik dan strategis bukan lagi opsional, melainkan keharusan untuk bertahan di era digital. Tanpa integrasi yang kuat antara teknologi dan tata kelola di seluruh level organisasi, perusahaan rentan terhadap gangguan besar yang dapat merusak reputasi dan stabilitas bisnis mereka."

Prediksi Kami

Ke depan, penggunaan teknologi AI untuk memantau risiko vendor secara real-time dan kolaborasi berbagi intelijen ancaman antar industri akan menjadi standar utama dalam mengelola keamanan siber rantai pasokan, menjadikan keamanan vendor seperti metrik kinerja utama bisnis.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang menjadi fokus utama dalam keamanan siber di tahun 2025?
A
Fokus utama dalam keamanan siber di tahun 2025 adalah risiko yang berasal dari rantai pasokan dan vendor.
Q
Mengapa manajemen risiko vendor tidak lagi hanya dianggap sebagai kepatuhan?
A
Manajemen risiko vendor tidak lagi dianggap sebagai kepatuhan karena risiko yang dihadapi perusahaan semakin kompleks dan melibatkan banyak pihak.
Q
Apa yang harus dipertimbangkan saat memilih vendor menurut artikel ini?
A
Saat memilih vendor, organisasi harus mempertimbangkan ketahanan siber di samping biaya, kemampuan, dan kinerja.
Q
Mengapa pemantauan berkelanjutan penting dalam manajemen risiko vendor?
A
Pemantauan berkelanjutan penting karena risiko dapat berubah setiap hari, sehingga penilaian tahunan tidak lagi cukup.
Q
Siapa yang bertanggung jawab dalam mengelola risiko siber pihak ketiga?
A
Tanggung jawab dalam mengelola risiko siber pihak ketiga kini tidak hanya berada di tangan CISO, tetapi juga melibatkan CEO, CFO, dan pemimpin pengadaan.