Ketika AI Menghidupkan Kembali Orang Mati, Apa yang Kita Utamakan?
Courtesy of Forbes

Ketika AI Menghidupkan Kembali Orang Mati, Apa yang Kita Utamakan?

Artikel ini bertujuan mengajak pembaca memahami implikasi teknologi AI dalam menghadirkan kembali sosok orang yang sudah meninggal dan mempertanyakan apa yang sebenarnya kita utamakan, hak orang yang hidup atau sekadar keinginan untuk mengatasi duka. Ini sangat relevan agar pembaca sadar akan dampak emosional, etis, dan sosial dari teknologi tersebut.

12 Nov 2025, 21.00 WIB
171 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Teknologi AI dapat menciptakan replika orang yang telah meninggal, tetapi ada risiko emosional yang signifikan.
  • Proses berduka mungkin terganggu dengan interaksi dengan replika eksternal, yang dapat menghambat penyelesaian emosional.
  • Kloning hewan peliharaan dan simulasi AI menimbulkan pertanyaan etis baru tentang hubungan manusia dengan kematian dan kehilangan.
Dallas, Amerika Serikat - Pertanyaan mengenai apa yang kita utamakan—orang yang mati atau yang masih hidup—menjadi penting dengan munculnya teknologi AI yang mampu merekayasa ulang sosok orang yang sudah meninggal. Kisah fiksi seperti di serial Black Mirror menunjukkan bahwa versi digital orang yang dikasihi tidak pernah bisa menggantikan kehadiran yang nyata, sehingga menimbulkan perasaan kesepian yang lebih dalam.
Beberapa perusahaan seperti HereafterAI dan StoryFile sudah mengembangkan teknologi untuk menciptakan chatbot AI yang bisa diajak berbicara seolah-olah orang yang dicintai masih ada. Meski teknologi ini memberi semacam penghiburan, para ahli menekankan perlunya hati-hati karena interaksi dengan sosok buatan ini bisa mengganggu proses berduka yang sehat.
Penggunaan AI seperti ini juga menimbulkan pertanyaan etis dan sosial tentang bagaimana kita menghargai kehidupan dan kematian. Praktik seperti kloning hewan peliharaan yang dilakukan oleh tokoh publik seperti Tom Brady menunjukkan bahwa teknologi ini semakin mudah diakses dan diminati, mempercepat diskusi tentang dampak psikologisnya bagi masyarakat luas.
Para filsuf dan bioetikus memperingatkan risiko bahwa semakin mudahnya penggandaan digital orang dan makhluk hidup dapat mendatangkan konsekuensi serius seperti menghilangnya penghargaan terhadap kematian dan keunikan individu. Ini juga memunculkan kebutuhan untuk peraturan legal baru yang mengatur hak dan penggunaan data digital orang yang sudah meninggal.
Akhirnya, teknologi ini menantang pandangan tradisional tentang kematian dan transisi generasi, yang mungkin akan mempengaruhi bagaimana masyarakat dan pemerintahan beroperasi di masa depan. Kita harus menjaga keseimbangan antara teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan agar tidak kehilangan makna dalam hidup dan kematian.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/michaelashley/2025/11/12/resurrection-as-a-service-inside-the-coming-ai-afterlife-boom/

Analisis Ahli

Craig Klugman
"Interaksi dengan AI bukanlah interaksi dengan orang sesungguhnya, melainkan hanya dengan representasi mental yang dapat menghambat proses penerimaan kematian."
Patrick Stokes
"Simulasi AI berpotensi membuat orang menganggap manusia seperti chatbot, mengurangi penghargaan terhadap keunikan individu dan memperbesar risiko penggantian nilai-nilai kemanusiaan."

Analisis Kami

"Teknologi AI yang menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal menawarkan kenyamanan semu yang dapat menghambat proses berduka alami dan memperdalam kesendirian emosional. Sebagai ahli, saya meyakini bahwa manusia harus berhati-hati dalam memanfaatkan teknologi ini agar tidak mengorbankan kesejahteraan psikologis jangka panjang demi pemenuhan instan rasa kehilangan."

Prediksi Kami

Di masa depan, kita mungkin akan melihat regulasi ketat dan spesialisasi hukum baru yang mengatur penggunaan data digital orang mati, serta perdebatan sosial intens tentang dampak psikologis dan etis dari simulasi AI terhadap proses berkabung dan norma kematian.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang dimaksud dengan 'ghostbots'?
A
Ghostbots adalah bot AI yang meniru orang yang telah meninggal, memungkinkan interaksi berbasis teks.
Q
Bagaimana teknologi AI digunakan untuk merestorasi orang yang telah meninggal?
A
Teknologi AI digunakan untuk menganalisis jejak digital orang yang telah meninggal dan menciptakan model percakapan yang menyerupai mereka.
Q
Apa dampak negatif dari menggunakan teknologi ini dalam proses berduka?
A
Dampak negatifnya termasuk mengganggu proses berduka dan menunda penyelesaian emosional.
Q
Siapa Tom Brady dan apa yang dilakukannya terkait kloning?
A
Tom Brady adalah mantan quarterback NFL yang kloning anjingnya yang telah meninggal, Lua, dengan bantuan Colossal Biosciences.
Q
Apa pandangan Craig Klugman tentang berinteraksi dengan replika orang yang telah meninggal?
A
Craig Klugman berpendapat bahwa berinteraksi dengan replika eksternal dapat mengganggu proses berduka yang seharusnya melibatkan hubungan mental dengan orang yang telah meninggal.