Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Sains

Kemajuan Teknologi Militer Hipersonik dan Nuklir AS dan China

Share

Amerika Serikat dan China terus mengembangkan teknologi militer hipersonik dan nuklir, meningkatkan kapabilitas persenjataan mereka. Perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran global terkait perlombaan senjata dan stabilitas keamanan internasional.

14 Jun 2025, 20.34 WIB

Angkatan Darat AS Siapkan Baterai Kedua Rudal Hipersonik Dark Eagle 2026

Angkatan Darat AS Siapkan Baterai Kedua Rudal Hipersonik Dark Eagle 2026
Angkatan Darat Amerika Serikat berencana untuk memasang baterai rudal hipersonik kedua yang dikenal dengan nama Dark Eagle pada tahun 2026. Baterai pertama sudah beroperasi dan digunakan untuk pelatihan dan pengujian. Rudal ini sangat cepat dan mampu menyerang target dengan presisi tinggi sebelum musuh dapat bereaksi. Dark Eagle merupakan rudal jarak jauh yang mampu menempuh jarak sekitar 1.1166.77 km (725 mil) dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara. Ini menjadikannya salah satu senjata tercepat yang pernah dikembangkan oleh militer AS. Kecepatan tinggi ini membuatnya sangat sulit dideteksi dan dicegat. Setiap baterai terdiri dari beberapa peluncur yang dipasang pada trailer mobile, sehingga dapat bergerak cepat setelah peluncuran untuk menghindari serangan balasan. Baterai pertama ditempatkan di Joint Base Lewis-McChord, Washington, dan dikelola oleh batalion yang fokus mengintegrasikan kemampuan lintas domain. Dark Eagle menggunakan teknologi Hypersonic Glide Body yang meluncur dengan manuver tidak terduga di atmosfer atas, sehingga sulit dilacak oleh radar dan sistem pertahanan musuh. Ini cocok untuk menyerang pertahanan udara, pusat komando, dan target bergerak dalam zona Anti-Akses/Penolakan Wilayah. Sistem ini mengisi celah antara rudal taktis dan strategis, memberikan militer AS kemampuan serangan yang cepat, fleksibel, dan mematikan. Dengan kemampuan tersebut, Dark Eagle diharapkan menjadi senjata penting dalam peperangan masa depan yang mengutamakan kecepatan, ketepatan, dan mobilitas.
13 Jun 2025, 19.00 WIB

China Siapkan Teknologi Pengisian Bahan Bakar Satelit di Orbit Tinggi

China Siapkan Teknologi Pengisian Bahan Bakar Satelit di Orbit Tinggi
China sedang mengembangkan teknologi canggih untuk pengisian bahan bakar antar-satelit di orbit tinggi dengan menggunakan satelit Shijian-25 dan Shijian-21. Misi ini bertujuan untuk memperpanjang masa pakai satelit dan efisiensi misinya di ruang angkasa, yang berpotensi mengubah cara operasi satelit di masa depan. Shijian-25 diluncurkan pada tahun ini dan secara bertahap mendekati posisi Shijian-21. Satelit ini dipersiapkan untuk mengoperasikan lengan robotik guna menambatkan dan mengisi bahan bakar ke Shijian-21, yang telah kehabisan bahan bakar setelah menjalankan tugas menunda satelit lain ke orbit yang lebih tinggi. Sebagai tanggapan, Amerika Serikat mengerahkan dua satelit pengawasan militernya, USA 270 dan USA 271, untuk memantau gerakan dan aktivitas satelit China tersebut secara dekat. Pengerahan satelit ini dinilai sangat tidak umum dan menunjukkan pentingnya misi yang sedang berlangsung. Teknologi pengisian bahan bakar di orbit telah lama dianggap sebagai kunci untuk memperpanjang umur satelit, mengurangi biaya, dan mendukung keberlanjutan lingkungan di ruang angkasa dengan menekan jumlah sampah antariksa. Pada tahun 2007, DARPA berhasil melakukan misi Orbital Express yang menjadi langkah awal dalam teknologi ini di orbit rendah. Misi pengisian bahan bakar satelit China ini membuka babak baru dalam eksplorasi ruang angkasa dan bagaimana negara-negara besar bersaing dan beradaptasi dengan teknologi baru, sekaligus meningkatkan keamanan dan pengawasan antar negara dalam ruang angkasa.
12 Jun 2025, 21.57 WIB

Angkatan Laut AS Kembangkan Laser 400-kilowatt untuk Hadapi Ancaman Modern

Angkatan Laut AS Kembangkan Laser 400-kilowatt untuk Hadapi Ancaman Modern
Angkatan Laut Amerika Serikat memulai program SONGBOW yang bertujuan mengembangkan sistem senjata laser berdaya tinggi 400 kilowatt untuk pertahanan dari ancaman udara seperti drone dan misil. Program ini adalah langkah maju yang signifikan dalam teknologi senjata laser yang selama ini relatif terbatas pada kekuatan laser 30 sampai 100 kilowatt. Kontrak untuk pengembangan sistem ini diberikan kepada perusahaan Coherent Aerospace & Defense yang memiliki rekam jejak dalam teknologi laser serat pulsa. Teknologi ini menggabungkan beberapa modul laser kelas 50 kilowatt menjadi satu sinar laser terpadu dengan tingkat akurasi dan kualitas sangat tinggi. Sistem laser ini diharapkan dapat menghancurkan target lebih cepat dan dengan jangkauan yang lebih jauh dibandingkan sistem yang ada saat ini. Hal ini sangat penting mengingat perkembangan ancaman drone berjumlah besar dan misil hipersonik yang sulit dilawan dengan sistem konvensional. Pengembangan laser ini tidak hanya akan memperkuat pertahanan kapal Angkatan Laut AS tetapi juga dapat digunakan pada platform darat, yang memungkinkan respon lebih cepat dan fleksibel menghadapi serangan. Dana awal sudah dialokasikan dan pengembangan ditargetkan selesai pada awal 2027. Sistem laser ini melengkapi sistem pertahanan yang sudah ada seperti Aegis Combat System dan interceptor SM-6, menciptakan lapisan pertahanan yang lebih efektif dan tahan terhadap serangan masa depan. Jika berhasil, SONGBOW dapat menjadi tonggak baru dalam teknologi perang modern.
05 Jun 2025, 21.20 WIB

China Bongkar Rahasia Misil Nuklir DF-5, Tunjukkan Kekuatan Strategisnya

China Bongkar Rahasia Misil Nuklir DF-5, Tunjukkan Kekuatan Strategisnya
China untuk pertama kalinya membuka informasi rinci tentang misil nuklirnya yang bernama DF-5 melalui siaran CCTV. Ini menjadi langkah langka karena selama ini China sangat merahasiakan data teknis senjatanya. DF-5 adalah misil balistik antar benua generasi pertama yang diluncurkan sejak 1981. Misil ini bisa membawa hulu ledak nuklir dengan daya ledak 3-4 megaton, setara 200 kali bom Hiroshima, dan dapat menjangkau wilayah Amerika Serikat dan Eropa. Dengan tinggi 32,6 meter dan berat 183 ton, misil ini ditempatkan di silo khusus yang kuat dan telah dimodernisasi menjadi versi DF-5B dengan kemampuan membawa beberapa hulu ledak yang bisa diarahkan ke target berbeda secara mandiri. China juga mengembangkan misil lain seperti DF-31 dan DF-41 yang lebih fleksibel dan mobile. Mereka berencana memperluas stockpile nuklir menjadi lebih dari 1.000 hulu ledak dalam beberapa tahun ke depan, namun tetap memegang prinsip tidak akan memakai senjata itu terlebih dahulu. Pengungkapan ini dipandang sebagai pesan kuat China kepada dunia bahwa mereka memiliki kemampuan strategis yang maju dan sebagai tanda akan adanya generasi baru misil nuklir yang lebih hebat. Ini juga dapat meningkatkan status China di panggung geopolitik dunia.
05 Jun 2025, 21.15 WIB

GE Aerospace Percepat Teknologi Uji Hipersonik untuk Saingi China

GE Aerospace Percepat Teknologi Uji Hipersonik untuk Saingi China
GE Aerospace mengumumkan rencana untuk memperluas fasilitas pengujian hipersonik di beberapa lokasi di Amerika Serikat, termasuk Evendale, Ohio, serta Bohemia dan Niskayuna di New York. Tujuannya adalah untuk dapat menguji sistem propulsion hipersonik yang lebih besar dan pada kecepatan yang lebih tinggi, guna mensimulasikan kondisi penerbangan nyata yang lebih relevan. Senjata hipersonik yang mampu mencapai kecepatan lebih dari Mach 5 dianggap sangat penting menghadapi ketegangan global. Meskipun Amerika Serikat adalah pionir awal teknologi hipersonik, China kini memiliki kemampuan yang telah melampaui kekuatan global lainnya. Karena itu, AS berupaya meningkatkan kemampuan pengujian agar bisa mengejar ketertinggalan ini. Di Evendale, Ohio, GE Aerospace memperbarui fasilitas untuk menguji propulsion hipersonik lebih besar. Di Bohemia, New York, mereka melakukan peningkatan fasilitas setelah mengakuisisi perusahaan Innoveering yang berspesialisasi pada teknologi propulsion hipersonik. Sedangkan di Niskayuna, mereka memperluas pusat riset untuk berbagai teknologi hipersonik generasi berikutnya. Investasi ini memungkinkan GE Aerospace melakukan pengujian yang lebih besar dan lebih realistis. Mereka juga sudah berhasil mengembangkan dan menguji dual-mode ramjet hipersonik dari awal konsep hingga pengujian dalam waktu kurang dari 11 bulan, membuktikan percepatan pengembangan di bidang ini. Selain GE Aerospace, perusahaan seperti Stratolaunch juga mengembangkan platform pengujian hipersonik Talon-A2 dengan dukungan dari program pemerintah AS. Upaya ini bagian dari dorongan lebih luas untuk mempertahankan dan memperkuat posisi Amerika Serikat sebagai pemimpin global di bidang teknologi hipersonik.
04 Jun 2025, 20.51 WIB

Stratolaunch Maju dengan Uji Terbang Reusable Talon-A2 Hipersonik

Stratolaunch telah berhasil melakukan dua uji terbang drone hypersonic Talon-A2 yang dapat digunakan kembali, membawa mereka lebih dekat pada tujuan pengujian senjata hipersonik operasional. Uji terbang ini didukung oleh program MACH-TB dari Departemen Pertahanan AS yang bekerja sama dengan sektor swasta untuk mempercepat pengembangan senjata hipersonik. Talon-A2 adalah kendaraan tak berawak yang dirancang khusus untuk menguji kemampuan hipersonik dengan kecepatan lebih dari Mach 5. Pesawat ini diluncurkan dari pesawat Roc yang memiliki rentang sayap terbesar di dunia dan berhasil mendarat di Vandenberg Space Force Base, California, secara otonom setelah uji terbang di atas Samudra Pasifik. Mesin roket Hadley, yang dikembangkan oleh Ursa Major, digunakan untuk menggerakkan Talon-A2. Mesin ini menggunakan oksigen cair dan kerosen serta menghasilkan daya dorong hingga 5.000 lbs, memungkinkan Talon-A2 melaju lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 km/jam. Stratolaunch mengubah fokus dari peluncuran satelit ke pengujian senjata hipersonik setelah perubahan kepemilikan pada tahun 2019. Kesuksesan uji terbang ini merupakan langkah besar pertama dalam pengujian pesawat hipersonik yang dapat digunakan kembali oleh Amerika Serikat sejak program NASA X-15 pada tahun 1968. Selain itu, Stratolaunch merencanakan uji terbang pesawat roket Talon-A3 yang baru pada akhir tahun ini, menggunakan Cosmic Girl yang diakuisisi dari Virgin Orbit, membuka peluang untuk pengujian lebih luas dengan jangkauan uji coba yang lebih besar.

Baca Juga

  • Perlombaan Global dalam Teknologi Militer Hipersonik dan Nuklir Semakin Intens

  • Terobosan dalam Antarmuka Otak-Komputer Memberdayakan Komunikasi bagi Pasien Paralisis

  • Kemajuan dalam Antarmuka Otak-Komputer Memungkinkan Bicara untuk Pasien Paralisis

  • Lembaga Nonprofit Anne Wojcicki Mengakuisisi 23andMe di Tengah Permintaan Penghapusan Data

  • Beberapa Kecelakaan Boeing 787 Air India Menimbulkan Kekhawatiran Keamanan Penerbangan