Courtesy of YahooFinance

Mata Uang Negara Berkembang Bangkit Usai Trump Tunda Tarif Impor China

24 Jan 2025, 11.23 WIB

215 dibaca

Setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih, para trader mata uang di negara berkembang merayakan kenaikan kecil dalam nilai mata uang mereka. Kenaikan ini terjadi karena tidak adanya tarif baru pada impor dari China, yang membuat investor merasa lega. Indeks mata uang negara berkembang diperkirakan akan naik 1,1% minggu ini, yang merupakan kinerja terbaik sejak November 2023. Meskipun ada harapan, para investor tetap waspada karena ketidakpastian mengenai kebijakan AS masih tinggi, dan banyak yang khawatir tentang kemungkinan terjadinya perang dagang yang lebih luas.

Meskipun mata uang di Eropa Timur dan Amerika Latin mengalami kenaikan, seperti zloty Polandia dan real Brasil yang naik hampir 3%, banyak manajer dana masih pesimis terhadap mata uang negara berkembang. Sebuah survei menunjukkan bahwa 58% manajer dana yang mengelola aset di negara berkembang merasa pesimis pada bulan Desember, meningkat dari 10% pada bulan September. Ancaman tarif baru dari Trump pada barang-barang yang tidak diproduksi di AS juga menambah kekhawatiran, sehingga membatasi potensi kenaikan nilai mata uang negara berkembang.

Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/emerging-market-currencies-relief-trump-042342343.html

Analisis Kami

"Kebijakan perdagangan Trump tetap menjadi faktor utama yang menggerakkan volatilitas mata uang negara berkembang walaupun ada kelegaan sementara akibat penundaan tarif impor China. Pasar sebaiknya bersiap menghadapi kemungkinan eskalasi perang dagang yang dapat mempengaruhi stabilitas keuangan global dalam waktu dekat."

Analisis Ahli

Alvin Tan

"Rally ini adalah reaksi lega pasar terhadap berkurangnya risiko tarif maksimal dari AS yang diprediksi sebelumnya."

Eugenia Victorino

"Ancaman dimulainya kembali perang dagang akan membatasi penguatan drastis pada mata uang pasar berkembang."

Prediksi Kami

Ketidakpastian kebijakan tarif dari pemerintah AS berpotensi menyebabkan fluktuasi kuat pada mata uang pasar berkembang dan membatasi apresiasi mereka secara signifikan dalam jangka menengah.