Courtesy of YahooFinance

Risiko Ekonomi Jepang Terancam Oleh Tarif Baru AS pada China

31 Jan 2025, 11.15 WIB

131 dibaca

Ekonomi Jepang berisiko terkena dampak negatif jika Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif baru terhadap China, yang dapat memicu perang dagang antara AS dan China. Menurut Tomoko Hayashi, ekonom utama di Kantor Kabinet Jepang, pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa tarif yang lebih tinggi dapat merugikan ekonomi Jepang. Namun, perusahaan Jepang mungkin lebih siap menghadapi dampak tersebut kali ini karena mereka telah memperluas rantai pasokan dan lebih memahami strategi Trump.

Hayashi juga mencatat bahwa meskipun tarif dapat berdampak buruk, kebijakan lain seperti pemotongan pajak dan deregulasi di AS dapat memberikan manfaat bagi ekonomi Jepang jika pertumbuhan AS meningkat. Dia percaya bahwa Bank of Japan (BOJ) membuat keputusan yang tepat dalam kebijakan moneter dan melihat kemajuan menuju akhir deflasi, yang telah menjadi tujuan pemerintah selama hampir tiga dekade. Namun, dia menekankan pentingnya menjaga siklus positif antara harga, upah, dan konsumsi untuk memastikan momentum ekonomi tetap terjaga.

Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/japan-wary-taking-another-hit-041500310.html

Analisis Kami

"Kesiapan perusahaan Jepang yang lebih matang kali ini kemungkinan memang mengurangi dampak langsung dari perang dagang, tapi risiko ketidakpastian global tetap tinggi. Kebijakan dalam negeri seperti langkah Bank of Japan juga penting untuk menjaga stabilitas ekonomi Jepang lebih jauh."

Analisis Ahli

Tomoko Hayashi

"Tarif baru dari AS bisa memberikan dampak negatif, namun pengalaman dan adaptasi perusahaan Jepang bisa meredam efek tersebut. Saya juga percaya kebijakan Bank of Japan sangat krusial untuk memastikan kestabilan harga dan mengatasi deflasi."

Prediksi Kami

Jika AS melanjutkan kebijakan tarif, ekonomi Jepang kemungkinan akan kembali mengalami perlambatan ekspor, meskipun dampaknya mungkin tidak sebesar sebelumnya karena kesiapan perusahaan Jepang dan diversifikasi China.